Chapter: Mencari AditPak Darmawan dan anak buahnya telah mengunjungi beberapa kantor polisi mulai dari polsek, polres hingga polda, namun tak menemukan keberadaan Adit. Dengan nama besarnya di dunia hitam, dan kenalan-kenalannya di jajaran para pejabat tinggi, kedatangannya pun cukup diperhitungkan.Masalahnya, saat Pak Darmawan datang, para polisi di kantor-kantor tersebut memang tak tahu menahu tentang penangkapan Adit.Hal itu membuat pak Darmawan sangat geram. Masalahnya, Ranu tak bisa dihubungi sebab ponselnya ditinggal di café, dititipkan kepada Pak Bayu. Ia sengaja sebab sebelumnya ia sudah punya firasat buruk dan ia tak mau kehilangan ponsel pemberian Renata itu.Hingga jam 1 malam, Pak Darmawan tak mendapatkan kabar apa-apa. Namun kemudian di pagi hari, ia mendapatkan telefon dari salah satu anak buahnya yang mengatakan bahwa Adit berada di polsek pinggiran kota itu. Saat itu juga, Pak Darmawan segera ke sana.***Sejak semalam setelah dihajar, Adit memang diserahkan di polsek kecil itu. Ia ditit
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-10
Chapter: Dihajar Oleh MerekaAdit duduk di kursi belakang mobil patroli, diborgol dan dikawal oleh dua polisi yang duduk di sampingnya. Ia melirik ke luar jendela. Jalanan kota mulai sepi, hanya sesekali dilewati mobil lain. Ia berpikir, sebentar lagi ia akan tiba di kantor polisi, lalu Pak Darmawan bisa dengan mudah menemukannya. Keyakinan itu membuatnya tetap tenang, meski ia sadar situasinya sangat buruk.Namun, beberapa saat kemudian, ia menyadari ada yang tidak beres. Mobil polisi itu berbelok dari jalan utama, masuk ke sebuah jalan kecil yang gelap. Jalanan itu dipenuhi lubang, dan kanan-kirinya hanya ada bangunan tua dan pepohonan rimbun. Ia mencoba melihat ke depan, dan ternyata mobil itu menuju sebuah gudang tua yang remang-remang."Ini bukan jalan ke kantor polisi," kata Adit, suaranya tenang namun penuh pertanyaan.Salah satu polisi yang duduk di sampingnya hanya terkekeh sinis. "Kami punya wewenang untuk itu. Diam saja!"Adit merasa firasat buruknya menjadi kenyataan. Ia tidak dibawa ke kantor polisi,
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-09
Chapter: Adit Dibawa PolisiRuangan itu masih terasa tegang mencekam. Pistol masih ditodongkan. Adit dan yang lain diam tak bergerak.Semua orang tak berdaya. Amarah di dada Adit bergolak, namun ia tahu ini bukan waktunya untuk bertindak gegabah. Ia bisa saja mengalahkan puluhan preman, tapi ia tak punya kapasitas untuk melawan peluru. Sebuah peluru bisa mengakhiri segalanya dalam sekejap.Kompol Ananta mengarahkan pistolnya ke arah Adit, memberi isyarat kepada salah satu anggotanya. "Borgol dia!"Polisi lain segera melangkah maju, mengeluarkan borgol dari sabuknya. Adit hanya bisa pasrah. Ia menghela napas panjang, mengendurkan kepalan tangannya, dan membiarkan polisi itu memborgol pergelangan tangannya. Kunci dingin itu berbunyi 'klik' saat mengunci tangannya di belakang punggung.Sebelum Adit dibawa pergi, ia menatap Pak Bayu. "Pak Bayu, tolong hubungi Pak Darmawan," bisik Adit, suaranya pelan namun tegas.Pak Bayu mengangguk, matanya menunjukkan rasa takut namun juga tekad. Ia tahu, permintaan Adit adalah ha
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-08
Chapter: Polisi CurangLangkah kaki mereka bergema di lorong yang sepi. Adit memimpin barisan, diikuti Pak Bayu yang wajahnya mencerminkan kekhawatiran mendalam. Di belakang mereka, Iwan dan Rendi berbisik-bisik, sementara beberapa anggota tim keamanan lainnya mengikuti dengan waspada.Suara sepatu boot Kompol Ananta dan anak buahnya menggema menakutkan, seolah-olah mereka sedang berbaris menuju medan perang."Mas Adit," bisik Rendi, suaranya hampir tak terdengar, "saya punya firasat buruk tentang ini."Adit menoleh sekilas, matanya memancarkan tekad yang tak tergoyahkan. "Kita harus tetap tenang, Mas Ren. Kebenaran akan bicara sendiri."Pak Bayu menyeka keringat di dahinya. Dalam hatinya, ia berdoa agar dugaan terburuknya tidak terbukti. Namun, gerak-gerik Kompol Ananta dan rombongannya semakin lama semakin mencurigakan.Ketika rombongan itu sampai di depan pintu ruang kendali CCTV, atmosfer menjadi semakin mencekam. Pintu kayu itu seolah menjadi gerbang antara kebenaran dan kebohongan. Kompol Ananta melan
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-07
Chapter: Akal-Akalan Para AparatAngin malam bertiup sepoi-sepoi menerpa wajah Adit yang duduk di belakang sepeda motor Didik. Lampu-lampu jalan berkelip-kelip melewati mereka bersama dengan suara mesin motor berdengung monoton di tengah keheningan malam yang mulai larut. Didik sesekali menoleh ke samping, memastikan jalan aman, sebelum akhirnya membuka pembicaraan."Mas, tadi waktu kamu pergi ke rumah sakit, ada satu mobil polisi datang ke café," kata Didik sambil menaikkan suaranya agar terdengar jelas di atas angin.“Tadi pak Bayu cerita juga. Ada keperluan apa mereka datang?” tanya Adit."Ada enam personil yang mencarimu. Katanya ada laporan kalau petugas keamanan café menganiaya seorang tamu." Didik memperlambat laju motornya saat melewati tikungan. "Yang melapor itu si Sandi, anak Jenderal itu.""Gila," gumam Adit sambil menggeleng. "Dia yang mukul orang, malah dia yang lapor duluan."Didik mengangguk setuju. "Nah itu dia. Makanya aku bilang, si Sandi ini licik. Dia tahu cara main politik. Mentang-mentang bapak
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-06
Chapter: Dicari PolisiSuara deru mesin mobil Jery yang dikemudikan Adit akhirnya mereda ketika kendaraan itu berhenti di depan pintu masuk IGD rumah sakit. Lampu neon putih terang menyorot area parkir darurat, menciptakan bayangan-bayangan tajam di aspal yang lembab oleh embun malam. Adit segera mematikan mesin dan bergegas keluar, membuka pintu belakang dengan tergesa-gesa."Winda, bantu aku pegang kepalanya," ucap Adit sambil mengangkat tubuh Jery yang terkulai lemas. Darah kering masih membekas di sudut bibir pemuda itu, dan lebam kebiruan mulai tampak jelas di pipi kirinya.Winda turun dari mobil dengan langkah goyah, tangannya gemetar ketika membantu menyangga kepala Jery. Wajahnya pucat pasi, mata berkaca-kaca menahan tangis yang sudah mengalir sejak tadi. "Ya Tuhan, Jery... kenapa kamu diam saja?" bisiknya dengan suara parau.Sambil menggendong Jery di punggungnya dengan hati-hati, Adit memimpin jalan masuk ke IGD. Pintu otomatis terbuka dengan bunyi 'swoosh' pelan, dan mereka disambut oleh aroma an
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-05
Chapter: Akhir CeritaSerangan fajar itu berlangsung sengit. Pasukan Tirtapura benar-benar diuntungkan dengan keadaan musuh yang tidak siap dan masih kaget dengan ledakan.Pasukan pemanah segera beraksi menghujani benteng dan apapun di baliknya dengan panah. Lalu begitu panah-panah itu habis, pasukan darat segera berlari menyerbu melewati benteng yang rubuh itu dengan gagah berani sambil berteriak lantang saling membakar semangat satu sama lainnya.Senopati Teguh menahan Rangga agar tidak ikut masuk.“Di sini saja, Den… tugamu sudah selesai. Sisanya biar dibereskan pasukan darat dan pasukan kuda. Kita hanya perlu menunggu. Hari ini, tak sampai tengah hari, istana Wonobhumi akan takluk…” kata Senopati Teguh.Rangga tidak membantah. Ia menyaksikan kemelut itu dari kejauhan dan mendengarkan teriakan-teriakan mengerikan di balik benteng itu. Musuh tidak sepenuhnya siap dan kalah jumlah.Rupanya perang itu berlangsung cepat. Belum sampai matahari terasa terik, perang berakhir diiringi suara sorak sorai pasukan
ปรับปรุงล่าสุด: 2024-02-28
Chapter: Hancurnya Benteng WonobhumiKereta Rangga berhenti di tempat yang direncanakan. Rangga bukannya lolos dari serangan itu. Ada dua anak panah yang telah tertancap di bahunya. Rasanya sungguh menyakitkan. Namun Rangga menghiraukan rasa sakit itu. Ketegangan membuatnya tak peduli dengan apapun.Pihak musuh tidak mengerti. Mereka banyak yang berpindah hingga di atas dan di sisi kanan dan kiri benteng itu sambil tetap berancang-ancang dengan panahnya. Rangga masih terpindung oleh bagian lengkung benteng sehingga siapa saja yang berada di atas belum bisa menyerangnya. Sementara ada banyak juga prajurit yang berada di balik gerbang benteng.Rangga segera bergegas ke belakang kereta. Ia menarik beberapa sumbu, lalu membakarnya tanpa ragu. Setelah itu, ia kembali memayungi tubuhnya dengan tameng dan ia berlari meninggalkan kereta itu kembali menuju ke pemukiman barat.Sungguh pun, Senopati Teguh sangat cemas. Ia sudah menyiapkan banyak prajurit pemanah saat itu. Saat Rangga berlari menyelamatkan diri, senopati Teguh memin
ปรับปรุงล่าสุด: 2024-02-26
Chapter: Mendekati Benteng MusuhBeberapa hari kemudian, Pasukan Tirtapura sudah bergerak dan mereka berhasil menguasai wilayah barat kotaraja. Kini jarak kedua kubu itu bisa dibilang hanya beberapa langkah saja, terpisah oleh jalan dan juga benteng istana yang tinggi dan tebal.Dua kubu pasukan itu sudah sempat saling bersitegang dan bertukar serangan anak panah. Namun Senopati Wuring segera menghentikan hal itu karena bisa menjadi sebuah pemborosan.Dalam benak senopati Wuring ada banyak metode untuk menaklukkan Wonobhumi. Atau membuat mereka pada akhirnya membuka gerbang dan menyerang. Hal itu adalah sebuah kerugian besar bagi pihak Wonobhumi.Salah satu cara yang terpikirkan adalah dengan mengisolasi tempat itu. Tak akan ada pasokan makanan dan mereka tak akan bisa bertahan.Sementara, pasukan Tirtapura masih akan bisa bertahan karena mereka masih bisa mendapatkan pasokan makanan entah bagaimana caranya.Dan metode itu disampaikan oleh Senopati Wuring kepada semua jajaran senopati dan orang penting di kubu Tirtap
ปรับปรุงล่าสุด: 2024-02-24
Chapter: Sampai Di Kotaraja WonobhumiHari-hari berlalu. Kini Rangga bersama rombongan besar pasukan Tirtapura sedang menuju ke kotaraja Wonobhumi.Pasukan Wonobhumi yang bertahan di kota Suluk akhirnya berhasil dikalahkan. Tidak banyak dari pasukan itu yang berhasil melarikan diri ke kotaraja. Selebihnya mati dan terluka parah, serta dijadikan tahanan sampai entah kapan.Yang pasti, kota-kota yang dilewati oleh pasukan Tirtapura selalu gemetar ketakutan sebab Wonobhumi sudah benar-benar kehilangan kekuatan, kecuali yang tersisa di kotaraja.Tentu setiap kota kadipaten akan memiliki pasukan sendiri-sendiri. Namun pada saat perang terjadi, kotaraja meminta sumbangan prajurit sehingga setiap kadipaten yang ada di wilayah Wonobhumi telah kehilangan setengah pasukannya.Dan kali ini, daripada hancur lebur, para adipati memilih untuk menyerah dan berdamai dengan Tirtapura yang artinya mereka dengan suka rela menyerahkan diri dan mengakui kedaulatan Tirtapura, serta mau menjadi bagian dari kerajaan tersebut.Hal itu tentu saja
ปรับปรุงล่าสุด: 2024-02-23
Chapter: Citra Hamil?Dalam kekacauan itu, sayangnya tim yang berada di titik kedua kurang sabar. Banu juga merasa bingung dengan hiruk pikuk yang terjadi. Sehingga, semula yang seharusnya mereka menyalakan petasan ketika prajurit darat kembali untuk mengevakuasi teman-teman mereka, malah terburu-buru menyalakan petasan itu manakala mereka menganggap situasinya sudah tepat.Sehingga, pasukan darat musuh bisa dibilang selamat dari jebakan itu. Yang kena hanyalah kesatuan yang bertugas untuk mengangkut dan mengawal perbekalan.Senopati Teguh tak berani mengambil banyak resiko. Ia hanya menyuruh pasukannya untuk menghabiskan anak panah yang mereka miliki dan juga menjatuhkan bebatuan berukuran sedang dari atas gunung. Selebihnya mereka pergi meninggalkan tempat itu.Apapun itu, hasil dari serangan petasan tersebut cukup memuaskan. Ada banyak korban jatuh dari pihak Wonobhumi meski jumlah prajurit mereka masih sangat banyak.Namun demikian, mereka kehilangan waktu, kehilangan banyak kuda, dan juga amunisi lain
ปรับปรุงล่าสุด: 2024-02-21
Chapter: Memporak-Porandakan Musuh Dengan LedakanRangga dan beberapa anggota timnya berada di lokasi titik pertama namun tak persis di tempat-tempat petasan itu dipasang sedemikian rupa.Prajurit darat sudah lewat dari tadi. Dan juga kereta-kereta pengangkut perbekalan. Rangga sampai merinding sendiri melihat banyaknya iringan panjang prajurit Wonobhumi tersebut.Yang dilakukan Rangga dan teman-temannya hanyalah berdiri di pinggir jalan karena tugas para prajurit di tempat itu memang hanya menjaga jalur.Hanya di awal-awal saja, pemimpin rombongan pasukan darat berhenti dan menanyakan situasi. Rangga menjawab jika jalur telah bersih dan aman untuk dilewati. Selebihnya para prajurit itu melanjutkan perjalanannya.“Panjang sekali barisannya… dan pasukan berkuda masih sangat jauh. Aku khawatir jika petasan kita gagal…” bisik Sanji yang saat itu berada di sebelah Rangga.“Jangan khawatir. Ada puluhan petasan dan tak mungkin tak ada yang meledak. Kita hanya harus berhati-hati saja, sebab yang akan kita hadapi nanti adalah kuda-kuda yang
ปรับปรุงล่าสุด: 2024-02-20