Chapter: Bab 142 Dendam Ra TancaLangkah-langkah Hasta kini mulai goyah. Tubuhnya menyerap lebih banyak energi jahat dari yang mampu ditanggung, dan mantra Lipyakara yang mengikatnya dengan dunia arwah mulai berbalik menelan jiwanya sendiri.Namun ia masih tertawa.“Cahaya dari empat penjuru? Heh... aku akan menutup langit itu dengan malam abadi!”Hasta mengangkat kedua tangannya tinggi, memanggil kekuatan terakhirnya. Terdengar suara bergemuruh, langit gua terbuka seperti mulut raksasa, dan dari sana mengalir kabut hitam yang berbentuk tangan-tangan raksasa yang terbuat dari roh para leluhur yang dikutuk.Rangga menyempitkan mata.Dia sepertinya memanggil Arwah Calon Arang, pikir Rangga.Langit runtuh, dan suara ribuan ratapan terdengar serentak. Tudjo yang berada di luar gua berseru,“Medang! Segera pasang Mantra Gayatri, jangan biarkan roh-roh ini keluar dari gua!”Medang menancapkan pedangnya ke tanah. Segel kuno menyala dalam bentuk lingkaran raksasa di mulut gua, menahan arwah-arwah jahat itu di dalam. Namun t
Last Updated: 2025-06-26
Chapter: Bab 141 Bersatunya 4 UnsurSuara batu yang runtuh menggema di gua raksasa itu. Dinding yang terbentur tubuh Hasta retak. Debu dan pecahan kecil berjatuhan, namun dari balik reruntuhan, suara tawa lirih terdengar lagi.“Ha ha ha ha...bagus, Rangga… sungguh kekuatan yang layak kau warisi dari Sang Hyang Agni. Tapi itu belum cukup untuk mengalahkanku.”Hasta berdiri tertatih, tubuhnya kini setengah hancur. Kulitnya yang seperti kitab-kitab gosong terkelupas, menampakkan jaringan daging hitam berdenyut. Dari dadanya mengalir asap hitam seperti racun hidup.Tiba-tiba, Hasta menancapkan tangannya ke tanah. Getaran keras merambat, tanah berguncang. Seketika bau seperti ubi gosong merebak memenuhi gua. Dari kegelapan, muncul puluhan makhluk hitam tak bernama—tubuh tinggi kurus, mata merah menyala, gigi runcing seperti serangga neraka. Suara mereka mencicit seperti suara tikus got yang mencari mangsa.“Makhluk-makhluk ini tumbal yang gagal. Tapi tak ada yang sia-sia di tanganku. Habisi mereka!” perintah Hasta.Makhluk-m
Last Updated: 2025-06-24
Chapter: bab 140 Dunia Bawah TanahRangga menginap semalam di desa Sambung Pethung. Keesokan harinya Rangga melihat kondisi Jiwo sudah membaik siap beraktivitas menerima pasien. Ranggapun berpamitan pada Jiwo."Aku akan ke Lembah Hantu mencari Saras. Setelah urusanku dengan Hasta selesai, aku akan kemari menemuimu menepati janjiku.""Aku percaya, kamu pasti akan menepati janjimu,"ujar Jiwo."Aku datang ke Trowulan bersama bapakmu. Dia ingin mengunjungi Wening di Kasogatan Dharma Suci. Datanglah ke sana, temui bapakmu. Dia pasti merindukanmu juga,"ujar Rangga.Namun Jiwo tampak acuh tak acuh."Dia pergi hanya untuk menemui Wening bukan aku. Buat apa aku menemuinya, dia sendiri sudah tidak peduli denganku,"ucapan Jiwo terdengar getir dan penuh nada kekecewaan. Rangga menghela nafas, dia memahami perasaan Jiwo. "Bapakmu bukan tak peduli denganmu, tapi dia kecewa dengan sikapmu. Selama ini kamu sudah bergaul dengan orang-orang yang salah. Seharusnya kamu menyadari hal ini, tidakkah kamu merasa bahwa kamu sudah mengecewak
Last Updated: 2025-06-23
Chapter: Bab 139 Pencarian SarasRangga mundur dan antri di deretan paling belakang. Melihat keadaan Jiwo, Rangga merasakan penyesalan yang mendalam. Pemuda itu hanya memiliki satu tangan dan matanya pun sudah tidak ada. Kedatangannya di desa Sambung Pethung menemui Jiwo bukan sekedar meminta bantuan tetapi adalah permohonan yang menuntut harga diri dikorbankan.Tiba-tiba, Rangga kembali terperosok dalam pikirannya.Matanya sepertinya kosong, apa yang terjadi dengannya? Apakah seseorang telah melukainya lalu mengambil matanya? Dari mana dia meraih pengetahuan kebatinan yang sedemikian tinggi? pikir Rangga.Hari semakin larut gelap, menjelang malam, pihak panitia mulai membatasi jumlah antrian, meminta pasien membubarkan diri dari antrian."Mohon maaf, berhubung hari sudah malam, Ki Jiwo harus beristirahat, konsultasi akan dilanjutkan besok!""Suara keluhan para pasien yang kecewa bergemuruh di halaman. Rangga mendesah kecewa, di depannya tinggal dua pasien lagi. Tapi sayang hari sudah keburu gelap sehingga antrian h
Last Updated: 2025-06-21
Chapter: Bab 138 Kedai TuakDipo menggeleng"Jangan, kita belum punya cukup bukti untuk menangkapnya. Kita harus menangkap dia saat dia sedang bersama aktivis Wukir Polaman."Tudjo dan Medang saking berpandangan lalu Dipo berkata lagi"Aku akan menempatkan satu Telik Sandi di kelompok Wukir Polaman. Aku curiga, para prajurit Majapahit juga ada yang menjadi anggota Wukir Polaman. Ini sangat berbahaya bagi negara.""Jika anda menempatkan Telik Sandi, akan sangat berbahaya jika anda mengambil oramg dari lingkungan prajurit Majapahit. Karena jika memang benar para prajurit Majapahit ada yang terlibat, mereka pasti sudah mengenal orang-orang anda. Jadi anda harus mengambil orang dari lingkungan di luar Majapahit,"Medang yang sedari tadi diam mengajukan usulannya Dipo mengerutkan keningnya,"Ya, aku bisa saja mengambil orang dari kerajaan bawahan, tapi aku harus minta izin pada rajanya terlebih dahulu.""Saya bersedia menjadi Telik Sandi menyusup dalam kelompok Wukir Polaman. Saya mantan prajurit kerajaan Pajang yang
Last Updated: 2025-06-11
Chapter: Bab 137 Gerakan Wukir PolamanRangga menoleh. Dia melihat kesepuluh pengawal Rangga sudah berhasil dilumpuhkan. Kedua orang itu sudah berada di sampingnya lalu menarik tangannya kemudian berkelebat pergi melompati dinding rumah meninggalkan kediaman Hasta. Setelah cukup jauh dari rumah Hasta, kedua orang tadi membuka kedoknya. Rangga berseru gembira melihat wajah kedua orang penolongnya yang sangat dikenalnya.. Rangga kemudian juga membuka kedoknya "Paman Tudjo...Ki Medang, bagaimana kalian bisa bersamaan denganku menyusup ke rumah Hasta?"tanya Rangga. "Rangga, syukurlah kamu akhirnya selamat, ujar Medang. Ki Medang, mengapa anda mengikuti saya sampai ke Trowulan?" "Kamu sendirian di sini melawan seorang Senopati Majapahit. Gusti Bhre Pajang diam-diam telah mengutusku dan beberapa Telik Sandi untuk membantumu dan menyelidiki kasus hilangnya Gusti Putri Alit. Dia tidak mungkin menyuruh pasukan Pajang menyerang Hasta dan anak buahnya karena ditakutkan pihak kerajaan Majapahit menyangka Pajang akan memberon
Last Updated: 2025-06-07
Chapter: PulangNamun sebelum sampai pada sasarannya, tiba-tiba terdengar suara berkelebat dan kesiur angin melewati tubuhnya. Belum sempat Wirota menyadari, seseorang telah menangkis pukulannya. "Wiro, hentikan!" Wirota menoleh, ternyata Mahesa Wagal yang menangkis serangannya. Di belakangnya menyusul Gajah Mada, Gayatri dan Banyak Wungu. "Gusti Wirota, tunggu!" Seru Banyak Wungu. Wirota terkejut melihat kedatangan Banyak Wungu bersama Gajah Mada dan Gayatri. Sebuah pikiran buruk terlintas di benaknya. Jangan-jangan, Majapahit sudah membantai seluruh pasukan Sadeng dan Keta lalu mereka menyandera Banyak Wungu batin Wirota cemas. "Banyak Wungu, apa yang terjadi? Mengapa kamu bisa bersama mereka?"Tanya Wirota. "Gusti Wirota, Gusti Ratu Tribuana telah memerintahkan tabib Majapahit untuk mengobati para prajurit kita yang terluka. Dia mengatakan bahwa dia ingin Gusti Wirota kembali ke Majapahit. Beliau berjanji akan memberi anda jabatan Juru Demung atau Patih di Daha," ujar Banyak Wungu.
Last Updated: 2024-06-26
Chapter: manteraDitantang seperti itu membuat darah Wirota seketika mendidih. Tapi dia tak ingin terlihat emosional di depan Ra Kembar. Setelah menghela nafas panjang untuk meredakan amarahnya barulah Wirota menjawab "Siapa takut?! Aku bukan laki-laki pengecut. Baik, kuterima tantanganmu!" Saat itu hari sudah menjelang maghrib,, namun situasi di sekitar gelanggang masih terang benderang bagai di siang hari bolong. Energi batu pusaka dari Gunung Padang yang dibuat menjadi tombak Naga langit begitu kuat dan seolah tak ada habisnya. Cahayanya masih terus berpendar tanpa meredup sedikitpun. Wirota menancapkan pedangnya ke tanah, lalu berjalan mendekati Ra Kembar dan memasang sikap kuda-kuda. Ra Kembar tersenyum, dia sangat yakin akan menang. Sepanjang karirnya sebagai prajurit, Ajian Balung Ireng tak pernah gagal membunuh musuhnya hanya dalam satu dua jurus Ra Kembar berjalan mendekati Wirota, kini mereka sudah berdiri berhadapan siap bertarung. Ra Kembar mengatupkan kedua tangannya di dep
Last Updated: 2024-06-22
Chapter: Perebutan Tombak Naga LangitSuara derap kaki kuda di belakangnya semakin dekat. Siapa itu, mungkinkah Lembu Peteng, Ikal-ikalan Bang atau Jabung Taraweskah? Hanya mereka yang tahu jalur yang kulewati ini, batin Ra Kembar. Hatinya mulai tenang merasa ada yang menemani. Ra Kembar sengaja mengambil jalur yang berbeda, sebuah jalur tersembunyi, bukan jalan yang biasa dilewati para prajurit Majapahit untuk pulang menuju Trowulan. Jalur itu jalannya lebih sempit dan melewati hutan belantara. Ra Kembar menoleh, dilihatnya ada seorang penunggang kuda mengejarnya. Terkesiap Ra Kembar ketika melihat penunggangnya, dari pakaian dan wajahnya dia dapat mengenali penunggang kuda yang mengejarnya adalah Wirota. "Sial, gara-gara harus membebaskan diri dari totokan Resi tua tadi, waktuku terbuang di pondok itu. Sekarang Wirota sudah menemukanku. Aku lupa dia juga tahu jalur ini ketika melarikan diri bersama Prabu Wijaya ke Madura," gerutu Ra Kembar. Ra Kembar kembali memacu kudanya. Tiba-tiba terdengar suara kelebatan d
Last Updated: 2024-06-09
Chapter: kembaliRA Kembar terkejut, ketika menoleh dilihatnya seorang bhiksuni berdiri di belakangnya "Siapa kamu? Tak usah ikut campur, sebaiknya kamu pergi bertapa saja. Tempat ini bukan untuk wanita sepertimu!" Ra Kembar ternyata tidak mengenali sosok Gayatri yang kini menjadi bhiksuni. Beberapa prajurit Araraman yang berjaga di tepi hutan segera menghadang Gayatri melindungi Ra Kembar. Gayatri mendengus marah "Aku akan pergi jika tombak itu kamu kembalikan pada pemiliknya! Usai berkata Gayatri berkelebat dengan cepat melompati para prajurit yang menghadangnya lalu mencoba merebut tombak. Ra Kembar panik, tangan kanannya masih kebas karena totokan Mahesa Wagal. Membuatnya tak bebas bergerak. Tetapi dia masih sempat menghindar sehingga Gayatri gagal merebut tombak. "Siapa kamu? Beraninya kamu melawanku.Baiklah aku akan membuatmu seperti para bhiksu di Kasogatan Bajraka!" "Prajurit, bereskan dia!" perintah Ra Kembar. Spontan para prajurit Araraman segera mengeroyok Gayatri. Terpaksa
Last Updated: 2024-06-03
Chapter: Rencana Ra KembarMahesa Wagal dan Gajah Mada terkejut karena hal ini jauh di luar rencana mereka. "Mada, siapa yang mengacaukan pertemuan ini?" Tanya Mahesa Wagal. Gajah Mada menggeleng, dia juga bingung melihat kejadian yang berlangsung di depannya. Mendadak Wirota menarik tubuh Gajah Mada dan mulai memukulinya. Sontak Gajah Mada berusaha menghindar dan membela diri. Wirota terus menerjang, sehingga pertarungan keduanya berlangsung sengit, namun Gajah Mada tidak pernah membalas serangan Wirota, hanya menghindar saja. Hal ini membuat Wirota semakin gusar, "Ayolah Mada, jangan jadi pengecut! Lawan aku, jangan hanya menghindar saja!" "Paman Wirota, sabar dulu...kami tidak tahu tentang serangan ini. Gusti Ratu tidak pernah memerintahkan penyerangan ini!" Seru Gajah Mada sambil berusaha menghindari serangan Wirota. "Bohong...jangan harap aku akan percaya pada kalian!" Wirota kembali menyabetkan pedang ke.leher Gajah Mada. Wirota yang sudah terlanjur marah, tangannya bergerak mencabut pedang Na
Last Updated: 2024-05-22
Chapter: Sahabat Lama"Aneh. tak biasanya mereka begini. Baiklah, aku akan menemui mereka," kata Wirota. Setibanya di tepi hutan, Wirota terkejut ketika mendapati tamunya ternyata adalah Gajah Mada dan seorang lelaki tua berpakaian seperti seorang Resi/ pertapa yang berjalan tertatih dengan tongkat. Mereka berdua memberi salam setelah itu Gajah Mada berkata "Paman, saya mengantar Paman Mahesa Wagal kemari karena dia sangat ingin bertemu dengan anda. Kemarin dia mendatangi kemah kami dan minta diajak menemui anda." Wirota tampak terkejut, tak disangkanya Resi tua yang berjalan terpincang itu adalah rekannya di masa masih berjuang melawan pemberontakan Jayakatwang. Mahesa Wagal adalah seniornya di masa mereka masih berdinas di Singasari. Ah, waktu sudah lama berlalu, Mahesa Wagal sekarang hanyalah seorang lelaki tua yang sakit-sakitan, batin Wirota. Namun Wirota tak mau memperlakukan Mahesa Wagal layaknya seorang sahabat lama. Di mata Wirota siapapun yang bekerjasama dengan Majapahit adalah musuh.
Last Updated: 2024-05-19