Saat ini Ziva merasakan aneh dengan tatapan Maya kepadanya. Pasalnya perempuan paruh baya itu menatapnya sangat intens dan tampak tersenyum senang. Entah apa yang membuatnya senang.
“Makan ini sayang,” kata Maya sambil mengambilkan ikan serta telur kepada menantunya ini.
“Makasih, Bun.”
Maya pun berdeham pelan dan terus tersenyum. “Kamu sakit?”
“Hah? Enggak kok Bun.” Ziva langsung bingung sendiri kenapa Maya menebak jika dirinya sedang sakit. Memangnya dia tidak bisa melihat jika ia sangat segar bugar begini. Hanya saja seluruh tubuhnya pada sakit dan lelah.
“Bunda pikir kamu sakit. Soalnya panas begini kamu pakai sweater sama syal gitu.”
“Oh ini … hahaha. Ziva lagi ….”
“Sudah tidak usah dijelaskan. Bunda paham kok. Ayo sebaiknya segera makan.” Maya langsung memotong perkataan Ziva karena tidak mau membuat menantunya itu pusing berpikir u