Hal aneh terjadi pada hidup Sion Alexander Robin. Seorang CEO berkuasa pemimpin Robin Group di kota Mayro. Arwahnya terlepas dari tubuhnya, tapi ia tidak bisa sampai ke alam baka. Hingga akhirnya Sion bertemu dengan seorang gadis miskin bernama Roura, satu-satunya orang yang bisa melihat dirinya. Dan satu-satunya objek yang bisa ia sentuh. Sion meminta bantuan Roura, untuk mencari keberadaan tubuhnya. Agar dia bisa menemukan jawaban akan hal aneh yang menimpanya, apakah dia sudah mati atau belum? Dalam perjalanan itu, mereka berdua akan mengetahui banyak rahasia yang tersembunyi, juga ada alasan kenapa mereka bisa saling bertemu.
View MoreBrak!
Benar saja truk itu menabrak tubuhnya, seharusnya tubuhnya terlempar dan hancur.
Tapi... Ada yang aneh, ia tidak merasakan sakit sama sekali. Mobil truk itu tetap melesat menjauh. Tidak ada darah sedikitpun, tidak ada orang yang berteriak. Semua terlihat baik-baik saja.
"Apa yang terjadi padaku? Kenapa dengan diriku?" pria itu menatap tangannya sendiri, merasa semakin bingung dengan apa yang terjadi padanya.
Sion Alexander Robin, seorang pria dengan reputasi yang tak tertandingi, adalah CEO utama dari Robin Group, sebuah perusahaan raksasa yang berada di kota Mayro.
Namun dua hari terakhir, dunia di sekitarnya terasa tidak normal lagi. Orang-orang kini berjalan melewatinya seolah dia tidak ada.
Setiap kali Sion mencoba berbicara, suara yang keluar dari mulutnya, seperti tidak terdengar. Tangannya yang dulu menggenggam kendali perusahaan besar, kini tak mampu menyentuh apapun.
"Oh, Tuhan. Ada apa denganku? Apa aku sudah mati?"
Pria ini bicara sendiri, tapi tidak ada yang bisa menjawab pertanyaannya. Apakah dia sudah mati? Jika iya, mengapa dia masih ada di dunia ini? Jika belum, lalu mengapa semua orang mengabaikannya?
Sion yang putus asa duduk di sebuah bangku taman. Seperti biasanya, taman ini penuh dengan suara anak-anak bermain atau pasangan yang bercengkerama, tapi tetap tidak ada satupun pandangan yang menoleh padanya.
Membuat Sion semakin frustasi, pria ini mengurut pelispisnys, sambil mencoba mencari jawaban atas apa yang terjadi.
Tapi ketika dia sedang tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba seorang gadis muda duduk di sebelahnya. Gadis itu terlihat sederhana, dengan setumpuk dokumen di tangannya.
Ia sempat menoleh ke arah Sion dengan senyuman, membuat Sion terkejut, tapi masih diam.
"Sialan dosen itu! Tugas akhir tidak disetujui, biaya kuliah menunggak, gaji kecil, dan sekarang ada ancaman pemecatan karena aku dianggap aneh!"
Gadis ini menarik napas panjang, mengomel tanpa henti pada dirinya sendiri.
"Dasar hidup keparat! Kenapa aku harus dilahirkan jadi miskin?"
Sion tetap diam mendengarkan gadis itu bicara sendiri, tapi Sion terus memperhatikan wajahnya, sampai akhirnya gadis itu menoleh ke arah Sion lagi.
"Hei, Bung? Kenapa kau terus menatapku, hah? Apa kau punya masalah yang sama denganku?" tanya gadis itu.
Sion sangat terkejut saat mata gadis ini tertuju padanya. Mata Sion langsung membelalak tidak percaya.
"Hey! Kenapa kau ini? Oh, ya ampun, santai saja! Aku hanya bertanya, kenapa kau seperti baru melihat Lucifer di siang bolong?" tanya gadis itu lagi.
"Apa kau bisa melihatku?" Sion bertanya dengan suara berat.
Gadis muda ini tertawa, tapi setelah itu, ia menggelengkan kepala dengan jengkel
"Tentu saja bisa. Kau duduk di sini seperti orang yang putus asa, apa masalah mu lebih berat dariku, tuan?"
Sion memegang kepalanya, ia merasa semakin bingung. Kenapa gadis ini bisa melihat dirinya, sementara orang lain tidak bisa.
"Kau ini orang yang aneh. Oh, Ya Tuhan ... Aku punya banyak masalah dalam hidup, dan sekarang aku malah bertemu orang aneh sepertimu. Sudahlah!" gadis penggerutu itu pergi dari sana.
"Tunggu! Jangan pergi! Siapa namamu?" Sion berteriak, memohon pada gadis itu.
"Roura. Namaku Roura! Sudah yah! Aku punya banyak tugas yang harus diselesaikan, tagihan yang harus dibayar, dan bos yang siap memecatku. Maaf, aku tidak punya waktu untuk sekedar makan malam atau berjalan-jalan."
Roura kembali melangkah pergi, tidak menoleh sedikit pun lagi pada Sion.
Sementara Sion masih terpaku di tempatnya, merasa semakin bingung. Kenapa gadis bernama Roura itu bisa melihat dirinya, pria ini langsung berdiri dan mengikuti Roura dari belakang.
Roura sampai di sebuah kedai kopi kecil, tempat ini adalah tempat Roura bekerja paruh waktu. Begitu ia membuka pintu, aroma kopi dan suara mesin espresso menyambut, tetapi tak ada kehangatan di wajah sang manajer.
Pak Will, adalah pemilik kedai kopi kecil ini. Ia berdiri dengan tangan bersilang di dekat meja kasir. Ekspresi lelah dan penuh kebosanan terpampang jelas di wajahnya.
Roura tersenyum manis pada pria itu, tapi Pak Will hanya cemberut. "Ayolah, Pak Will. Tersenyumlah padaku! Aku tidak terlambat kan? Dan aku sudah membawa satu pelanggan lagi untukmu." Roura mencoba membujuk.
"Tuan, kemarilah! Kau akan minum secangkir kopi kan?" ucap Roura pada Sion.
Pak Will menoleh ke arah belakang Roura. Tapi tidak ada satupun orang yang ada di sana matanya menyipit pada Roura. Merasa jika karyawannya ini sedang bercanda padanya.
Roura berbisik. "Pria itu mengikuti aku dari taman tadi."
Pak Will menggeleng kepala, semakin kesal dengan sikap Roura. "Cukup, Roura. Kau mulai bersikap aneh lagi, kau sudah membuat beberapa pelanggan takut minggu lalu. Ingat? Wanita yang sampai keluar sambil menangis, karena kau bilang ada kakeknya di belakangnya? Lalu kau akan mencoba lelucon yang sama padaku, hmh?"
"Tapi aku benar, Pak. Kakeknya memang ada di belakangnya kala itu."
Pak Will menutup matanya sambil menghela napas panjang. Gadis ini selalu membuatnya kesal.
"Kau sangat menyebalkan, nak. Tapi baiklah, akan aku beri kamu satu kesempatan lagi! Tapi jangan bicara aneh lagi, kau mengerti?"
Roura menghela napas menyerah, apalagi ketika ia menoleh ke arah belakang dirinya. Sion memang sudah tidak ada di sana.Tatapan Roura kembali pada Pak Will, lalu ia mengangguk, tidak ingin berdebat lagi dengan bosnya.
"Aku mengerti, pak Will. Kalau begitu aku ganti baju dulu."
Tapi tiba-tiba, Roura kembali terkejut, ketika Sion muncul dari balik dinding. Pria tampan di depannya ini bicara dengan serius."Hey, nona! Kita harus bicara."
Mata Roura membulat. "Hey, bisakah Anda tidak muncul mendadak seperti tadi?"
Pak Will kembali menoleh pada Roura, ia melihat gadis itu sedang bicara sendiri.
"Ada apa, Roura?"
Roura menunjuk pada Sion yang ada di depannya. "Orang ini mengagetkan ku, pak."
Pak Will mengerutkan kening, tidak melihat siapapun ada di sana. Pria tua ini kembali menatap Roura dengan tajam.
"Sudah kubilang untuk jangan bersikap aneh, Roura. Itu membuat orang lain takut. Jika pelanggan ku tidak nyaman, kau akan kupecat!"Roura semakin bingung dengan ucapan Pak Will, kenapa pria ini menganggap Roura bercanda. Jelas-jelas seorang pria jangkung sedang berdiri di hadapannya.
"Pak Will, tolonglah. aku benar-benar butuh pekerjaan ini. Kuliahku belum selesai, tagihanku menumpuk. Kalau aku kehilangan pekerjaan ini, aku akan habis."
Pak Will diam sejenak, terlihat berpikir dengan berat. Matanya masih menatap Roura dengan ekspresi penuh keraguan."Aku janji, tidak akan ada lagi kejadian aneh. Aku akan kerja dengan serius," ucap Roura.
Pak Will menghela napas panjang, lalu mengangguk dengan berat hati. "Baiklah. Ini kesempatan terakhirmu, Roura. Jangan buat aku menyesal."
Ucapan Pak Will membuat wajah Roura langsung cerah, senyuman manis terlihat di wajahnya yang cantik.
"Terima kasih, Pak Will!" ucap Roura.
Roura melanjutkan langkahnya, berjalan ke toilet wanita untuk mengganti pakaiannya dengan seragam kerja.
Sion masih berdiri di depannya, tapi gadis ini mencoba tidak peduli, Roura segera masuk ke toilet, mengunci pintu itu rapat-rapat.
Di dalam toilet, Roura berdiri di depan cermin. Ia melihat pantulan dirinya di sana dan segera berganti pakaian dengan cepat, bersiap untuk memulai pekerjaannya hari ini.
Tapi tiba-tiba, seorang pria muncul di belakang Roura, mata tajamnya bagai menusuk mata gadis ini.
Bagaimana mungkin pria ini berdiri tepat di belakang Roura. Sedangkan pantulan dirinya tidak terlihat di cermin.
"Aaah! Kenapa kau ada toilet wanita?" teriak Roura panik.
"Aku ingin bicara denganmu. Karena hanya kau yang bisa melihat aku."
Bab. 48Sion juga berpura-pura senang melihat kedatangan Andrew. Ia langsung memeluk Andrew dengan erat, seolah-olah dua kerabat yang telah lama terpisah dan kini akhirnya bertemu kembali."Oh, Sion! Aku sangat bahagia melihatmu! Aku pikir kita tidak akan pernah bertemu lagi!" seru Andrew dengan suara penuh emosi.Sion tertawa kecil mendengar ucapan itu. Dia menepuk punggung pamannya dengan santai. "Benarkah kau bahagia, Paman? Tapi kenapa tubuhmu begitu dingin? Apakah kau sedang takut akan sesuatu?"Andrew merasakan jantungnya berdebar lebih cepat. Tubuhnya menegang, dan untuk sepersekian detik, matanya membulat penuh kewaspadaan. Di dalam hatinya, dia berbicara pada dirinya sendiri: 'Apakah Sion mengingat sesuatu saat dia menjadi arwah? Apakah benar kata Maxwell kalau arwah Elisa menyelamatkannya waktu itu? Jika dia ingat… habislah aku!'Sion memperhatikan ekspresi Andrew yang mulai berubah. Dia tersenyum lebih lebar dan menepuk pundak pamannya lagi. "Hei, Paman, apa yang sedang ka
Bab 47Kini Sion berdiri di depan sebuah pintu baja berwarna hitam dengan panel digital bercahaya biru di sampingnya. Ini adalah ruang arsip digital Robin Group, salah satu tempat paling aman di gedung ini, dirancang untuk menyimpan semua data penting perusahaan dengan keamanan tingkat tinggi.Di samping pintu, sebuah layar pemindai sidik jari dan retina menyala, hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu—termasuk dirinya, sang CEO utama Robin Group. Selain itu, sistem ini juga memiliki penguncian biometrik ganda yang memastikan bahwa hanya individu yang berwenang yang bisa masuk.Beep!Sion menempelkan jarinya pada pemindai, dan layar segera memindai identitasnya."Identitas terverifikasi. Selamat datang kembali, Tuan Sion," suara otomatis terdengar, diiringi bunyi klik yang menandakan kunci terbuka.Pintu geser otomatis terbuka perlahan. Cahaya redup dari dalam ruangan langsung terlihat keluar, mengungkapkan interior futuristik dengan desain modern.Begitu melangkah masuk, Sion d
Bab. 47Sion melangkah menuju lift dengan ekspresi tenang. Begitu pintu lift terbuka di lantai paling atas, langkahnya yang tegap dan penuh percaya diri menarik perhatian banyak orang di sana. Para staf yang melihatnya membelalakkan mata, beberapa bahkan menutup mulut mereka karena terkejut. Bisik-bisik mulai terdengar di sepanjang koridor."Itu… itu Tuan Sion, bukan?""Tapi… bukankah dia sudah mati?""Kau benar, rapat dewan direksi kemarin menyetujui bahwa dia sudah mati... Tapi...""Tidak mungkin! Apa kita sedang bermimpi?" Suasana di lantai eksekutif tiba-tiba menjadi tegang dan dipenuhi bisik-bisik.Namun Sion tetap tenang dan melanjutkan langkah menuju ruangan CEO.Di ujung koridor, seorang pria dengan setelan rapi berdiri membeku. Marco. Dia menyipitkan mata, memastikan bahwa sosok yang berjalan mendekat itu bukan sekadar ilusi. Detik berikutnya, kedua matanya melebar dalam keterkejuta
Bab 45Dalam Perjalanan Menuju Kantor Cabang Robin GroupSion mengendarai mobilnya dengan tenang, namun pikirannya terus melayang. Seharusnya dia langsung menuju kantor cabang Robin Group, tetapi entah kenapa, nalurinya membawanya untuk melewati kota Mayro terlebih dahulu. Ada sesuatu di sana—sesuatu yang membuatnya ingin singgah sejenak.Sesampainya di kota Mayro, ia membelokkan mobilnya ke sebuah kedai kopi kecil di pinggir kota. Kedai itu tampak sederhana, dengan papan kayu tua yang bertuliskan “Mayro Brew” di atas pintunya. Sion turun dari mobil, membuka pintu kaca kedai, dan masuk ke dalam.Begitu melangkah masuk, aroma kopi yang khas langsung menyergap hidungnya. Matanya segera mencari-cari seseorang di balik meja kasir. Namun, yang ia temukan hanyalah seorang pria tua dengan seragam kedai yang lusuh.“Selamat siang, Tuan. Apa Anda ingin memesan segelas kopi?” suara pria itu ramah. Ia menyapa pelanggan dengan baik.
Bab. 44Di sisi lain...Andrew sedang mengadakan rapat penting dengan beberapa pengacara untuk membahas kelangsungan Robin Group. Ruangan itu dipenuhi atmosfer yang tegang. Beberapa dokumen tersusun rapi di meja panjang, dan semua orang yang hadir tampak serius mendengarkan setiap kata dari Andrew.Tiba-tiba, di luar ruangan, suara langkah cepat terdengar mendekat. Marco, dengan ekspresi penuh curiga, melangkah mendekati sekretaris pribadi Andrew."Ron, aku dengar dari petugas keamanan di depan. Apakah benar Ayah sedang mengadakan rapat dengan beberapa pengacara Robin Group?" tanyanya langsung, tanpa basa-basi.Ron mengangguk pelan, "Benar, Tuan Marco."Marco terdiam, pikirannya mulai dipenuhi pertanyaan. Kenapa tiba-tiba ada pertemuan ini? Yang lebih aneh, kenapa dia—putra Andrew sendiri—tidak diberitahu apa pun tentang rapat ini?"Tapi kenapa? Kenapa aku tidak dilibatkan dalam rapat ini?" tanya Marco.Ron menunduk sedikit, seolah mencari kata-kata yang tepat. Namun, keheningannya ju
Bab 43Sion menatap mata Elisa, dan Elisa melihat ada ketulusan di sana. Akhirnya, bibir wanita ini terangkat, senyum manis terlihat di wajahnya."Jadi, kau sudah percaya kalau aku adalah ibumu?" tanya Elisa lembut.Mendengar pertanyaan itu, Sion terdiam. Ia mundur selangkah, mengepalkan tangannya erat, menatap dalam-dalam wajah Elisa. Ada kebimbangan dalam hati Sion, dan Elisa bisa melihat dengan jelas.Elisa tersenyum getir. "Jika kau masih meragukan sedikit saja, kau tidak akan bisa kembali ke tubuhmu sampai kapan pun. Kau harus benar-benar yakin bahwa aku adalah ibumu."Sion terdiam, pikirannya berkecamuk. Kenangan masa kecilnya yang buram berusaha menyusup ke dalam benaknya, tetapi semuanya terasa jauh, seperti bayangan yang samar. "Aku... Aku ingin percaya, tapi... Kau terlihat masih sangat muda, bahkan kau terlihat lebih muda dariku," jawab Sion.Elisa tertawa melihat ekspresi Sion yang bingung. Ia melangkah lebi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments