Si pengemis tua berdehem, melirik ke kiri dan kanan seolah khawatir tembok pun memiliki telinga, sebelum berbicara dengan suara yang nyaris berbisik."Tuan mencari bahaya," ucapnya dengan nada serius. "Di Kota Bian Cheng, ada hal-hal yang lebih baik dibiarkan tak terjamah, rahasia-rahasia yang lebih baik tidak diketahui. Bahkan mata-mata Kaisar pun tidak berani menyelidiki terlalu dalam."An Ying melemparkan kantung sutra lain, kali ini lebih berat, menimbulkan suara dentingan yang lebih nyaring. "Aku siap menghadapi bahaya," ucapnya dengan nada yakin. "Dan aku rela membayar harga yang setimpal untuk informasi yang berharga."Si pengemis tua menatap kantung kedua tersebut, lalu menghela napas panjang—campuran antara pasrah dan kekhawatiran. "Baiklah. Tapi berjanjilah pada langit dan bumi, jangan pernah katakan bahwa informasi ini berasal dari kami. Kami hanyalah pengemis tua yang ingin hidup hingga esok hari."Ia memberi isyarat pada An Ying untuk mendekat, lalu berbisik dengan suara
Distrik Terlarang terhampar seperti sebuah luka lama pada tubuh Kota Bian Cheng, jauh berbeda dari keramaian dan kemewahan distrik lainnya. Tidak ada lentera merah yang menyala menyambut jiwa-jiwa yang tersesat, tidak ada suara obrolan para pedagang atau tawa anak-anak yang bermain.Hanya keheningan mencekam yang sesekali dipecahkan oleh suara burung hantu pembawa pertanda atau lolongan anjing liar yang mengutuk nasib mereka sendiri.Selagi melangkah semakin dalam ke jantung Distrik Terlarang, An Ying merasakan perubahan dalam aliran qi di sekitarnya. Udara terasa lebih berat, seolah ribuan jiwa tertambat di antara dunia manusia dan alam baka.Ia mengaktifkan teknik "Mata Batin Sembilan Langit"—kemampuan khusus Sekte Bayangan Kegelapan yang memungkinkannya melihat energi-energi spiritual dan jejak qi yang tersisa.Bangunan-bangunan di sekitarnya tampak bagai mayat-mayat tua yang belum dikubur—kehilangan kehormatan namun masih berdiri. Beberapa sudah runtuh sebagian, tulang-tulang kayu
Suara mekanisme bergerak kembali terdengar, dan lantai batu bergeser, menampakkan tangga spiral yang sama. An Ying tersenyum puas, sedikit terkejut bahwa ia berhasil pada percobaan pertama."Zhi zhe bu yan, gao zhe bu zhuan," gumamnya, mengutip pepatah kuno yang berarti 'Orang bijak tak perlu banyak bicara, orang hebat tak perlu banyak berkomentar'.Dengan kewaspadaan tinggi, ia menuruni tangga spiral, satu tangan siap menarik *Pedang Pemburu Iblis* yang tersembunyi di punggungnya.Tangga itu jauh lebih panjang dari yang ia perkirakan, meliuk dan berkelok tajam, menukik semakin dalam ke bawah tanah. Dindingnya terbuat dari batu hitam yang diukir dengan simbol-simbol aneh yang berkilau kebiruan ketika ia lewati—mungkin semacam formasi pelindung atau pengawas.Tangga itu diterangi oleh lentera-lentera kecil berbentuk bulan sabit yang memancarkan cahaya biru pucat, tidak menggunakan minyak atau api, melainkan dengan kristal-kristal bercahaya yang hanya bisa ditemukan di dasar Danau Berka
Tubuh An Ying membeku di tempat persembunyiannya. Matanya tidak percaya dengan pemandangan di hadapannya. Samar-samar, ia mendengar suara-suara mencurigakan dari ruangan itu—suara-suara yang tampaknya berasal dari pertemuan rahasia. Perlahan, An Ying mengintip ke dalam, dan apa yang dilihatnya membuat napasnya tercekat.Sosok berjubah putih dengan bordir awan emas yang duduk di tengah ruangan itu—sosok yang memimpin seluruh pertemuan rahasia ini—adalah orang yang rasanya sangat dia kenal."Pemimpin Ling Xiao?" bisiknya nyaris tidak bersuara.Tak mungkin salah.Wajah aristokratik dengan jenggot putih tipis itu adalah milik Ling Xiao, Pemimpin Sekte Cahaya Surgawi dari wilayah Utara—salah satu sekte ortodoks yang paling dihormati di seluruh kekaisaran. Sosok yang selama ini dikenal sebagai simbol kemurnian dan kebenaran, kini terlihat duduk di tengah ruangan dengan aura kegelapan yang pekat.Napas An Ying tercekat. Pikiran-pikiran berkecamuk dalam benaknya. Bagaimana mungkin? Manusia s
Dengan gerakan tiba-tiba, An Ying melemparkan lima jarum hitam ke arah kedua lawannya. Salah satu berhasil menghindar, namun yang lain terkena di leher dan langsung tumbang."Sialan!" umpat sosok yang tersisa, semakin marah."Kau akan mati perlahan, dengan cara yang sangat menyakitkan!"An Ying tahu dia tidak bisa bertahan lebih lama. Tangannya gemetar saat merogoh kantong penyimpanan, mencari benda yang diberikan Raja Kelelawar Hitam.“Jimat teleportasi... dimana...”Sosok bertopeng tengkorak melesat maju, cakar besinya siap mencabik. An Ying akhirnya menemukan jimat yang dicari. Dengan sisa tenaganya, dia mengaktifkan jimat itu sambil membisikkan lokasi pertemuan dengan Raja Kelelawar Hitam."Kau tidak akan lolos!" Sosok bertopeng itu berteriak marah, cakarnya hampir mencapai leher An Ying.Namun terlambat. Dalam kilatan cahaya hitam, tubuh An Ying menghilang, meninggalkan sosok bertopeng itu menerjang udara kosong.+++Di kuil tua yang hampir runtuh di tepi Hutan Kabut Ungu, Rong T
Ribuan lentera merah berselimut qi api menyala sepanjang lorong Pavilyun Bunga Peony—rumah hiburan paling mewah di Distrik Kesenangan Kota Bian Cheng. Cahayanya berpendar lembut, menciptakan atmosfer kemuliaan duniawi yang kontras dengan kegelapan di luar.Malam sudah melewati jam zi, namun aktivitas di tempat ini justru mencapai puncaknya seperti naga yang baru terbangun.Suara tawa para bangsawan, alunan melodi guzheng, dan denting cawan arak berpadu dalam simfoni kemewahan yang khas.Yin Shan berdiri di tepi panggung utama yang dihiasi ukiran phoenix dan naga, kedua matanya tak lepas dari sosok gadis jelita yang jemarinya menari bagai kupu-kupu di atas pipa berwarna giok.Jubah hitamnya yang dihiasi bordir emas menandakan statusnya yang tinggi. Sebagai murid inti Sekte Tengkorak Api dan murid langsung Ketua Sekte Ku Lou Huang, ia terbiasa dipandang dengan penuh hormat dan rasa takut. Namun malam ini, ada kegelisahan yang mengalir di meridian tubuhnya.Keringat dingin membasahi tel
Saat itu..."Wajah Nona lebih indah dari Dewi Xi Wang Mu, jemari Nona lebih lincah dari Putri Langit Ketujuh yang menari di atas awan," puji Yin Shan, matanya memandang penuh nafsu pada Yue Lin yang kini duduk di hadapannya di Pavilyun Awan Ungu yang dihiasi lukisan-lukisan langka dan tirai sutra lima warna.Yue Lin hanya tersenyum tipis, jemarinya yang ramping dengan terampil menuangkan Arak Embun Pagi ke cawan giok Yin Shan. Gerakan tangannya begitu anggun, seolah-olah ia sedang memainkan sebuah melodi tanpa suara."Gong-gong terlalu memuji. Rendahan hanyalah daun kering yang terbawa angin takdir, kebetulan bisa memainkan sedikit nada untuk menghibur," jawabnya dengan suara merdu namun terdengar hampa."Jangan merendah. Aku tahu siapa dirimu sebenarnya," ujar Yin Shan dengan nada menggoda, qi-nya berfluktuasi karena pengaruh arak.Yue Lin tersentak, meski ekspresinya terkendali dengan baik seperti air danau yang tenang. "Apa maksud Gong-gong?""Maksudku," Yin Shan meneguk araknya, "
"Misi seperti apa, Gong-gong? Pasti sesuatu yang membutuhkan keberanian dan keterampilan luar biasa," tanya Yue Lin, suaranya terdengar sungguh-sungguh tertarik seperti kupu-kupu mendekati bunga beracun."Menghabisi mata-mata Zhao Wei," jawab Yin Shan dengan bangga berlebihan yang membuat Rong Tian ingin tertawa. "Tangan ini yang mencabut nyawanya! Satu gerakan Jurus Telapak Penghancur Jiwa, dan rohnya langsung terkirim ke Neraka Kedelapan Belas!"Rong Tian mendengarkan dengan penuh perhatian, setiap kata terukir dalam ingatannya seperti pahatan di batu giok. “Zhao Wei—pria yang membawa peta harta karun Dinasti Xi Tian? Jadi dia begini ceritanya? Menarik...”"Gong-gong sungguh hebat dan tiada tanding," puji Yue Lin dengan nada kagum yang makin lama makin terdengar seperti racun bagi Rong Tian. "Tapi bukankah informasi seperti itu seharusnya dijaga kerahasiaannya seperti permata di mahkota raja?"Terdengar suara cawan keramik diletakkan keras ke meja kayu. "Tak ada yang perlu kutakutka
Namun, Tian Guan Zong tidak bergerak hingga detik terakhir.Dengan gerakan cepat yang hampir tidak terlihat, ia mengangkat telapak tangannya, menciptakan perisai qi putih kebiruan berbentuk bintang delapan sudut."Perisai Bintang Utara," ucapnya tenang.Bunga peony bertabrakan dengan perisai bintang, menciptakan ledakan energi kedua yang lebih kuat dari sebelumnya. Lantai marmer di bawah kaki mereka retak lebih dalam, serpihan-serpihan kecil melayang ke udara sebelum jatuh kembali seperti hujan kristal.Tanpa jeda, Tian Guan Zong melancarkan serangan balasan. Ia mencabut pedangnya dengan gerakan cepat, menciptakan suara berdenting yang tajam membelah udara. Pedang panjang berwarna biru langit itu berkilau tertimpa cahaya, memancarkan aura suci yang membuat beberapa kultivator iblis mundur dengan tidak nyaman."Pedang Pemurnian Langit," serunya, mengayunkan pedang dalam gerakan melintang.Sebuah gelombang qi putih kebiruan melesat dari ujung pedangnya, membentuk bulan sabit raksasa yan
Sosok tinggi besar melangkah masuk dengan langkah mantap yang membuat lantai marmer bergetar.Ia mengenakan jubah putih bersih dengan bordiran awan biru yang rumit, kontras dengan rambutnya yang putih seperti salju namun wajahnya yang tampak tidak lebih dari empat puluh tahun.Matanya yang tajam seperti elang memancarkan aura kewibawaan yang tidak bisa dibantah, sementara tangannya yang besar menggenggam sebuah pedang panjang dalam sarung berwarna biru langit."Tian Guan Zong!" bisik beberapa orang dengan suara terkesiap."Pemimpin Sekte Cahaya Surgawi dari Gunung Lima Awan!""Kultivator legendaris dari Utara!"Bisikan-bisikan kagum dan ketakutan memenuhi aula saat sosok legendaris itu melangkah maju dengan tenang.Di belakangnya, belasan murid Sekte Cahaya Surgawi berpakaian biru langit mengikuti dengan sikap hormat, membentuk formasi yang rapi dan teratur.Wajah Nyonya Huang mengeras, senyum percaya dirinya lenyap digantikan ekspresi waspada. Tangannya yang tadinya terulur untuk men
Kesunyian yang mencekam menyelimuti Aula Bunga Peony setelah pertarungan spektakuler antara Nyonya Huang Wenling dan Guru Negara Long Jian.Udara terasa berat oleh sisa-sisa energi qi yang bertabrakan, menciptakan lapisan tipis kabut spiritual yang berpendar kemerahan di bawah cahaya lentera kristal.Guru Negara Long Jian telah dibawa keluar oleh murid-muridnya, meninggalkan bekas darah yang mengering di lantai marmer putih sebagai pengingat akan kekuatan luar biasa sang pemimpin Sekte Hehuan.Nyonya Huang Wenling berdiri di tengah panggung dengan postur sempurna, gaun hitamnya yang mewah tidak menunjukkan sedikit pun kusut meski baru saja menyelesaikan pertarungan.Wajahnya yang cantik dihiasi senyum tipis penuh kepuasan, matanya yang tajam menyapu seluruh ruangan dengan tatapan seorang penguasa yang yakin akan kekuasaannya.Seperti air sungai yang mengalir setelah bendungan terbuka, bisikan-bisikan mulai memenuhi aula. Para anggota sekte iblis tidak bisa menyembunyikan kegembiraan m
Dengan satu gerakan anggun, kedua tangannya terangkat ke atas. Sembilan bunga peony yang melayang di sekitarnya tiba-tiba bergabung, membentuk satu bunga raksasa yang ukurannya sebanding dengan pedang qi Long Jian.Bunga itu berputar dengan kecepatan luar biasa, menciptakan pusaran energi yang menarik debu dan partikel cahaya ke dalamnya."Peony Abadi: Pengurai Surga dan Bumi," bisiknya, namun suaranya terdengar jelas di seluruh aula yang kini sunyi senyap.Bunga peony raksasa itu melesat ke atas, langsung menuju pedang qi Long Jian. Udara di sekitarnya bergetar hebat, menciptakan gelombang suara yang membuat telinga berdenging.Cahaya merah keunguan dan biru keperakan bertabrakan di udara, menciptakan ledakan energi yang membutakan untuk sesaat.Saat semua orang bisa melihat kembali, pemandangan yang menyambut mereka membuat napas tercekat. Pedang qi Long Jian telah hancur berkeping-keping, serpihan-serpihannya melayang di udara seperti kristal es yang perlahan jatuh ke lantai.Semen
"Tablet itu mungkin asli," ucapnya dengan suara keras dan jelas, "tapi itu tidak membuatmu layak menjadi Pimpinan Dunia Persilatan, Nyonya Huang."Nyonya Huang menaikkan alisnya sedikit, senyum dingin masih tersungging di bibirnya. "Oh? Dan apa yang membuatmu berpikir demikian, Guru Negara Long Jian?""Sekte Hehuan adalah aliran iblis yang mempraktikkan kultivasi ganda, mengorbankan jiwa orang lain untuk kekuatan sendiri," balas Long Jian, suaranya penuh kebencian. "Praktik-praktik terlarang seperti itu tidak layak memimpin dunia persilatan yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan."Bisikan-bisikan kembali memenuhi aula, kali ini lebih keras dan penuh emosi. Para anggota sekte ortodoks mengangguk setuju, sementara sekte iblis menatap dengan kebencian."Kebenaran dan keadilan?" Nyonya Huang tertawa kecil, suaranya dingin seperti es."Atau kemunafikan dan penindasan? Aliran ortodoks selalu mengklaim kebenaran, padahal praktik-praktik kalian tidak kalah kejamnya, hanya dibungkus den
Keheningan yang mencekam menyelimuti Aula Bunga Peony setelah insiden dengan Tetua Feng Yuxian. Udara terasa berat, dipenuhi oleh aura qi yang saling bertabrakan dari puluhan kultivator tingkat tinggi yang hadir.Cahaya dari lentera kristal yang berpendar kemerahan menyinari wajah-wajah tegang para tamu, menciptakan bayangan yang seolah bergerak dengan kehidupannya sendiri di dinding-dinding berukir naga dan phoenix.Rong Tian duduk dengan tenang di kursi kehormatannya, aura qi hitam pekat yang tadinya menguar dari tubuhnya kini telah meredup, meski masih terasa oleh kultivator sensitif di sekitarnya. Matanya yang tajam mengamati seluruh ruangan dengan seksama, menilai setiap gerakan dan ekspresi para tamu yang hadir.Bisikan-bisikan mulai terdengar, mula-mula pelan dan ragu-ragu, kemudian semakin berani dan keras.Para murid dan tetua dari berbagai sekte saling berbagi spekulasi dan kekhawatiran, menciptakan dengungan samar yang memenuhi aula megah tersebut."Kau lihat itu? Tuan Muda
Kata-kata ini bagaikan minyak yang disiramkan ke api yang sudah membara. Tetua Feng mengangkat tangannya, energi qi putih kebiruan berkumpul di telapak tangannya yang keriput."Anak kurang ajar! Biar kuajari kau sopan santun!"Sebelum siapapun sempat bereaksi, Tetua Feng melancarkan serangan. Telapak tangannya mendorong udara kosong, menciptakan gelombang qi putih kebiruan yang melesat ke arah Rong Tian dengan kecepatan luar biasa.Para tamu berteriak kaget, beberapa bahkan melompat dari kursi mereka untuk menghindari serangan nyasar.Namun Rong Tian tetap duduk dengan tenang, seolah tidak melihat bahaya yang mendekat.Saat gelombang qi hampir mencapai wajahnya, Rong Tian akhirnya bergerak. Bibirnya bergerak tanpa suara, mengucapkan mantra kuno yang hampir terlupakan.Dalam sekejap, udara di sekitarnya bergetar aneh, seolah realitas itu sendiri terdistorsi."Tangan Iblis Penjerat," bisiknya, suaranya hampir tidak terdengar.Seketika, dari lantai di bawah kaki Tetua Feng, muncul sebuah
Jawaban mereka datang beberapa saat kemudian, saat pintu samping aula terbuka, dan seorang pemuda melangkah masuk dengan tenang.Jubah hitamnya yang sederhana namun berkualitas tinggi berkontras dengan wajahnya yang tampan dan muda.Rambutnya yang hitam legam diikat tinggi dengan konde kecil, memberikan kesan elegan namun maskulin. Ia berjalan dengan langkah ringan namun mantap, matanya yang tajam menatap lurus ke depan, mengabaikan tatapan terkejut dan bisikan yang mengikuti setiap langkahnya."Itu dia!""Pemuda yang mengalahkan sepuluh murid Sekte Hehuan dengan satu serangan!""Tuan Muda Iblis!"Bisikan-bisikan itu semakin keras saat pemuda itu berjalan ke arah kursi kehormatan yang telah disiapkan. Para petugas Sekte Hehuan segera menghampiri dan membungkuk dalam, mengarahkannya ke kursi tersebut dengan sikap hormat yang berlebihan."Silakan duduk, Tuan Muda," ucap salah satu petugas dengan suara gemetar."Nyonya Huang telah menyiapkan kursi kehormatan khusus untuk Anda."Pemuda it
Nyonya Huang Wenling duduk dengan anggun di singgasana giok hitam yang diukir dengan motif bunga peony. Rambutnya yang hitam legam disanggul tinggi, dihiasi tusuk konde dari giok ungu yang berkilau tertimpa cahaya.Gaun sutra hitamnya berbordir benang emas membentuk pola bunga peony yang rumit, simbol kekuasaan Sekte Hehuan yang dipimpinnya. Wajahnya yang cantik namun dingin tidak menunjukkan emosi apapun saat ia mengamati persiapan terakhir aula besar di puncak Gunung Hehuan.Aula Bunga Peony, tempat perhelatan pemilihan Pimpinan Dunia Persilatan akan diadakan, telah dihias dengan kemewahan yang mencengangkan.Pilar-pilar merah berukir naga dan phoenix menyangga atap tinggi yang dihiasi lukisan awan dan langit. Lentera-lentera kristal berpendar dengan cahaya kemerahan yang lembut, menciptakan suasana agung sekaligus misterius.Kursi-kursi kayu berukir telah ditata rapi, dikelompokkan berdasarkan status dan kekuatan sekte yang diundang."Nyonya," seorang pelayan wanita mendekat dengan