Sabtu, 21.15 – Gigs
Musik sudah menghentak sejak pukul delapan. Lampu-lampu strobo menari di antara kepulan asap tipis, menyapu wajah-wajah muda yang haus euforia.
Kirana datang lebih awal malam ini. Outfit-nya lebih santai dari semalam, tapi tetap punya statement—celana kulit hitam, crop blazer dan boots tinggi. Rambutnya dikuncir setengah, dengan anting hoop besar yang memantulkan cahaya ruangan.
Dia berdansa sebentar dengan teman-temannya, lalu mundur ke pinggiran bar. Mengambil napas, memesan gin tonic. Matanya menyapu ruangan.
“Gigs selalu padat sabtu malam. Tapi malam ini terasa agak... menunggu sesuatu.”
Di sisi lain...
Ares melangkah masuk dengan tenang. Hoodie hitam, jeans gelap, dan pandangan lurus. Ini bukan tempat asing, tapi bukan juga tempat biasanya dia datangi dua malam berturut-turut.
Namun entah kenapa…
Dia tahu Kirana akan di sana.
Dan benar saja.
Di antara dentuman musik dan crowd yang menari, Ares melihat sosoknya. Sedang berdiri sendiri, menyentuh gelasnya sambi