Bulan purnama telah berganti menjadi bulan sabit, lalu menghilang, dan kembali muncul sebagai bulan purnama yang sempurna—bagai mata langit yang mengawasi dunia fana.
Tujuh hari telah berlalu sejak An Ying, sang Pimpinan, Kultivator dari Sekte Bayangan Kegelapan, bersumpah setia pada Raja Kelelawar Hitam—penguasa yang namanya hanya dibisikkan di sudut-sudut gelap Kota Bian Cheng.
Tujuh hari tanpa mengenal lelah, mengendap bagaikan bayangan di setiap sudut kota yang dikenal sebagai pusat perdagangan dan intrik di Lembah Lima Sungai.
An Ying berdiri bagai patung giok di atap Menara Awan Senja, bangunan tertinggi kedua di Kota Bian Cheng. Matanya yang tajam bagai elang gunung mengawasi jalanan berliku-liku di bawah.
Jubah hitam bertenunan sutra bayangan—harta rampasan dari pertarungannya melawan Ketua Sekte Awan Berdarah—berkibar lembut tertiup angin malam, menyamarkan sosoknya dengan bayang-bayang hingga hampir tak terlihat oleh mata biasa.
Luka-luka di tubuhnya, termasuk sayatan dalam