Suami Idaman
Di dunia yang serba cepat, pria sempurna sering kali hanya menjadi tokoh fiksi. Namun, Elvano berbeda. Ia nyata—terlalu nyata hingga membuat hidup para wanita seperti terjebak dalam novel romansa yang tak ada habisnya. Wajah rupawan, otak cemerlang, dompet tebal, dan hati selembut kapas. Elvano bukan hanya pria idaman, ia definisi dari kata “sempurna”. Sejak lulus kuliah, hidupnya seperti disorot lampu sorot yang tak pernah redup. Karier cemerlang, bisnis lancar, dan tentu saja... jadi rebutan para wanita dari segala penjuru.
Namun hidup, seperti biasa, suka bercanda.
Elvano tak menikahi wanita pujaan banyak orang. Ia justru menikahi Aya—perempuan penuh amarah, meledak-ledak, dan sama sekali tidak tertarik padanya. Aya tidak peduli apakah Elvano pria impian sejuta umat. Baginya, Elvano hanyalah suami yang terlalu banyak senyum, terlalu baik, dan terlalu sempurna... hingga menyebalkan.
Read
Chapter: balasan yang tak terdugaAya terbangun pagi-pagi. Biasanya, dia bangun dengan rasa malas dan uring-uringan, tapi kali ini... ada ketegangan yang tak bisa ia abaikan. Ponselnya masih diam di atas meja, tanpa notifikasi. Tanpa balasan.Pesan yang ia kirim kemarin—untuk seseorang yang sudah lama ia anggap tak ada—masih centang satu.Dia menatap layar beberapa saat sebelum menarik napas panjang dan membaringkan ponsel itu kembali.Dari dapur, aroma harum menguar. Elvano seperti biasa, sudah sibuk dengan eksperimen paginya. Hari ini: pancake mini bentuk bintang.“Aku nggak ngerti kenapa, tapi bentuk makanan berpengaruh ke rasa,” kata Elvano sambil memutar pancake di wajan. “Bintang bikin rasanya kayak lebih... penuh harapan.”Aya hanya duduk di meja makan, diam.“Masih belum dibalas?” tanya Elvano perlahan.Aya mengangguk.“Kalau gitu, aku kasih diskon satu sindiran hari ini. Gratis. Khusus buat kamu,” goda Elvano sambil menyodorkan piring p
Last Updated: 2025-07-02
Chapter: ayah yang menghilangHujan turun deras sejak siang. Udara dingin membuat Aya meringkuk di bawah selimut sambil menyaksikan drama Korea favoritnya. Elvano baru saja selesai mandi, rambutnya masih basah dan mengeluarkan aroma segar dari sampo favorit Aya.“Hari ini kamu nggak teriak-teriak nyuruh aku jemur baju?” goda Elvano sambil mengeringkan rambut dengan handuk.Aya hanya mendengus, “Lagi gak mood cerewet.”“Elvano mengangguk dramatis. “Wah, ini alarm besar. Kalau Aya nggak cerewet, pasti ada yang salah.”Aya melotot sebentar, tapi tidak menjawab. Ia tampak lebih banyak diam hari ini.Elvano memperhatikan gerak-gerik istrinya. Biasanya Aya akan ngomel bahkan kalau Elvano pakai kaus bolong untuk tidur, tapi sore itu, ia hanya membiarkannya. Ada yang berbeda.“El, kamu masih punya nomor Pak RT, nggak?”Pertanyaan itu membuat Elvano menoleh cepat. “Punya, tapi… kamu kenapa?”Aya menggigit bibir bawahnya, seperti menahan sesuatu. Mata
Last Updated: 2025-07-02
Chapter: popularitas yang membingungkanPagi itu, Elvano baru selesai mengenakan kemeja putih favoritnya. Wajahnya yang tampan dan tenang terlihat di cermin. Di balik kemeja itu, ia masih lelaki yang sama — Elvano, pria romantis yang rela pulang cepat hanya karena Aya bilang sedang ngidam mie instan pakai cabai rawit sepuluh.Tapi dunia luar punya versi Elvano yang lain.Versi "idaman". Versi "calon duta cinta nasional".Dan masalahnya, versi itu semakin viral.Aya masuk ke kamar dengan rambut acak-acakan, bawa roti bakar gosong di satu tangan, dan mata masih kriyip-kriyip seperti belum berdamai dengan dunia.“Kamu dandan rapi banget. Mau ke mana? Reuni kerajaan?” tanyanya sambil duduk di tepi kasur.Elvano tertawa kecil. “Bukan. Mau ketemu orang agensi iklan.”Aya mengangkat alis. “Iklan? Kamu kan bukan aktor, El. Kamu nggak pernah mau.”Elvano menyisir rambutnya pelan. “Iya, tapi mereka minta aku jadi model buat kampanye nasional produk minuman herbal. Katanya, karena image aku cocok: sehat, family man, suami ideal. Yah..
Last Updated: 2025-07-02
Chapter: cinta yang harus di perjuangkanRumah itu kembali tenang. Tak ada lagi ketukan asing, tak ada buku harian masa lalu, tak ada bayang-bayang Rangga yang berdiri diam dalam kepala Aya. Namun kedamaian itu hanya bertahan beberapa hari, sebelum kenyataan baru datang mengetuk pintu dalam wujud yang berbeda: keluarga besar Elvano.Hari itu, Elvano baru saja pulang dari kantor, wajahnya letih tapi tetap menyisakan senyum saat masuk rumah. Namun senyum itu langsung menghilang ketika melihat empat pasang sepatu di depan pintu.Aya sedang duduk di ruang tamu, dikelilingi tiga wanita dan satu pria paruh baya. Matanya menatap Elvano penuh harap dan... sedikit minta tolong.Elvano berdiri kaku. “Mama?”Wanita yang duduk paling depan langsung bangkit. “Elvano! Akhirnya kamu pulang juga! Kami datang mendadak, iya, tapi bukankah itu wajar untuk keluarga?”Elvano tersenyum canggung. “Iya, Ma. Tapi... kenapa nggak kabarin dulu?”“Supaya kejutan,” sahut mama dengan nada yang terde
Last Updated: 2025-07-01
Chapter: masa lalu yang tak pernah selesaiPagi itu, matahari baru saja naik ketika Elvano terbangun karena suara gaduh dari dapur.Brak!Cling cling cling!“Arghh!! Telur jahat!”Elvano membuka mata pelan, duduk sambil mengucek mata, dan meraih jam weker di meja.06.45.Ia mendengus kecil. “Baru juga tidur tiga jam…”Ia berjalan menuju dapur dengan langkah pelan, berharap tidak melihat dapur dalam kondisi darurat. Tapi harapan tinggal harapan.Di dapur, Aya berdiri dengan ekspresi frustasi sambil menatap penggorengan yang penuh serpihan kulit telur.“Kenapa sih, yang putih ama kuningnya harus dipisah? Nggak bisa kayak hati aku dan kamu aja? Tetap menyatu walau panas?”Elvano mengernyit, berusaha menahan tawa. “Itu kuning dan putih telur, bukan relationship quotes, Sayang.”Aya menoleh cepat, kaget. “El! Jangan ganggu aku! Aku lagi eksperimen buat sarapan sehat!”Elvano melihat meja yang sudah penuh dengan potongan tom
Last Updated: 2025-06-30
Chapter: cemburu yang datang tanpa janjiPagi itu dimulai seperti biasa.Elvano sedang duduk di ruang tengah sambil menyuapi Rayandra bubur yang lebih banyak tumpah ke pipi dan baju daripada masuk ke mulut. Aya, yang baru selesai mandi, keluar dari kamar sambil mengikat rambut.“Eh, Van. Di meja ada surat, tadi kurir titip,” katanya sambil menyemprot parfum ke leher.Elvano mengambil surat dari meja. Amplop putih elegan, dengan nama lengkapnya tertera rapi di sudut kiri atas. Ia mengangkat alis—jarang-jarang dapat surat zaman sekarang.“Undangan reuni kampus?” gumamnya setelah membuka dan membaca isinya.Aya spontan menoleh. “Reuni? Kampus yang waktu kamu masih gondrong itu?”Elvano tertawa. “Iya. Waktu aku masih cupu dan belum kenal skincare.”Aya mendekat dan duduk di sebelahnya. Ia merebut surat itu dan membacanya. Matanya menyipit saat sampai di baris terakhir:> “Acara ini akan menjadi ajang temu kangen bersama dosen dan teman-teman lama, termasuk
Last Updated: 2025-06-29