Suara tangisan seorang gadis kecil terdengar sangat kencang sejak kaki kecilnya melewati pintu utama rumah.
Ia meraung dan berderai air mata guna mencari keberadaan sang ayah. Tangisannya tidak akan berhenti sebelum satu ritual bersama laki-laki pertama dalam hidupnya itu merengkuh tubuh kecilnya.
"Hei, ada apa, Sayang?" tanya Ghazi lembut. Ia berjongkok dan mengulurkan tangannya pada balita itu.
Usianya baru empat tahun, ia telah menikmati taman bermainnya sekarang.
"Huh— kumat lagi, dah," keluh Divya di belakang tubuh si gadis kecil itu.
"Diam, mommy! Kamu membuat aku semakin sesak," sergahnya.
"Hem— ada apa ini?" Kembali tangisannya memekikkan telinga.
Divya mengerutkan keningnya untuk menghalau dengung di telinganya.
"Daddy, you can dance with me?"
"Oh— ss— sure, Baby." Ghazi membopong tubuh anaknya.
Ya— anak keduanya yang kerap dipanggil baby, itu. Gadis kecil manja yang selalu berhasil merebut hati Ghazi dari keduanya kakaknya.
Pria dewasa itu melangkah ke kiri dan ka