Tepat pukul 10 malam, Rey kini sudah bergerak dengan mengindap-indap menuju rumah Krusai, dengan mudah dia bisa melompati pagar rumah setinggi dua meteran di bagian samping.
Sehingga 3 anak buahnya yang berjaga di depan tidak mengetahui Rey malam ini menyatroni rumah bos mereka.
Bingung juga Rey di mana kamar Krusai berada, rumah lumayan besar ini memiiliki 6 kamar, untungnya tidak bertingkat.
Tanah yang di miliki Krusai lumayan luas, beda dengan di kota besar, satu meteran pun sangat berharga. Matanya terus awasi letak-letak kamar tersebut, sambil pasang mata dan telinga.
Rey melihat-lihat kebagian plapon mencari apakah ada CCTV, ia pun lega, di bagian samping rumah ini tidak ada kamera pemantau.
Rey pun putuskan mulai mencari jalan masuk ke rumah ini, dengan terus menyusuri dinding beton rumah panjang dan luas ini.
Begitu sampai di sebuah kamar yang lampu-nya masih terang, Rey pun mencoba intai, terlebih gordennya tak tertutup rapat.
Mata Rey melotot sekaligus menahan tawa, saat meli