Beranda / Urban / Tukang Bakso Jadi Miliarder / 145-Bayi, Buku, dan Batu Nikel

Share

145-Bayi, Buku, dan Batu Nikel

last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-26 12:26:09

Angin sore menerpa pelataran depan Museum Tambang Ibu Angkat di Desa Nikel Jaya, tempat bekas tambang yang kini menjadi pusat sejarah modern. Kabarnya, museum itu menyimpan sebuah artefak aneh yang baru ditemukan saat penggalian terdalam dilakukan pekan lalu.

Zarak menatap bangunan tua itu dengan rasa ingin tahu yang membuncah. Rambutnya hitam ikal, matanya tajam, dan pikirannya berlari-lari cepat seperti biasanya. Ia bukan remaja biasa.

Sejak kecil, dia bisa membaca sebelum bisa berjalan. Di umur lima tahun, ia sudah merancang sistem irigasi otomatis untuk desa. Dan kini, di umur lima belas, ia menjadi satu-satunya pelajar yang diundang langsung oleh Lembaga Riset Nasional untuk membantu memecahkan teka-teki artefak luar bumi.

“Zarak,” suara berat Ghenadie, ayahnya, memanggil dari belakang. “Sudah siap?”

Zarak menoleh, senyumnya mengembang. “Aku sudah menyiapkan scanner DNA, penganalisis spektrum logam, dan buku catatan. Aku siap, Ayah.”

Ghenadie tersenyum kecil. Ia ingat saat menama
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   146-Delegasi dari Timur

    Tokyo, tahun 2127. Mega-kota dengan langit yang dipenuhi drone logistik dan iklan holografik. Udara dingin sintetis dari sistem sirkulasi udara kota merambat hingga ke jantung pertemuan internasional terbesar dalam sejarah pangan umat manusia.Konferensi Global Pangan Berkelanjutan—disingkat GSPB—baru saja dibuka, dan para delegasi dari berbagai planet, federasi, serta perusahaan transgalaktik telah memadati Menara FujiSky.Ghenadie turun dari pesawat kapsul yang mendarat vertikal di atap gedung, mengenakan jas batik armor-carbon dengan logo kecil "Mitra Mutan Biotik Nusantara" terpampang di kerahnya.Sebagai duta resmi Asia Tenggara dalam bidang pangan organik, ia adalah anomali. Hampir semua peserta lain adalah perwakilan dari korporasi daging sintetis raksasa seperti SynthMeat, BioBeef, dan OmniProtein.“Satu langkah lagi ke dalam sarang serigala,” gumamnya lirih, menatap refleksi dirinya di kaca lift transparan.“Delegasi dari Timur, selamat datang,” ujar seorang wanita berambut p

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   145-Bayi, Buku, dan Batu Nikel

    Angin sore menerpa pelataran depan Museum Tambang Ibu Angkat di Desa Nikel Jaya, tempat bekas tambang yang kini menjadi pusat sejarah modern. Kabarnya, museum itu menyimpan sebuah artefak aneh yang baru ditemukan saat penggalian terdalam dilakukan pekan lalu.Zarak menatap bangunan tua itu dengan rasa ingin tahu yang membuncah. Rambutnya hitam ikal, matanya tajam, dan pikirannya berlari-lari cepat seperti biasanya. Ia bukan remaja biasa.Sejak kecil, dia bisa membaca sebelum bisa berjalan. Di umur lima tahun, ia sudah merancang sistem irigasi otomatis untuk desa. Dan kini, di umur lima belas, ia menjadi satu-satunya pelajar yang diundang langsung oleh Lembaga Riset Nasional untuk membantu memecahkan teka-teki artefak luar bumi.“Zarak,” suara berat Ghenadie, ayahnya, memanggil dari belakang. “Sudah siap?”Zarak menoleh, senyumnya mengembang. “Aku sudah menyiapkan scanner DNA, penganalisis spektrum logam, dan buku catatan. Aku siap, Ayah.”Ghenadie tersenyum kecil. Ia ingat saat menama

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   144-Silsilah Ayam dan Anak

    Kubah bio-laboratorium Satelit Nusantara Orbit-9 dipenuhi semburat biru dari spektrum aurora buatan. Di tengah riuh sunyi laboratorium yang hanya ditemani suara detak mesin filtrasi oksigen, Dinda menatap layar hologram dengan napas berat.Tangannya gemetar saat menyentuh ikon hasil sekuensing genetik terbaru dari ayam Gen-3.“AYX-13... unggas purba,” bisiknya.Potongan rantai DNA itu bukan sekadar peninggalan sejarah biologis. Ia membawa jejak makhluk yang seharusnya telah punah berjuta tahun lalu—arkosaavia, leluhur predator dari keluarga unggas.Tepat saat ia menatap fragmen tersebut, nyeri hangat menyeruak di perut bagian bawah. Bukan rasa sakit, melainkan… getar kehidupan. Dinda terhenyak. Tangannya reflek memeluk perutnya sendiri.“Aku hamil...” pikirnya dalam hati.Beberapa menit kemudian, pintu logam terbuka dengan suara desis pelan. Ghenadie masuk, setelan lab-nya masih berlumur dengan partikel mikroskopik hasil pembelahan jaringan ayam Gen-3.“Dinda? Apa kau... menangis?” ta

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   143-Bayang-Bayang di Balik Cahaya

    Langit Jakarta 2098 berwarna ungu kehitaman, diselimuti debu mikro dari mobil-mobil terbang yang melintas di antara pencakar langit bercahaya biru neon.Di tengah kota yang tak pernah tidur, Dinda berdiri sendirian di balkon apartemen transparan tingkat 207, memandangi gemerlap ibu kota yang telah berevolusi menjadi pusat kekuasaan Asia Tenggara.Namun hatinya tidak gemerlap. Pikirannya kusut, napasnya berat.Pesan itu masih terpantul di bola matanya, ditampilkan langsung dari lensa retina digital yang tertanam di korneanya. "Aku adalah pemilik lama nusa tambang. Kekayaan Anton dibangun dari tanah berdarah. Kau pikir perusahaan itu lahir dari keringat? Tidak. Ia tumbuh dari jerit manusia yang terkubur hidup-hidup."Tangannya bergetar. Ia sudah memeriksa pengirim pesan, tak terdeteksi. Teknologi blockchain komunikasi terbaru seharusnya tak bisa diretas, tapi pesan ini menembus semua sistem pengaman seperti angin dingin menerobos jendela tua.“Pak Anton...,” gumam Dinda. “Apa yang B

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   142-Jari-Jari Pasar Gelap

    Malam itu terasa lebih pekat dari biasanya. Di kediaman mewah milik Ghenadie, mantan tukang bakso yang kini menjadi miliarder berkat kesuksesan teknologi pengembangbiakan ayam super cepat, AyamNusa lampu ruang kerja utama masih menyala.Cahaya remang dari lampu meja memantul di permukaan kaca jendela besar yang menghadap ke taman belakang. Daun-daun bergerak pelan tertiup angin, seolah berbisik, menandai malam yang akan mengubah segalanya.Di ruangan itu, dua sosok berdiri saling berhadapan. Yang satu duduk di balik meja besar dari kayu jati, wajahnya tegas tapi lelah. Yang satu lagi berdiri di sisi gelap ruangan, dengan jaket kulit usang dan topi hitam menutupi sebagian wajahnya.“Aku tahu ini terdengar gila, Mas Ghenadie, tapi aku tak punya tempat lain untuk pergi. Kartel pangan Asia Tenggara sedang menyusun rencana besar. AyamNusa jadi target utama mereka,” kata Dika, suaranya serak menahan emosi.“Kartel pangan? Maksudmu sindikat ilegal yang kuasai distribusi beras, daging, dan mi

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   141-Serbuk Emas, Serbuk Ayam

    Udara Jakarta sore itu terasa berat. Langit menggantung rendah seolah menyimpan rahasia besar yang hendak ditumpahkan, tapi belum waktunya.Di lantai tertinggi gedung AyamNusa Biotek, Ghenadie berdiri diam menatap layar transparan di hadapannya, berisi grafik pertumbuhan ayam Gen-3, mutasi, dan peta sebaran limbah pertanian di seluruh nusantara.Ia sudah kembali dari Kalimantan dua hari lalu. Tambang emas barunya di sana berjalan stabil, bahkan menjanjikan lonjakan pendapatan negara dan dividen luar biasa bagi para pemegang saham.Tapi kini, di markas besar impiannya, AyamNusa, tempat ia mentransformasi pangan negeri, ia justru merasa dihantui. Bukan oleh kegagalan, melainkan oleh kesuksesan yang terlalu cepat dan mungkin... berbahaya.“Pak Ghenadie, hasilnya sudah kami kunci,” suara ringan Lili, kepala tim genetika, menginterupsi lamunannya. Wanita itu tampak letih, matanya sembab. Beberapa helai rambutnya tak sempat lagi disisir rapi.“Bisa saya lihat?” tanya Ghenadie pelan.Dindame

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status