Saat jam istirahat tiba, Nilam duduk di mejanya sambil menggenggam undangan pernikahannya. Dadanya berdebar, tapi ia tahu ini adalah sesuatu yang harus dilakukan. Ia menoleh ke arah meja Rina dan Talita yang sedang berbincang sambil menikmati makan siang mereka.
Dengan napas panjang, ia memberanikan diri untuk berdiri dan melangkah ke arah mereka. "Mbak Rina, Mba Talita, kalian ada waktu sebentar nggak?" tanyanya dengan suara sedikit ragu.
Rina menoleh dengan alis terangkat, sementara Talita langsung menyahut, "Ada dong, kenapa, Nilam?"
"Aku mau ngomong sesuatu. Nanti pulang kerja kita nongkrong di kafe, yuk? Aku traktir deh!" ujar Nilam sambil tersenyum, meskipun tangannya sedikit berkeringat.
Rina melipat tangannya di depan dada dan menatap Nilam penuh rasa ingin tahu. "Wah, tumben ngajakin nongkrong. Ada apa nih?"
Nilam menggaruk belakang kepalanya sambil tersenyum malu-malu. "Iya, ada yang pengen kasih tau berita penting ke Mba Rina sama Mba Talita."
Talita saling bertukar pandang