Perjalanan menuju apartemen pagi itu terasa berbeda. Cahaya matahari pagi menyelinap di antara gedung-gedung tinggi Jakarta, tapi suasana di dalam mobil bersama Pak Herdi terasa tegang. Aku duduk di kursi depan, memandang jalanan yang masih sepi, tapi sesekali merasakan tatapan Pak Herdi dari cermin spion. Tatapannya aneh, seperti menyimpan pertanyaan yang tak diucapkan. Aku mencoba mengabaikannya, tapi saat tatapan itu terulang beberapa kali, aku penasaran..
"Pak, ada apa?" tanyaku, menoleh ke arahnya.
Pak Herdi tersentak, matanya buru-buru kembali ke jalan. "Eh, nggak ada, Tuan Raka," jawabnya cepat, tapi suaranya terdengar gugup. "Cuma mmm... nggak apa-apa, kok."
Aku mengerutkan kening. Tingkahnya makin mencurigakan. Pikiranku langsung melayang ke malam tadi di apartemen Mama Siska. Apakah Pak Herdi tahu apa yang terjadi? Aku menyesal, merasa ceroboh karena tidak bisa menahan diri. Suara desahan Mama Siska cukup keras, aku sendiri beberapa meracau kemungkinan Pak Herdi mendengarnya