Chapter: Perpisahan di Bawah Cahaya Fajar: Janji untuk Seorang ChakrawartinFajar merekah di ufuk timur, menyinari tanah Medang dengan sinar keemasan yang lembut. Angin pagi berhembus perlahan, seakan ikut merasakan beban yang menggantung di hati mereka yang berkumpul di halaman istana. Hari ini adalah hari perpisahan, dan tak ada yang bisa menghindari kepedihannya.Di gerbang utama, rombongan kecil telah siap berangkat menuju pelabuhan. Pangeran Balaputeradewa berdiri gagah dengan jubah perjalanannya, sementara di sisinya, Ganika menggenggam tangan anak-anak mereka erat, seolah tak ingin kehilangan satu detik pun bersama mereka. Jentra dan Candrakanti berdiri sedikit di belakang, mata mereka dipenuhi emosi yang tak terucapkan. Amasu dan Wiku Sasodara juga telah bersiap, wajah mereka menyiratkan keteguhan untuk menemani perjalanan menuju Swarnabhumi.Namun di antara mereka, ada satu sosok yang memilih tetap tinggal—Rukma.Ia berdiri tegak, tangannya mengepal di sisi tubuhnya, berusaha menahan perasaan yang mendesak keluar. Di sampingnya, Gaurika, istrinya, me
Last Updated: 2025-02-10
Chapter: SEBUAH HUKUMANBalaputerdewa dihadapkan pada majelis Pamgat yang dipimpin oleh Maharaja sendiri.Jentra, Rukma, Amasu dan Sasodara yang hadir di situ terpekur dengan sedihnya. Sebagai Mahamentri, kedatangan Balaputeradewa dikawal dan dijaga ketat oleh pasukan kawal istana maupun para Sanditaraparan. Namun kehadirannya dalam majelis itu masih diperkenankan memakai pakaian kebesarannya.Wiku Wirathu membuka sidang dengan pembacaan sutera dan segera setelahnya, para Pamgat yang terdiri dari pangeran-pangeran sepuh dan para Wiku duduk baik sebagai penuntut maupun sebagai pembela. Banyak Pangeran sepuh wangsa Syailendra yang berdiri dibelakang Sang Mahamentri I Halu. Tapi yang muda lebih banyak menentangnya karena fanatisme wangsa dianggap sebagai pemahaman kuno yang sudah tidak relevan dengan perkembangan jaman. Sementara hakim yang mengadili adalah Maharaja sendiri di dampingi, Mahamentri I Hino yang dalam hal ini diwakili Rakai Pikatan, Wiku Wirathu dan Wiku Sasodara.Semua tuntutan dibacakan untuk me
Last Updated: 2024-12-11
Chapter: RUNTUHNYA SANG BALAPUTERADEWATernyata kekuatan tentara Walaing, benar-benar tidak dapat dibandingkan dengan kekuatan pasukan Medang. Mereka menggulung kekuatan tentara Walaing seperti badai menelan segala yang dilewatinya, meskipun pesan Sang Rakai adalah tidak membunuh tapi hanya melumpuhkan saja. Welas asih dan dhamma yang diajarkan para Wiku ternyata begitu merasuk dalam hati Sang Pikatan sehingga peperangan yang dilakukan-pun seminimal mungkin membawa korban jiwa.Sementara Jentra menyusup memasuki kedaton Walaing yang telah mulai terbakar api. Rupanya Sang Balaputeradewa-pun telah bertekad untuk melakukan puputan yang artinya bahwa jika ia kalah maka ia akan menghadapi mahapralaya itu dengan kematiannya sendiri. Saat Balaputeradewa melihat pasukan belakangnya telah mencapai ambang kehancuran dan tentara musuh mulai menjejakan kaki ke halaman istananya. Ia telah mulai mencabut pedang dan kerisnya siap menjemput maut sebagai seorang ksatria dan Mahamentri wangsa besar yang dibanggakannya."Berhenti tuanku. Dul
Last Updated: 2024-09-10
Chapter: PUPUTAN"Gusti, apa Gusti akan yakin akan melakukan perang Puputan. Sekali lagi hamba mohon Gusti, jangan gegabah memutuskan untuk perang puputan. Gusti harus ingat bahwa di Walaing, bukan hanya peninggalan Walaing saja yang harus tuanku jaga. Tetapi di Walaing ada Abhaya Giri Wihara peninggalan Syailendra Wangsa Tilaka yang lainnya yaitu Sri Maharaja Rakai Panangkaran. Apa Gusti akan membiarkan putera wangsa Sanjaya menghancurkannya hingga rata dengan tanah." Aswin menyembah hingga hidungnya menempel ke tanah."Tetapi ini adalah masalah harga diri dan kehormatan Aswin. Apa kau rela kita akan hidup sebagai orang yang kalah dan dicemoohkan setiap kali? Itu-pun kalau Sri Maharaja Samarattungga tidak menghukum mati kita juga. Jadi apa bedanya Aswin?" Sahut Balaputeradewa saat bersiap untuk kembali ke Walaing."Permohonan saya, Iswari dan Karmika tetap sama Gusti. Lebih baik kita kehilangan harga diri dan kehormatan daripada kita berdosa kepada leluhur wangsa Syailendra. Apalagi putra tuanku masi
Last Updated: 2024-08-14
Chapter: PERMATA WANGSA SYAILENDRAPangeran Balaputeradewa menembus kabut tebal dan dinginnya malam untuk menyambut kedua buah hatinya. Bersama Aswin ia berkuda tanpa atribut sebagai seorang Mahamentri. Pengawal yang menyertainya juga hanya enam sampai tujuh orang saja, juga tanpa atribut sebagai perajurit tapi menyamar sebagai warga biasa."Apakah tempat itu sangat jauh Aswin?" Tanya Pangeran Balaputeradewa."Ya tuanku. Tapi dengan berkuda cepat seperti ini saya memperkirakan tengah malam kita akan sampai." Jawab Aswin."Aku tidak bisa meninggalkan Walain terlalu lama, karena kakak iparku Samarattungga pasti sudah tidak sabar untuk memotong kepalaku ini." Jawab pangeran Balaputeradewa."Jangan berpikir yang buruk tuanku. Apalagi di saat tuanku memiliki putra. Anggaplah keduanya hadiah dari Yang Maha Agung sehingga kelak akan menjadi permata wangsa Syailendra. Saya rasa tuanku Samarattungga tidak akan segera menyerang saat fajar menyingsing karena mengerahkan puluhan ribu pasukan bukanlah hal mudah." Aswin mencoba mene
Last Updated: 2024-07-20
Chapter: PERLAWANAN TERAKHIR SANG PANGERANAswin mengikuti Pangeran Balaputeradewa ke bangsal agung Perdikan Walaing. Seluruh pasukan telah dimobilisasi, namun warga asli Walaing memilih untuk menyembunyikan diri di gua-gua yang tersebar di pesisir Walaing. Mereka ketakutan jika peristiwa pembantaian beberapa tahun lalu terjadi lagi."Atreya! Atreya!" Teriak Pangeran Balaputeradewa memanggil orang kepercayaan untuk menghadap. Atreya tergopoh-gopoh datang dan menyembah."Sembah hamba paduka Mahamentri I halu. Tuanku sudah kembali. Apa yang bisa hamba lakukan untuk tuanku?" Tanya Atreya. "Perkuat pertahanan dan tutup semua jalan menuju Walaing. Siagakan semua tentara cadangan, pasukan gajah dan pasukan berkuda." Kata Sang pangeran."Baik paduka. Tapi siapa musuh kita kali ini hingga semua sumber daya dikerahkan?"TanyaAtreya."Apa pedulimu lakukan saja. Kita akan berperang melawan orang-orang Kedu. Orang-orang Samarattungga." Jawab Pangeran Balaputeradewa tanpa rasa hormat.Atreya seketika bersujud di bawah kaki Sang pangeran, b
Last Updated: 2024-07-19

Bara Dendam Sang Prabu Boko
Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni, seorang resi pengendali api dan penguasa Sanjaya terakhir yang murni, kehilangan segalanya saat wangsanya dihancurkan oleh ekspansi Syailendra. Dengan hati penuh dendam, ia menyelamatkan pewaris takhta Sanjaya yang masih kecil, Manuku, dan menggemblengnya selama bertahun-tahun untuk menjadi senjata pembalasan yang sempurna.
Namun, harapannya pupus ketika Manuku—kini bergelar Rakai Pikatan—memilih jalan damai dengan menikahi putri Syailendra, sebuah tindakan yang dianggap Kumbhayoni sebagai pengkhianatan terbesar. Guru dan murid itu kini berseberangan, terkunci dalam perang dingin ideologis. Dalam upaya putus asa untuk menyatukan kembali wangsa, putra Rakai Pikatan dikirim menyamar sebagai seniman untuk memikat hati Dyah Ron Ayu, putri kesayangan Kumbhayoni. Ketika cinta terlarang bersemi di atas fondasi kebohongan, Kumbhayoni harus menghadapi pilihan: memaafkan masa lalu demi masa depan cucunya, atau melepaskan api kemarahannya yang akan menghancurkan sisa-sisa terakhir dari warisannya.
Read
Chapter: Bab 82 Gandam Lali JiwaSetelah luka menganga Gusti Mpu Kumbayoni telah terbalut rapi dengan dedaunan obat yang ia petik dan lumuri pada kulitnya, Dyah Ayu Manohara menatapnya dengan raut wajah penuh empati yang memudar perlahan, digantikan oleh selubung rasa penasaran yang teramat dalam. Pandangan matanya yang elok menyusuri guratan lelah dan bekas luka pada tubuh Gusti, seolah mencoba menguak kisah di baliknya. Wajahnya yang rupawan memancarkan kecantikan murni yang lembut, kontras dengan kengerian medan laga yang baru saja ia saksikan.“Lalu, ki sanak ini gerangan siapa?” tanya Dyah Ayu Manohara, suaranya mengalun lirih dan halus bagai lantunan tembang merdu, namun dipenuhi nuansa ingin tahu. Ia tidak peduli kemeut (busuk) ataupun bersih, hatinya diliputi rasa iba melihat siapapun terluka parah. “Mengapa pula ki sanak sampai terluka begitu parah dan terkapar di tanah hutan yang sunyi ini?”Gusti Mpu Kumbayoni, meskipun di lubuk hatinya diselubungi kekecewaan yang tak terkira lantaran Dyah Ayu telah menjad
Last Updated: 2025-10-31
Chapter: Bab 81: Sumber Kehidupan di Panaraban dan Jatuh Cinta yang TerlarangMalam merayap menyelimuti pelarian yang pedih dari pusat kekuasaan. Kemenangan yang digantungkan kini tercerai-berai menjadi kekalahan yang menghimpit. Mpu Kumbayoni, Laturana, Megarana, dan Wiyuhmega bergerak tanpa henti, meninggalkan gemuruh Keraton Medang yang baru saja dibasahi darah, menuju Watak Panaraban. Harapan satu-satunya terpaut pada benteng perlindungan di tanah itu, walau langkah mereka kini serupa bara api yang nyaris padam.Laju pelarian itu semakin tertatih-tatih. Mpu Kumbayoni, pemimpin muda dengan kharisma membara, kini lunglai tak berdaya. Luka dalam yang ditoreh pedang Gagak Rukma perlahan mengambil alih kesadarannya, memantik demam tinggi yang menyiksa dan dahaga yang tak terperi. Mereka terpaksa bergerak tanpa bekal berarti, memaksa untuk mengarahkan pandangan kepada hutan belantara yang pekat, berharap menemukan sumber kehidupan."Gusti Mpu Kumbayoni..." suara Laturana sarat kegalauan, memapah Kumbayoni dengan tenaga terakhir, "...kekuatannya terkuras habis. Ia
Last Updated: 2025-10-31
Chapter: Bab 80: Kekalahan, Anak, dan Ancaman KematianPertarungan yang membekukan itu, antara Tumenggung Gagak Rukma melawan Mpu Kumbayoni dan Wiyuhmega, memang berlangsung singkat, namun begitu brutal. Nyala api perlawanan dari Kubu Walaing, yang dibawa oleh Mpu Kumbayoni dan Wiyuhmega, ternyata tak sanggup menandingi dinginnya amarah dan kesaktian yang dikuasai oleh Rukma. Rasa sakit akibat pengkhianatan yang membusuk dalam jiwanya telah mengubahnya menjadi lawan yang mematikan, yang setiap ayunan pedangnya diisi dengan kekosongan pahit. Tatapan kosong, tetapi pedang menusuk, seperti jiwa yang kehilangan pegangan.Mpu Kumbayoni, meski telah mengerahkan segala daya dan upayanya, tidak mampu menghadapi badai pedang dan jurus Rukma yang begitu brutal, melambangkan dendam yang tak tertahankan. Pedang hitam Rukma melesat dengan kecepatan gila.Sebuah pukulan telak menghantam Gusti Kumbayoni. Ia tak berdaya menahan serangan tersebut. Tubuhnya ambruk. Dengan nafas yang sesak, ia tersungkur dan terluka parah. Melihat pemimpin mereka tumbang,
Last Updated: 2025-10-30
Chapter: Bab 79 Pertarungan Para Panglima dan Pengkhianatan Balas DendamApi murka membakar medan laga. Mpu Kumbayoni, diapit oleh kekuatan tak terbantahkan dari Laturana, Megarana, dan Wiyuhmega, melesat bagai badai neraka menuju jantung Keraton Medang. Tujuan mereka terpahat jelas dalam benak, tak tergoyahkan oleh jerit prajurit atau raungan pertempuran yang meluluhlantakkan pelataran: penjara kerajaan, tempat Gusti Rahagi dan Diajeng Srigunting disekap. Setiap ayunan lengan mereka memercikkan bara yang melumat barikade pertahanan Medang. Elemen api yang dikuasai mereka membakar semangat sekaligus pertahanan lawan, mengubah jalan menuju kompleks tahanan menjadi lorong kehancuran. Prajurit Medang, yang semula teguh, kini terseret arus panik, kocar-kacir menghadapi serangan elemental yang mematikan.Namun, amuk dahsyat mereka tak berlanjut tanpa hambatan. Tepat di ambang gerbang kokoh yang memisahkan dunia luar dari labirin penjara, sebuah bayangan kokoh muncul. Itu adalah sosok tegap Panglima Kavaleri Medang, Cangak Sabrang, berdiri dengan keberanian memb
Last Updated: 2025-10-30
Chapter: Bab 78: Darah di Pesta Pernikahan Poh PituMalam menyelimuti bumi ketika Gusti Mpu Kumbayoni dan Gandara Raja memimpin pasukan inti Watak Wasa Mandala bergerak tanpa suara. Langkah mereka sigap dan terkoordinasi, menembus lebatnya vegetasi menuju pusat Keraton Medang di Poh Pitu. Hati Mpu Kumbayoni membara oleh murka tak terbendung atas pengkhianatan Mayang Salewang yang telah melukai harga diri Wasa Mandala dan Walaing. Di sisinya, Gandara Raja berjalan dengan tekad bulat, pedoman hatinya adalah pembebasan Mpu Rahagi dan Srigunting, dua sosok yang tak sepatutnya tunduk di bawah kuasa penipu daya. Keheningan pekat malam menjadi saksi atas langkah-langkah berat para pejuang yang membawa serta ancaman badai.Sementara itu, di dalam Keraton Poh Pitu, pesta pernikahan Mahamentri I Halu mencapai puncaknya. Kemeriahan yang berlebihan itu, ditunjang oleh aliran tuak dan arak yang tak henti, mulai mengikis kewaspadaan. Para Panglima dan Tumenggung Medang terbuai dalam gelombang kemabukan. Panglima Besar Kunara Sancaka terhuyung, akhi
Last Updated: 2025-10-30
Chapter: Bab 77: Kemilau Pesta di Poh Pitu dan Ujian Kesabaran RukmaPelataran utama Keraton Medang di Poh Pitu malam itu bersinar bak gugusan bintang yang jatuh ke bumi, dibanjiri cahaya keemasan dari ribuan obor yang menyala dan temaram lampu-lampu minyak berwarna-warni. Aroma dupa wangi bercampur semerbak melati dan kenanga menguar, memanjakan indra setiap tamu. Musik gamelan mengalun meriah, kadang menenang kadang menghentak, mengiringi pesta pernikahan Mahamentri I Halu Pangeran Balaputeradewa dan Mayang Salewang, sebuah perayaan yang konon disiapkan dengan kemewahan tiada tara, bahkan konon sanggul Mayang Salewang saja bertabur intan dari perut naga.Hampir seluruh pembesar dan petinggi Kerajaan Medang hadir. Panglima Besar Kunara Sancaka terlihat gagah dengan pakaian kebesarannya, di sisinya duduk anggun Sriti, yang walau berusia, genitnya tak pernah lekang seperti jamur di musim hujan.Tak jauh dari mereka, Panglima Jentera Kenanga, komandan pasukan elite Sanditaraparan yang terkenal dingin namun tegas, hadir ditemani istrinya yang memesona, Ch
Last Updated: 2025-10-29
Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku
Kevin (26), seorang dokter muda, dan Lidia (24), intern medis, menikmati romansa di tengah gemerlap kota. Tanpa mereka tahu, takdir telah menjalin hubungan mereka dengan Dr. Bima (32), atasan Lidia yang diam-diam adalah adik tiri ibu Kevin.
Ketenangan hidup Kevin dan Lidia koyak oleh pertengkaran hebat, membuat Lidia gelap mata. Dalam balutan emosi dan alkohol, ia terjerumus dalam pelukan seorang pria asing. Kengerian menghantam Lidia saat menyadari pria itu adalah Dr. Bima – atasan sekaligus om tiri kekasihnya. Kehancuran etika dan ikatan keluarga tak terhindarkan.
Bima yang semula menganggapnya khilaf, kini terjerat hasrat mematikan. Lidia terperangkap dalam tarik-ulur perasaan, antara cinta tulus pada Kevin dan tekanan Bima, sementara Kevin mulai merasakan kejanggalan. Rahasia kelam ini siap meluluhlantakkan hidup mereka semua.
Read
Chapter: Bab 83: Kepanikan Wakil DirekturKoridor rumah sakit yang remang-remang itu terasa mencekik Dr. Alvin. Lampu neon di langit-langit berkedip-kedip redup, seolah kesulitan mempertahankan sinarnya. Jantungnya berdebar kencang, menabuh irama alarm berbahaya yang jarang sekali ia dengar dalam karirnya yang tertata rapi. Wajahnya, yang biasa terkontrol dan tenang, kini berhias lapisan tipis kepanikan yang sulit disembunyikan. Kata-kata Wulan yang baru saja didengarnya, "Mereka mencari tahu siapa istri Dokter Bima yang sesungguhnya," terus berputar-putar, memenuhi otaknya dengan pikiran kalut dan cemas yang mendalam."Wulan," ujar Dr. Alvin pelan, suaranya tertahan, memastikan tak ada satu pun telinga lain yang mendengar obrolan genting mereka. Ia menarik gadis itu sedikit menjauh dari lalu-lalang yang sesekali lewat. Ada sesuatu yang tak boleh terungkap. "Terima kasih banyak atas informasimu ini. Tapi, sungguh... ini... ini seharusnya tidak kau ketahui sama sekali. Informasi ini terlalu berbahaya."Wulan mengangguk cepat,
Last Updated: 2025-10-31
Chapter: Bab 82: Kebocoran di Ruang DeliberasiRuang rapat terselubung di lantai dua rumah sakit itu selalu terasa punya atmosfer khusus. Dingin, hening, dan seolah setiap kata yang terucap di dalamnya punya bobot berlipat ganda, dibungkus lapisan intrik yang tak terlihat. Dindingnya yang kedap suara memastikan kerahasiaan maksimal, menciptakan gelembung obrolan yang terputus dari dunia luar. Di meja oval modern yang didominasi warna abu-abu gelap, Dr. Surya, Dr. Raditya, dan Dr. Rukmana sedang berkumpul dalam lingkaran cahaya dari lampu gantung minimalis. Wajah mereka serius, tegang, selayaknya tengah membahas sebuah operasi besar atau diagnosis penyakit langka.Layar tablet di tengah meja menampilkan beberapa foto yang jelas-jelas dikirim secara rahasia—bidikan jepretan dari jauh, mungkin diambil oleh tangan seorang paparazi atau mata-mata amatir. Namun, isinya tidak terbantahkan: Lidya, internship yang sering jadi buah bibir di kalangan mereka, tampak sedang tertawa lepas. Di depannya duduk Kevin, dan di sampingnya ada Riana. P
Last Updated: 2025-10-31
Chapter: Bab 81 Mata-mata dan Perkenalan Calon MenantuKevin membanting setir kemudinya, mobilnya melaju bak kesetanan begitu saja keluar dari basement rumah sakit, membelah kepadatan Jakarta yang entah kenapa mendadak terasa begitu memuakkan. Lidya di sampingnya hanya bisa pasrah, kedua tangannya mencengkeram sabuk pengaman erat-erat, jantungnya berdegup seperti mau copot. Kevin menggerutu entah tentang apa, tapi Lidya sudah terlalu pusing untuk mendengarkan. Ia hanya ingin semua kekacauan ini cepat selesai.Di belakang mereka, dengan jarak aman, sebuah mobil Toyota Innova abu-abu melaju perlahan. Di dalamnya, dr. Franda, intern baru di rumah sakit yang sama dengan Kevin, matanya tak lepas dari layar ponsel. Peta digital menunjukkan titik merah bergerak lincah, mengikuti jalur mobil Kevin. "Mobil Kevin lurus ke arah kawasan Pondok Indah, Den," lapor Franda pada rekannya, dr. Kaiden, residen senior yang duduk di kursi penumpang, matanya tajam mengamati sekitar. "Lidya ada di dalamnya. Ini peluang bagus, Dokter Surya pasti akan senang."Kai
Last Updated: 2025-10-30
Chapter: Bab 80: Reuni yang DipaksakanSuasana lantai parkir basement Rumah Sakit Cendekia Medika selalu punya aura sendiri; campur aduk bau disinfektan, knalpot, dan aroma kopi dari tenant minimarket yang buka dua puluh empat jam. Di salah satu sudut gelap, Kevin berdiri, jaket residennya tersampir di lengan, menyatu dengan pilar beton. Matanya yang tajam mengamati setiap gerakan Lidya yang mondar-mandir menyiapkan kepulangan. Kevin hafal betul jam pulang wanita itu. Bahkan setelah semua yang terjadi, kebiasaan Lidya tetap terukir kuat di ingatannya. Denyutan cemas dan tekad bulat memenuhi dadanya.Tak lama, Lidya berjalan sendirian menuju mobilnya. Jemarinya sibuk mencari kunci di dalam tas. Ini dia kesempatannya. Kevin bergerak cepat, mengendap-endap seperti bayangan yang haus akan sesuatu yang telah lama hilang. Ia menahan napas, memastikan langkah kakinya tidak menimbulkan suara sekecil apa pun di antara deretan mobil yang terparkir rapi. Sebelum Lidya sempat bereaksi, sebuah tangan kekar sudah membekap mulut Lidya da
Last Updated: 2025-10-30
Chapter: Bab 79: Mandat Cendekia MedikaDebur pintu apartemen di Arondisemen ke-16, Paris, masih menggema di telinga Riana saat punggungnya merosot, bersandar ke pintu jati solid itu. Jemarinya mencengkeram erat bingkai tas Chanel yang tadi ia bawa dari pertemuan dengan Gabriel, isi otaknya berputar di antara kilasan panik atas Kevin dan gumpalan amarah yang sudah bertahun-tahun membatu untuk Bima. Ia tidak pernah berpikir akan menautkan dua pria ini, namun kini takdir seolah mempermainkannya dengan kejam. Kekacauan Kevin... Bima adalah kuncinya. Bima adalah sang operator, dalang di balik semua ini.Sebuah dorongan adrenalin tiba-tiba melesat. "Sialan!" desis Riana, bangkit berdiri dengan mata menyala. Ia menyambar ponsel, tanpa pikir panjang menekan tombol angka yang mengarah ke resepsionis penerbangan pribadi yang sudah siaga selama bertahun-tahun di akunnya. "Saya perlu pesawat ke Jakarta sekarang. Charter penerbangan secepat mungkin," suaranya serak tapi tegas. Jemarinya gemetar saat ia melempar tas itu ke ranjang, membu
Last Updated: 2025-10-29
Chapter: Bab 78: Di Bawah Langit ParisHiruk-pikuk khas Paris tumpah ruah di Café de Flore. Kafe legendaris di Saint-Germain-des-Prés itu, seperti biasa, penuh sesak oleh obrolan, dering gelas kopi, dan suara bising sendok yang beradu. Di salah satu sudut yang elegan, dekat jendela besar dengan pemandangan lalu lintas pejalan kaki yang ramai, duduklah Riana Irwanto Wisesa, desainer top yang wajahnya kerap terpampang di majalah fesyen internasional, berhadapan dengan Gabriel Irawan Wisesa, sang mantan suami yang berprofesi sebagai dokter ahli. Meja mereka dikelilingi secangkir kopi hitam mengepul, segelas café crème, dan croissant yang tak sempat disentuh.Gabriel menyandarkan punggungnya di kursi beludru. Ia menyesap kopi hitamnya perlahan, lalu menatap Riana yang tampak lesu. “Kau terlihat lelah sekali, Riana. Apa semalam tidak bisa tidur lagi?” tanyanya, nada suaranya halus, penuh perhatian khas seorang Gabriel.Riana menghela napas, jemarinya memutar tangkai cangkir café crème-nya. "Aku memang baru tiba dari Nice pagi t
Last Updated: 2025-10-29