Tubuh seorang Bayanaka Rasyid Gasendra membeku, tegang dikecup tiba-tiba oleh seorang gadis cantik yang sialnya, pernah ia rasakan tubuhnya.
Tidak ada yang berubah masih manis, dengan perlahan Lika memberanikan diri memagut bibir Naka dengan kakunya. Merasakan sensasi yang lain, meski awalnya Naka diam namun lama kelamaan semakin tergoda, hingga tanpa sadar Naka membalasnya, malah kini Lika yang kehabisan napasnya. Keduanya saling memejamkan mata, menikmati lumatan dan belitan lidah yang hangat itu. Naka menekan tengkuk Lika, agar ia bisa melesakkan lidahnya kedalam dan semakin dalam. Eungh.. Lenguhan bernada sensual dari mulut Lika terdengar. Membuat Naka makin dalam lagi melumat bibit mania yang sepertinya akan membuatnya candu. Sesuatu yang terasa panas mulai menjalar ditubuh Naka, sebagai pria normal tentu dia sangat tertarik dengan tubuh Lika, apalai kini dia sudah sah menjadi istrinya. Hingga tangan Naka mulai nakal menjalar ke area punggung, dia memberi usapan lembut. Sedangkan Lika tidak tinggal diam, dia menjambak rambut Naka dengan beraninya. Sampai tangan Naka mulai berpindah ke arah depan, sesuatu yang pas di cakupan tangannya terasa kenyal dan lembut. “Pakk..” pekik Lika mendorong dada Naka karena meremas buah semangkanya. Hosh hohs hosh "Pelan-pelan bapak mau bunuh saya ya." kesalnya karena malah Naka yang melahap bibirnya. Niat ingin menggoda, malah dia yang kalah. “Tangannya nakal.” Pekiknya menutupi dada dengan kedua tangannya. Naka meringis, sialan gadis ini mengujinya saja. “Kamu mau menggoda saya? sengaja!” sindir Naka dengan wajah dinginnya. Sok-sok’an merasa jika ciuman itu tidak berarti apa-apa padahal ia sangat menikmatinya. “Lika mau disini saja pak. Nggak mau pindah ke gudang.” rengeknya. “Tidak! Keputusan saya sudah bulat, sekarang pergi saya banyak kerjaan.” Tegas Naka menurunkan kasar tubuh Lika dari pangkuannya. Segera Lika turun karena suaminya menyentak tubuhnya agar turun dari pangkuan. “Punya suami galak banget.” pekik Lika kesal, karena gagal merayu suaminya. Naka yang melihat kepergian Lika langsung menyenderkan kepalanya disenderan kursi. Menarik napas panjang dan menghelanya, dia memejamkan matanya. Mengusap bibirnya, ciuman tadi begitu indah dan sangat menenangkan baginya. Ada sesuatu dalam dirinya yang ingin menarik tubuh gadis itu ke ranjangnya, dan menghabiskan malam dengan hebatnya. Jujur Naka tertarik pada Lika, gadis itu sangat cantik. Bisa merasakan tubuhnya yang masih putih adalah hal yang tidak bisa ia lupaka, dia ingin lagi. Namun Naka harus menahan diri, khawatir jika Lika malah akan hamil jika ia menjeratnya lagi. * * Hahh.. Baru masuk gudang induk Lika sudah mendesah saja. Bos sialan yang sayangnya suaminya sendiri, dengan teganya memindahkannya ke bagian gudang. Kebanyakan karyawan disini adalah laki-laki, karena memang pekerjaannya berat dan banyak tenaga yang dibutuhkan. “Loh mbak Lika pindah kesini sekarang?” tanya beberapa rekan di gudang Lika mengangguk, iya dia dibuang suaminya ke divisi gudang. Jahat sekali suami barunya itu, menikah belum ada hitungan minggu ia sudah disiksa begini. Lika juga tadi menunggu nafkah, berupa uang jajan tapi suaminya malah anteng saja. Hari itu ia habiskan untuk mengenali tugas barunya, menjadi purchasing admin di gudang. Mencatat dan menghitung jumlah barang yang masuk dan keluar, juga jika beberapa bahan yang akan dipakai untuk pembangunan sebuah gedung maka Lika yang akan turun langsung sendiri. Mana barang yang akan habis dia harus mencatatnya, jangan sampai lupa sangat diperlukan sekali. “Lika, kamu pelajari ini dulu. Jangan sampai salah, nggak apa-apa kamu kan baru jadi belajar saja dulu.” kata pak Teo, kepala di divisi gudang. Ia hanya dapat mandat dari Bara agar mengajari Lika. Selebihnya biar gadis itu sendiri yang berusaha. Kebanyakan rekan kerja Lika tentu kaum Adam, karena gudang identik dengan pekerjaan berat. Sore menjelang tubuhnya langsung kaku, karena harus bolak balik ruangannya dan ruang workshop. “Mbak Lika mau pulang, mau bareng nggak nih?” tawar salah satu rekan kerja Lika di bagian gudang. “Bareng sampai stasiun kereta mau tidak. Lumayan mbak hemat ongkos.” Ujarnya lagi. Tawaran yang merupakan godaan mampir ke Lika, wajar saja biasa melihat batangan kini seorang gadis, mana cantik lagi semok. “Nggak usah pak, makasih.” Tolak Lika sopan. “Nggak usah malu-malu, nggak saya culik kok.” Memaksa sekali. Lika menolak kembali, karena dia lebih baik angkutan umum saja. “Beneran nih?” “Benar pak. Sudah sana pulang, sudah sore.” Pekik akhirnya tidak tahan juga. “Ya sudah mbak Lika, saya duluan ya.” “Iya pak.” Sahut Lika. Dia kemudian keluar area gudang dan akan menuju luar kantor. Seharian ini dia merasa tidak enak sekali, mungkin kena debu dan sesak karena dia juga memakai masker sepanjang bekerja. Namanya juga gudang ya penuh dengan debu. Lemas Lika ini, seperti tidak makan seharian. Padahal tadi makan siangnya banyak sekali, nasi padang. “Oh ya Tuhan, kenapa perjalanan jauh sekali.” Keluhnya menuju halte. * * Dikamar apartemennya yang sempit, Lika mengurut kakinya sendiri dengan minyak angin. Pegal sekalim seharian gadis itu mondar mandir kesana kemari. “Pegal banget sih.” Pekiknya. Maunya urut dengan terapis, namun Lika terlalu malas bepergian. Alhasil dia dirumah saja, urut sendiri. “Tega emang tuh suami. Berasa hidup sendiri aja.” Keluhnya. Ah Lika tersadar akhir-akhir ini dia banyak mengeluh, siapa lagi coba kalau bukan karena Bayanaka Rasyid Gasendra. Bos yang sudah menjadi suaminya. Suami bayangan, tidak terlihat sama sekali. Iseng Lika memainkan ponselnya. Lalu entah ide darimana dia mengetikkan nama suami di kolom pencarian. Keluarlah berita-berita tentang Naka. Umumnya tentang pencapaian karirnya sebagai seorang pengusaha dan pewaris tunggal kerajaan bisnis Gasendra. “Ganteng sih.. Sayang galak.” Gumam Lika sendirian. Ada banyak berita mengenai Naka, tak terkecuali berita tentang pernikahannya. Memberanikan diri Lika membuka foto istri Naka. Terpampanglah seorang perempuan cantik dengan tinggi semampai di samping Naka. “Cantik.” Lirihnya pelan. Memang cantik, Ivanka dulunya adalah seorang model. Dia berhenti dari dunia modelling semenjak menikah dengan Naka. Sampai sekarang tidak ada kabar lagi atau pun foto terbaru darinya. Hanya foto-foto lama saja. “Cocok banget sama Pak Naka. Ganteng dan cantik.” Lika mendesah, ah kalau bukan karena kesalahan satu malam dia dengan bosnya. Mungkin tidak akan seperti ini. dia seperti pelakor yang merebut suami orang. Tapi Lika juga perempuan biasa, yang mengalami kekhawatiran jika dia hamil diluar nikah dan tidak memiliki suami. Apa kata orang, ah tidak, Lika tidak peduli kata orang. Dia hanya mempedulikan kata keluarganya di Bandung. “Maaf ya ma.. Lika jadi anak yang nakal.” Lirihnya, selalu sedihjika mengingat mamanya yang seorang single parents itu. **