Si pengemis tua berdehem, melirik ke kiri dan kanan seolah khawatir tembok pun memiliki telinga, sebelum berbicara dengan suara yang nyaris berbisik.
"Tuan mencari bahaya," ucapnya dengan nada serius. "Di Kota Bian Cheng, ada hal-hal yang lebih baik dibiarkan tak terjamah, rahasia-rahasia yang lebih baik tidak diketahui. Bahkan mata-mata Kaisar pun tidak berani menyelidiki terlalu dalam."
An Ying melemparkan kantung sutra lain, kali ini lebih berat, menimbulkan suara dentingan yang lebih nyaring. "Aku siap menghadapi bahaya," ucapnya dengan nada yakin. "Dan aku rela membayar harga yang setimpal untuk informasi yang berharga."
Si pengemis tua menatap kantung kedua tersebut, lalu menghela napas panjang—campuran antara pasrah dan kekhawatiran. "Baiklah. Tapi berjanjilah pada langit dan bumi, jangan pernah katakan bahwa informasi ini berasal dari kami. Kami hanyalah pengemis tua yang ingin hidup hingga esok hari."
Ia memberi isyarat pada An Ying untuk mendekat, lalu berbisik dengan suara