Home / Romansa / Simpanan CEO Beristri / BAB 7 Memikirkan Istri Kedua

Share

BAB 7 Memikirkan Istri Kedua

Author: Miss Nonce
last update Huling Na-update: 2025-01-16 23:26:11

Diruangan Naka, pria itu masih berkutat dengan berkas di meja. “Bagaimana Lika disana Bara?” tanya pada sang asisten, yang sudah paham mengapa Naka menikahi gadis itu.

Ia juga tadi sedikit disalahkan, karena sakitnya Naka haurs mengajak Lika dinas ke luar negeri yang berakhir kekacauan.

“Baik pak, sudah bisa beradaptasi dengan baik. Ya paling resikonya, hmm digodain pekerja Gudang pak.” jawab Bara, sengaja agar Naka berbaik hati memindahkan Lika kembali ke jalurnya. Dia juga sedikit terbantu dengan adanya Lika, si gadis lugu yang bagus dalam pekerjaannya.

Naka mendengus, sudah bagus disana mau dipindahkan kemana. Gudang adalah tempat yang paling jauh darinya, namun masih bisa ia pantau. Berbeda jika di kantor cabang, lokasi yang jarang Naka jarang datangi.

“Lika akan tetap disana pak?” tanya Bara memberanikan diri.

“Disana saja.” jawabnya tegas.

Ketika sendiri di ruangannya, Naka mulai memejamkan matanya. Tingkah lugu istri barunya benar-benar diluar nalar, seenaknya duduk diruangannya. Seolah ruangannya ini adalah ruangan karyawan biasa. Baru saja teringat akan istri barunya, orangnya tiba-tiba nongol didepannya.

“Pak Naka.” seru Lika main masuk begitu saja. Diluar kosong sepertinya Bara sedang tidak ada di mejanya.

“Lika. Kamu nggak bisa apa ketuk pintu dulu!” sentak Naka karena istrinya mengagetkannya.

“Lika nggak mau pak digudang. Kerjaannya berat banget, baru sehari saja badan Lika mau rontok pak.” melasnya.

Naka mendengus, selain polos ternyata istrinya manja juga. “Saya bos kamu disini. Kamu harus turutin perintah saya.”

“Iya tapi Lika mohon pak jangan pindahin kesana. Kan, divisi lain masih ada kenapa harus disana?” tanyanya masih tak paham.

“Ckk, jangan menganggu saya dengan rengekan tidak pentingmu Lika. Sekarang kembali bekerja, saya masih banyak pekerjaan.”

“Pak Naka nggak pulang ke apartemen Lika?” tanyanya random sekali gadis ini.

Naka menoleh mendengar ajakan itu, “Kenapa saya harus pulang ke apartemen kumuh kamu itu?” tanyanya sadis.

“Itu kan apartemen Lika pak. Lagi kan aku istri pak Naka, memang Pak Naka nggak mau malam pertama apa.” Wow Lika berani sekali menawarkan hal itu pada pria dewasa ini. siapa tahu suaminya akan berbesar hati memindahkan bagian kerjanya.

Namun sayangnya, Naka Nampak tidak berminat sama sekali.

“Tidak!”

“Kenapa?”

“Pergilah jangan ganggu saya.” usir Naka.

“Pak Naka nggak mau kasih Lika nafkah?”

“Nafkah apa. Cek senilai 10 miliar masih di tangan kamu Lika.” tegasnya.

“Itu kan buat persiapan kalau Lika hamil pak, masa mau dipakai.” ucapnya polos.

Naka semakin pusing dengan kepalanya, istri barunya benar-benar merepotkan. “Tidak.”

“Nggak mau beliin Lika apartemen gitu, mobil atau apa kek. Namanya juga pengantin baru.” Dengusnya. Kenapa jadi matre gadis ini.

“Kamu salah kalau meminta itu semua dari saya. Pernikahan kita hanya bentuk tanggungjawab dari saya saja, sampai kamu dinyatakan hamil atau tidak!” ulang Naka dengan pernyataannya tadi.

Lika yang kesal, meninggalkan ruangan suaminya. Kejam sekali, baru menikah dia tidak dapat apa-apa ini sama saja masih hidup sendiri kan.

Usainya, Naka menerima panggilan telepon dari rumahnya. Istrinya kejang tiba-tiba dan sekarang sedang dirumah sakit. Sontak Naka beranjak dari duduknya dan berlari kencang. Hingga sampai lobbi ia melewati Lika yang sedang berjalan, gadis itu kira Naka menyusulnya, namun setelah dilewati dan Naka masuk kedalam mobilnya, gadis itu meringis.

“Dasar suami nggak tahu diri,” gumamnya.

*

*

Naka berdiri di samping tempat tidur rumah sakit tempat istrinya, Ivanka, terbaring lemah dengan selang infus yang menancap di tangan kurusnya akibat penyakit kankernya. Raut wajah Naka penuh kekhawatiran sementara dokter menjelaskan bahwa kondisi Ivanka sudah stabil namun harus banyak beristirahat dan menghindari stres. "Pastikan dia mendapat nutrisi yang cukup dan istirahat yang banyak." ujar dokter dengan nada yang menenangkan.

Setelah dokter pergi, Naka duduk di samping tempat tidur, memegang tangan Ivanka yang dingin. Dia berusaha tersenyum untuk memberi semangat, meskipun hatinya remuk melihat penderitaan istrinya.

“Sehat Ivanka.” Gumamnya.

Naka juga tidak tega melihat keadaan Ivanka, wanita yang dulunya sangat menjaga penampilan itu harus menderita sekarang. Rambut pendek, wajah menghitam dan tubuh yang mengurus. Namun meski begitu, tidak ada hatinya merasakan getaran cinta yang kuat. Rasa sayang dibalut rasa iba malah yang semakin membesar di hati.

Naka memandangi jendela, dengan pemandangan langit yang sudah mulai menggelap. Tidak dapat dipungkiri sudah dua hari ia tidak bekerja, artinya dia tidak bisa melihat Anulika, istri kecilnya yang diam-diam ia nikahi, karena kesalahan satu malamnya.

Sudah dua hari ini tidak ada kabar darinya, dan Naka mulai cemas. Sebenarnya dia bisa saja menghubungi Lika, namun gengsi tinggi membuat Naka enggan melakukannya. Paling dia meminta kabar dari asisten merangkap sekretarisnya, Bara yang menggantikan tugasnya di kantor.

Dia mencoba menghubungi Bara, rekan kerjanya, untuk menanyakan keadaan Lika. "Semua aman, Pak. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." jawab Bara melalui telepon.

Namun, kekhawatiran masih menggelayuti pikiran Naka. Apakah Lika mengalami kesulitan beradaptasi di gudang? Apakah dia baik-baik saja? Naka merasa bimbang dan bersalah karena tidak bisa berada di dua tempat sekaligus, merawat istrinya di rumah sakit sekaligus memastikan Lika tidak kesulitan dengan pekerjaan barunya.

Ah sial, Naka tidak dapat menghilangkan Lika dari pikirannya sendiri. Naka adalah pria yang bertanggung jawab, terlebih pada istrinya. Tapi jangan meminta hati padanya, karena dia akan kesulitan memberikannya.

Di tengah kebingungan dan kekhawatirannya, Naka menggenggam tangan Ivanka lebih erat, berharap kehadirannya bisa memberikan sedikit kenyamanan.

Dia juga berjanji dalam hati akan segera mengunjungi gudang secepat mungkin untuk memastikan semuanya baik-baik saja dengan Lika, sekaligus menjaga Ivanka dengan sebaik mungkin dalam perjuangannya melawan penyakit.

Hari ketiga, kondisi Ivanka mulai semakin membaik. Sudah mulai bisa berbicara meski masih terdengar parau dan lemah.

“Babe, kamu enggak kerja dong ya?”

“No, aku menjaga kamu.”

“Terima kasih.”

“Sudah tugasku, Ivanka.” Ucap Naka. Dia mengurus keperluan Ivanka dibantu pelayan, tidak ada ornag tua Ivanka yang datang malah asik berpelesiran ke luar negeri. Jengkel, tentu saja. Naka berharap mertuanya itu bisa membantunya menjaga Ivanka, ketika dia sibuk bekerja.

Seperti sekarang ini, dimana Ivanka membutuhkan perawatan dan perhatian, kedua orangtuanya malah tidak mempedulikannya. Makin kasihan Naka melihat istri yang tidak pernah ia cintai ini.**

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Endang Wahyuni
seru lanjut dong ceritanya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 153 Bertemu Istri Kembali

    Galen berdiri terpaku di depan ranjang rumah sakit, matanya membelalak melihat Iren yang terbaring lemah dengan wajah pucat dan mata sembab. Istrinya sudah dapat ia temukan, betapa senang hati Galen melihat Iren.Dengan jantung berdetak kencang Galen masuk semakin dalam, Iren sedang memejamkan matanya. Vera yang melihat pria asing yang ia Yakini itu suami Iren lalu mempersilakan masuk.“Aku tunggu diluar,” kata Vera pelan. Galen mengangguk, seraya mengucapkan terima kasihnya.Diluar sendiri Vera bertemu dengan Naka dan Lika, orang tua Galen.Di dalam, Galen mendekat ke ranjang sang istri. "Sayang," suaranya bergetar, penuh campur aduk antara cemas dan penyesalan.Iren yang sudah bangun merasa mendengar suara suaminya. Dia pun menoleh, matanya yang basah menatap tajam, terkejut sekaligus bingung saat melihat suaminya di sana."Ngapain kamu kesini?" suara Iren lirih, namun penuh penolakan yang keras. Tubuhnya mencoba menarik diri, tapi Galen melangkah lebih dekat, menundukkan kepala seo

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 152 Akhirnya Ada Kabar Darimu..

    Iren duduk di sudut kamar yang remang, tubuhnya menggigil meski udara tak terlalu dingin. Perutnya mulai terasa bergejolak, namun wajahnya pucat pasi, dahi berkerut karena mual yang tak kunjung reda.Setiap kali berdiri, kepala berputar begitu hebat hingga ia harus cepat-cepat duduk lagi. Nafasnya tersengal-sengal, dan tangan yang gemetar tak mampu meraih segelas air di meja. Vera menatapnya dengan penuh kekhawatiran.“Ke dokter ya, Iren. Jangan dibiarkan terus-terusan seperti ini,” ucap Vera lembut, namun tegas.Iren menggeleng pelan, mata berkaca-kaca. “Nggak usah, Ver.”“Kamu kan lagi hamil,” ujar Vera khawatir.“Iya katanya orang hamil memang begini. Mual dan pusing.”“Tapi mereka konsul ke dokter kandungan. Kamu kan nggak Ren.” Vera makin khawatir karena wajah Iren yang pucat.“Ren, aku khawatir banget nih,” kata Vera yang tidak bisa menutupi kekhawatirannya. “Kita telepon suami kamu ya, Ren-““Ver, please,” desis Iren memohon untuk jangan membahasnya lagi.Vera berdecak, dia jug

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 151 Masih Berusaha Mencari

    Iren mengusap pelipisnya yang mulai berdenyut, perutnya mulai terasa tidak enak. Belum lagi mual dan ia coba tahan karena sedang bekerja. Sumpah demi apapun yang Iren ingin lakukan adalah merebahkan diri, bersantai saja dirumah.Kehamilannya membuat langkah Iren semakin berat di antara meja-meja yang penuh pelanggan. Aroma bumbu dan asap gorengan menusuk hidungnya, membuat rasa mual semakin menghantui. Vera yang melihat wajah Iren yang pucat langsung merangkul bahunya, "Istirahat sana, aku yang gantikan kamu dulu." Suara Vera penuh perhatian, tapi Iren hanya bisa mengangguk lemah sambil melangkah ke sudut restoran. Karena tidak tahan ia menurut saja, lagipula Iren takut mengacaukan pekerjaan yang lain.Namun, di sana Iren tak menemukan ketenangan. Ayu, rekan kerja yang lebih senior berdiri tak jauh, melontarkan suara pedas tanpa ampun, "Enak banget, anak baru kerja kok istirahat terus! Makan gaji buta, ya?" Tatapannya tajam, seolah ingin menekan Iren lebih dalam.Iren menunduk, mencob

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 150 Kamu Di mana Sayang?

    Galen berjalan gontai menuju apartemennya, dia membawa banyak cemilan, termasuk cokelat, es krim, bahkan sampai bunga. Galen berharap Iren bisa memaafkannya. Mungkin tak akan mudah, tetapi setidaknya ini bisa mengurangi kemarahan Iren padanya.Saat pintu apartemen dibuka, semua tampak normal saja. Apartemennya memang selalu rapi, walaupun sibuk dengan urusan kampus, tetapi Iren cukup pandai membersihkan rumah. "Baby!" panggil Galen."Iren Sayang!" panggil Galen lagi saat tak mendapatkan jawaban dari istrinya.Perasaan Galen mulai merasa aneh, saat apartemennya ternyata hening tanpa aktivitas Iren seperti biasanya. Setidaknya selalu terdengar musik atau suara film yang diputar Iren, tetapi kali ini apartemen itu benar-benar sepi.Galen langsung berlari ke kamar dan benar saja Iren tidak ada di sana. Galen mencari Iren ke balkon, ke taman belakang, dan ke semua penjuru apartemen, tetapi sialnya dia tak menemukan istrinya di sana."Astaga, Iren kamu di mana?" tanya Galen dengan panik.Ga

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 149 Mengakui Semuanya

    Rasanya begitu sesak saat mengetahui kebenaran yang selama ini disembunyikan rapat, Lika melirik Naka, menunjukkan bagaimana kekecewaannya pada kedua anak mereka yang ternyata selama ini membohonginya.Lika mengusap wajahnya, dia berjalan mondar-mandir dengan pikiran yang kacau. "Maksud kamu apa Galen, Belinda, kalian sengaja membohongi Mami sama Papi?" ujar Lika."Bukan gitu Mami, a-aku hanya ingin melindungi Belinda. Aku tahu dia salah, tapi—""Tapi apa? Kamu pikir dengan menjadikan kamu sebagai pelaku semua masalah menjadi selesai? Kamu bahkan harus menikahi Iren yang bahkan seharusnya bukan tanggungjawab kamu!" tegas Lika yang mulai marah dengan kenyataan ini.Galen tengah bicara dengan Belinda dan tidak sengaja Lika mendengar itu. Naka juga kebetulan berjalan di belakang istrinya, membuatnya juga tahu kebenaran yang sebenarnya.Mau tak mau Galen pun membuka semuanya, bukan untuk meminta pembelaan tapi dukungan dari keluarganya.Naka hanya menutup mata saat Lika marah besar pada a

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 148 Istri Rahasia Galen

    Lika semakin tidak habis pikir dengan jalan pikiran Galen. Bisa-bisanya Galen menikah tanpa izin dan restu tarinya. Galen seperti tidak menganggap keberadaan Lika dan Naka sebagai orangtuanya."Kamu bukan anak yang kayak gini, Galen. Kenapa kamu menikah tanpa bilang sama Mami sama Papi? Dia siapa? Mami harus tahu dong dia dari mana, gimana keluarganya dan ...." Lika tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, dia hanya melirik Iren, kemudian menangis karena merasa kecewa.“Mami tolong maafkan aku. Aku bisa menjelaskan semuanya,” ucap Galen, Mami Lika menggeleng sudah terlalu sakit hatinya.“Jelaskan pada papi sekarang juga, Galen!” bentak Naka marah. Namun tetap saja, Lika mengelus tangan suaminya. Untuk tidak emosi dulu, bagaimana pun ada orang baru bersama mereka saat ini.Galen mendekati Lika, dia bertekuk lutut di hadapan Lika. "Mami, Galen tahu ini salah tapi keadaannya memang rumit pada saat itu. Aku menabrak ayahnya Iren, aku bertanggungjawab dan membawanya ke rumah sakit, tapi ternya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status