Chapter: Bab 26Bab. 26Mendengar pertanyaan itu, Roura menggenggam kedua tangannya erat, mencoba menenangkan debaran jantungnya. Ia menatap pria tua di depannya yang kini sedang memperbaiki posisi topi kebunnya. "Pak Jansen, perkenalkan saya Roura. Saya datang membawa pesan dari Nyonya Liana. Beliau meminta saya memastikan bahwa Anda baik-baik saja, karena Anda tidak pulang ke rumah seperti biasanya."Pak Jansen menghela napas lega dan tersenyum kecil. "Ah, istri saya memang mudah cemas. Terima kasih sudah menyampaikan pesannya, Nona. Saya masih harus menyelesaikan pekerjaan ini. Jika tidak ada hal lain, mungkin Anda bisa kembali dan memberi tahu dia bahwa saya akan segera pulang."Namun, Roura tetap berdiri tegak. Ia tahu ini adalah satu-satunya kesempatan untuk mendapatkan jawaban tentang Sion. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara lagi."Sebenarnya, ada hal lain yang ingin saya tanyakan... sesuatu yang sangat penting. Tapi saya kh
Last Updated: 2025-05-04
Chapter: Bab 25Bab. 25Suara bel itu, membuat Roura langsung beranjak dari tempat duduknya dengan penuh semangat. “Nyonya, biar aku saja yang membuka pintu. Mungkin itu suami Anda,” ujar Roura sambil tersenyum penuh harap.Nyonya Liana, yang duduk tenang di kursinya, tersenyum kecil dan mengangguk. “Baiklah, silakan, Roura.”Roura segera menuju pintu dan membukanya dengan cepat. Namun, ekspresi wajahnya berubah kecewa, ketika melihat siapa yang berdiri di depan. Bukan Pak Jansen, melainkan seorang wanita tua yang tampak seusia dengan Nyonya Liana.Wanita tua itu memicingkan matanya, tampak bingung. “Siapa Anda?” tanyanya dengan nada curiga.Roura sempat kebingungan, namun sebelum ia sempat menjawab, Nyonya Liana yang berada di ruang tamu mengenali suara itu. “Lisa? Apakah itu kamu?” Wanita tua yang ternyata bernama Lisa itu mengangguk. “Iya, ini aku, Liana. Aku melihat lampu depan rumahmu belum menyala. Apa suamimu belum pu
Last Updated: 2025-05-04
Chapter: Bab 24Bab. 24Roura duduk di dekat jendela, memandangi pemandangan yang berlalu di sisi jalan dengan tatapan kosong. Langit siang yang cerah, perlahan berubah menjadi kelabu saat awan menggantung berat di cakrawala."Lihatlah, waktu begitu cepat berlalu. Tapi hidupku belum juga ada perubahan," gumam Roura sambil menghela napasnya dengan berat.Beberapa penumpang turun satu per satu di halte-halte kecil, dan bus perlahan semakin sepi. Ketika akhirnya bus tiba di pinggiran kota Ravendale, matahari sudah mulai condong ke barat. Bus berhenti dengan suara decitan rem yang panjang, dan sopir yang sudah tua itu melirik Roura sekilas."Nona, kita sudah sampai di halte terakhir," ucap sopir itu singkat."Oh, iya, kah?" Roura berdiri dengan tergesa, memegangi tasnya erat-erat saat menuruni tangga. Sopir itu menggeleng kepala. "Dia cantik dan masih muda, tapi sepertinya beban pikirannya terlalu berat," ucap sang sopir, m
Last Updated: 2025-05-04
Chapter: Bab 23Bab. 23Kakek hantu itu menoleh perlahan, matanya memandang Sion dengan senyum kecil. “Tentu saja, aku bisa menceritakan banyak hal tentang wanita itu.”Sion memiringkan kepalanya, menajamkan pendengarannya. “Baiklah, tolong ceritakan apa yang kau tahu.”Kakek itu tertawa kecil, suaranya seperti bisikan angin yang berputar lembut. “Aku ingin menceritakannya, tapi sayangnya, tidak bisa untuk saat ini.”Dahi Sion berkerut, rasa frustrasi mulai terasa lagi di benaknya. “Kenapa tidak bisa? Apa yang menahanmu?”“Karena pagi hampir tiba,” jawab kakek itu sambil melirik ke arah timur, tempat warna fajar mulai merayap di balik gedung.Sion mengikuti pandangannya, lalu menatap kembali kakek itu dengan alis terangkat tinggi. “Benarkah? Apakah kau takut pada matahari? Apa benar hantu akan terbakar jika terkena sinarnya?”Tawa kakek itu meledak, menggema seolah mengisi ruang kosong di antara mereka. “Tidak, tidak, bukan begitu, nak.
Last Updated: 2025-05-04
Chapter: Bab 22Bab. 22Ketika Roura sedang berdiri dalam dilema, tatapannya terpaku pada punggung Pak Jansen yang perlahan menjauh, tiba-tiba suara seorang penumpang di bus memecah lamunannya."Hei, Nona! Apa kau mau berdiri saja di situ atau mau naik? Kami akan segera pergi!"Roura tersentak. Gadis ini refleks, ia melangkah ke dalam bus. Pintu langsung tertutup dengan suara mekanis yang tegas di belakangnya, menandai keputusan yang kini tak bisa diubah lagi. Roura menghela napasnya untuk menenangkan diri akan keputusan yang ia ambil, gadis ini memilih tempat duduk di dekat jendela, agar pandangannya bisa tetap terarah ke trotoar. Di mana Pak Jansen berjalan tertatih di sana, perlahan semakin jauh dari pandangan mata Roura.Roura berusaha memperhatikan pergelangan tangan kanan pria tua itu, mencoba mencari tanda yang sangat penting dalam misi ini— sebuah tato burung hantu juga bekas luka yang mungkin bisa terlihat.Tapi dari jarak ini, Roura t
Last Updated: 2025-05-04
Chapter: Bab 21Bab 21Setelah melihat foto-foto di dinding, Sion menguatkan hati, melangkah lebih jauh ke dalam rumah yang seakan merangkulnya dengan kehampaan. Setiap sudut seperti menyimpan cerita sunyi. Sion memasuki ruang keluarga yang cukup luas dan terlihat perabotan antik berdiri di sana, seperti saksi bisu waktu yang membeku. Sebuah jam dinding besar berdetik pelan di sudut ruangan, menjadi satu-satunya yang mengisi keheningan.Perhatian Sion tertarik pada sebuah meja kayu dengan permukaan yang sudah retak. Di atasnya, terdapat foto keluarga dengan wajah-wajah yang tampak tidak asing. Sion memperhatikan bingkai foto itu dengan tatapan penuh tanya. Karena sosok kecil di foto itu adalah dirinya sendiri, bahkan ketika ia masih menjadi balita. "Foto ini? Aku mengenal foto ini," ucap Sion pada dirinya sendiri.Di sebelah kiri foto balita itu, berdiri pria dewasa yang merupakan ayahnya, tetapi di sisi kanan, ada seorang pria asing yang iku
Last Updated: 2025-05-03