Search
Library
Home / Romansa / Two Sides Of KIRANA / Bab 7 – Satu Kota, Dua Dunia

Bab 7 – Satu Kota, Dua Dunia

Author: Agnes
2025-04-14 14:13:46

Tiga hari setelah presentasi sukses mereka, Kirana menerima email dari divisi pusat:
“Observasi lapangan untuk Proyek Sigma – Kota Bandung, 3 hari, mulai Jumat Ini. Delegasi: Kirana & Ares.”

Kirana hanya bisa menatap layar dengan ekspresi setengah jengah.

Out of town. Bareng Ares. Tiga hari.
Please…

Dan benar saja.

“Akhirnya short trip juga bareng lo, Bu Manager,” ujar Ares dengan gaya sok santai sambil menyandarkan tubuh di dinding ruang kerjanya.

Kirana melirik tajam. “Kita kerja ya. Bukan liburan.”

“Kerjaannya kan cuma observasi user. Wawancara. Jalan-jalan dikit pasti boleh dong.”

“Gue nggak ikut jalan. Lo aja.”

Ares hanya tertawa kecil. “Yakin lo bisa tahan tiga hari bareng gue?”


Hari pertama, Bandung – sore hari.

Jumat siang Kirana dan Ares tiba di hotel yang sudah disiapkan perusahaan—lokasinya strategis, dekat area coworking dan komunitas profesional muda yang jadi target riset mereka. Kamar dipisah, tentu saja, tapi tetap lantai yang sama.

Malam pertama, mereka harus menghadiri diskusi komunitas startup. Sesi informal, setengah networking setengah wawancara.

Kirana tampil formal seperti biasa, tapi malam itu ia memilih blouse putih dan blazer cokelat muda—lebih kasual dari biasanya. Sedangkan Ares… mengenakan kaos hitam polos dan outer jaket denim.

Jelas bukan pasangan kerja yang kelihatan serasi. Tapi justru itu yang membuat orang-orang tertarik.

Di lokasi, Ares dengan cepat membaur. Cara dia ngobrol dengan peserta lain membuat semua orang nyaman, bahkan dengan narasumber yang tadinya canggung. Sementara Kirana fokus mencatat dan mengamati dari sisi yang lebih serius.

Setelah sesi selesai dan mereka kembali ke hotel, barulah ketegangan tersisa muncul.

“Gue nggak nyangka lo bisa secepat itu bikin orang terbuka,” ujar Kirana sambil membuka laptop di lobi hotel.

Ares duduk di seberangnya. “Gue punya wajah menyenangkan.”

Kirana mengerucutkan bibir. “Bukan itu. Lo tau caranya mancing orang buat ngomong.”

Ares menatap Kirana. Serius. “Lo juga, sebenarnya. Cuma lo terlalu takut kelihatan vulnerable.”

Kirana mengangkat kepala cepat. “Excuse me?”

Ares mengangkat tangan. “Santai. Gue cuma observasi. Sama kayak lo ngamatin data user.”

Kirana menutup laptop pelan. “Gue nggak suka dibaca.”

Ares tersenyum, memiringkan kepala. “Tapi lo pengen dipahami, kan?”

Diam. Seketika.

Dimata Kirana cowok itu benar benar tipe laki laki pengoda yang friendly ke banyak orang tanpa mengerti batasan profesional, dan Kirana terganggu karena hal itu. Entah karena merasa attitudenya kurang sopan atau takut ada batas yang tidak bisa di jaga. 


Malam itu, mereka akhirnya memutuskan makan malam di luar hotel karena kirana ngotot butuh suasana “lebih real” untuk observasi sekitar. Tapi yang terjadi?

Kirana malah duduk diam saat Ares masukin mereka ke satu bar rooftop tempat banyak profesional muda nongkrong sambil kerja.

Bukan tempat yang asing untuk ia datangi.

“Kamu serius ngajak aku ke tempat ginian?” gumam Kirana.

Ares hanya tertawa. “Justru di tempat ginian user target kita ngabisin waktu malam. Kalau lo nggak masuk ke dunia mereka, lo nggak bakal ngerti perilaku mereka.”

Kirana mendesah, tapi tak bisa membantah.

Dan saat mereka duduk, membuka laptop masing-masing, lalu mulai mencatat interaksi pengunjung sekitar… Kirana mendadak sadar:

Kalau Ares mungkin punya cara kerja yang tidak biasa. Tapi dia tahu apa yang dia lakukan. dan dia cukup ahli dalam melakukannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP