Kubah bio-laboratorium Satelit Nusantara Orbit-9 dipenuhi semburat biru dari spektrum aurora buatan. Di tengah riuh sunyi laboratorium yang hanya ditemani suara detak mesin filtrasi oksigen, Dinda menatap layar hologram dengan napas berat.
Tangannya gemetar saat menyentuh ikon hasil sekuensing genetik terbaru dari ayam Gen-3.
“AYX-13... unggas purba,” bisiknya.
Potongan rantai DNA itu bukan sekadar peninggalan sejarah biologis. Ia membawa jejak makhluk yang seharusnya telah punah berjuta tahun lalu—arkosaavia, leluhur predator dari keluarga unggas.
Tepat saat ia menatap fragmen tersebut, nyeri hangat menyeruak di perut bagian bawah. Bukan rasa sakit, melainkan… getar kehidupan. Dinda terhenyak. Tangannya reflek memeluk perutnya sendiri.
“Aku hamil...” pikirnya dalam hati.
Beberapa menit kemudian, pintu logam terbuka dengan suara desis pelan. Ghenadie masuk, setelan lab-nya masih berlumur dengan partikel mikroskopik hasil pembelahan jaringan ayam Gen-3.
“Dinda? Apa kau... menangis?” ta