Bibir saling menaut, saliva saling bertukar, membuat dua insan yang sedang terbaring di ranjang terbuai akan gelora api yang tercipta. Tubuh keduanya polos hanya selimut tebal yang menutupi tubuh telanjang mereka.
“Sayang, nanti setelah aku lulus kuliah kita nikah, yuk,” ajak Bara sambil membelai pipi Bintang.
Bintang tersenyum, membelai pipi Bara. “Kamu nggak mau lanjut s2?”
Bara menggelengkan kepalanya. “Kayaknya nggak. Lulus kuliah, aku mau langsung nikahin kamu.”
“Nikah, kan nggak mudah, Bara,” ucap Bintang pelan, tapi menatap Bara dengan tatapan penuh cinta.
Kening Bara mengerut. “Kenapa nggak mudah? Aku sudah ada tabungan untuk nikahin kamu. Aku juga akan mastiin hidup kamu akan bahagia sama aku. Nanti aku akan cari uang yang banyak buat bahagiain kamu.”
Bintang tersenyum lembut. “Ini bukan tentang uang.”
“Lalu, tentang apa?” tanya Bara lagi protes.
“Aku hanya khawatir kita terlalu cepat menikah. Kamu pintar, Bara. Kamu bisa memiliki potensi mendapatkan beasiswa ke luar