**
Bella berdiri di lorong panjang lantai paling atas mansion. Ia mengenakan mantel cokelat muda yang jatuh rapi hingga lutut. Tangannya menggenggam ponsel, namun matanya terus menatap pintu ruangan Giovanni yang baru saja tertutup lima menit lalu. Ia melihat Felix keluar dari sana, langkahnya lambat, wajahnya tertunduk, dan pelipisnya tampak memar samar.
Bella segera menghampirinya.
“Felix…” Suaranya pelan, nyaris ragu. “Kau tidak apa-apa? Kau baik-baik saja, kan?”
Felix menoleh, dan meski senyum tipis berusaha ia ukir, sorot matanya terlihat lelah. Ia menegakkan tubuh, menghadap Nyonya majikannya dan mengangguk mantap.
“Saya baik-baik saja, Nyonya Bella. Anda tidak perlu khawatir,” jawabnya tenang.
Bella mengerutkan kening, tidak yakin pada jawaban itu. Ia melihat luka kecil di bawah mata kiri Felix, bekas yang tampaknya masih baru. Jantung Bella seperti mencelos melihat itu.
“Astaga, Felix! Giovanni ... Dia terlalu keras padamu, bukan?” bisiknya sembari sekali-sekali melirik ke ara