author-banner
brokolying
brokolying
Author

Novels by brokolying

DARI BENCI JADI PASUTRI

DARI BENCI JADI PASUTRI

Casa hanya ingin hidup panjang, bahagia dan bergelimang harta, Tapi siapa sangka takdir datang dalam bentuk pernikahan dadakan dengan pria yang tidak sepenuhnya gadis itu pahami. Lebih muda, judgemental, dan gosipnya menyukai pria. Wintere Casa Bagaskara. 30 tahun, tidak pernah berharap banyak dari pernikahannya dengan Utara Darmawan, 25 tahun. Tidak ada cinta, tidak ada janji suci. Baginya yang seorang wanita dewasa itu, pernikahan ini hanya perihal kontrak semata. Hubungan yang bisa dinegosiasikan. Masalahnya, Casa punya satu kelemahan. Dia mudah jatuh cinta. Tidak butuh waktu lama bagi visual Utara membuat perasaannya kerepotan. Meski dia sadar betul, mencintai Utara berarti siap terluka diam-diam. Sebab di satu hari, ketika masa lalu suaminya kembali, akhirnya Casa sadar kalau Utara tidak akan pernah bisa mencintainya. Maukah Casa bertahan di pernikahan yang tidak pernah berpihak padanya itu, atau justru memberi kesempatan pada pria yang selama ini ternyata mengiginkannya?
Read
Chapter: TIGA PULUH LIMA
Terlepas dari kontrak, kebohongan, kebencian, dan salah sangka - salah sangka yang terjalin di antara mereka berdua, ada masanya Casa berharap hubungannya dengan pria bernama Utara itu murni kemauan dua anak manusia yang tumbuh dengan sendirinya. Tidak dari kebetulan. Tidak dari kebutuhan.Seperti malam ini. Melihat Utara berdiri di belakangannya begitu dekat, memohon sambil menarik ujung bajunya, jauh dalam hati gadis itu berharap Utara adalah suaminya. Benar-benar suaminya. Bukan yang karena perjanjian.Belum lagi bagaimana Utara makin lama makin mendekat. Berusaha memangkas jarak sambil memohon. Kepalanya tidak mau menerima bagaimana ada pria lain yang berusaha mengatur rumah tangganya. Terlalu dekat dengan istrinya.“Ta, cemburu itu nggak bisa kamu buat-buat, terus kamu jadiin alasan untuk ngelarang aku ngelakuin sesuatu,” Casa mencoba menjelaskan bagaimana konsep cemburu ke anak tiga ratus bulan itu.“Orang bodoh mana yang pura-pura cemburu, Casa?”Tidak menjawab, Casa hanya menu
Last Updated: 2025-10-09
Chapter: TIGA PULUH EMPAT
Setelah berhasil meninggalkan Toby di parkiran dan memastikan pria itu langsung pulang, Casa melangkah masuk ke lobby dengan langkah yang santai. Di tengah dinginnya malam Jakarta yang tumben-tumbennya hujan, dia tahu Utara berdiri di sana bahkan sebelum matanya sempat menangkap sosok pria itu. Sebut saja Casa mulai selalu bisa merasakan kehadiran Utara di mana pun.Dan benar saja. Dia berdiri di sana. Berdiri diam. Mengenakan baju tidur oversized, dengan ekspresi datar. Ekspresinya tidak senang. Tatapannya lurus menatap Casa yang tidak tahu harus ngomong apa.Mereka bukan pasangan, meski terdaftar legal di KUA. Itu yang berusaha Casa ucapkan. Kemarahan Utara kali ini dia rasa tidak perlu.Oke, dia mungkin sudah melanggar sedikit aturan yang dibuat Utara perihal tidak boleh memberi alamat apartemen mereka ke pria lain. Tapi kan itu juga Casa lakukan demi mendapat cuti. Cuti yang berasal dari ide pria itu sendiri.Casa menarik napas pelan lalu melangkah mendekat ketika Utara akhirnya me
Last Updated: 2025-10-07
Chapter: TIGA PULUH TIGA
Casa menutupi pajamas polos warna kremnya dengan sebuah cardigan coklat muda yang melekat cantik di tubuhnya. Di kedua kakinya, ia memakai sepasang sandal jepit, sedang rambutnya dibiarkan tercepol seadanya. Dia berjalan menuju salah satu mobil yang sudah dihapalnya di luar kepala.Mobil itu mencolok di antara deretan kendaraan lain yang terparkir dingin. Menjadi satu-satunya mesin yang masih menyala, menghembuskan uap tipis ke udara malam yang mulai menggigil. Lampu depannya memantul samar di aspal basah. Menunggu seseorang.Di balik kemudi, Toby duduk diam dengan tangan menggenggam seti. Matanya tak lepas dari bayangan yang mulai mendekat. Langkah-langkah Casa terlihat namun tak terdengar. Sandal jepitnya bersentuhan ringan dengan permukaan beton, dan setiap detik yang berlalu membuat detak jantung Toby semakin tak karuan. Pria itu menelan ludah, mencoba menenangkan diri, tapi tubuhnya justru makin tegang saat melihat cardigan coklat muda itu bergerak mendekat, membalut tubuh yang t
Last Updated: 2025-10-06
Chapter: TIGA PULUH DUA
Utara mendapati Casa serius berpikir setelah kedua orang tuanya pulang. Dia bahkan harus berjinjit agar gadis itu tidak kaget. Atau dia takut Casa mencegatnya? Terbukti saat langkah diam-diamnya nyaris memasuki kamar, dia hampir melompat kala Casa mengatakan sesuatu.“Paris? Honeymoon?” gumam Casa berpangku dagu di meja makan. Matanya seperti melekat pada pria yang rambutnya masih acak-acakan itu.“Bukannya itu mandatory ya buat pasangan yang baru nikah?”“Bahkan untuk yang nikah kontrak doang?”“Nurut aja. Itu kado dari Papa Mama,” ungkap Utara yang merasa perdebatan ini tidak perlu. Toh kalau memang Casa tidak mau dia sentuh layaknya istri pada umumnya, gadis itu tinggal menolak sentuhannya. Bukan kado ini.“Kan kamu bisa bilang kita udah honeymoon, Ta,”“Kapan? Nggak mau aku bohong,” jawab Utara tidak terima dan meninggalkan Casa ke kamar. Dia tahu betul, tidak akan menang dia ngomong ke Casa tanpa persiapan yang matang.Mendengar itu, mata Casa lagi-lagi terbelalak. Nggak mau bohon
Last Updated: 2025-09-23
Chapter: TIGA PULUH SATU
Kalau sebuah hubungan diawali dengan sebuah kebohongan, apakah bisa berakhir baik? Apa itu bahkan bisa disebut sebuah hubungan?Banyak cara untuk memulai suatu hubungan memang. Tapi saat ini, yang bisa Casa pikirkan hanya cara-cara yang baik. Ada yang memulai sebagai teman. Ada yang memulai dari perjodohan.Lantas, bagaimana dengan penipuan? Dari kebohongan? Dari sebuah kesepakatan yang tertuang di selembar kontrak yang ditandatangani dua manusia yang tidak punya rencana untuk saling jatuh cinta ke depannya?Casa menghela nafas pelan. Takut membangunkan Utara yang tertidur memeluknya.Kepalanya malam ini tidak seberisik biasanya. Tenang. Sangat tenang hingga dia nyaman. Tidak menyangka bersentuhan dengan Utara bisa membuatnya setenang itu.Hanya satu pertanyaan yang sejak tadi berputar-putar.Hubungan seperti apa ini?Apakah mereka boleh bersentuhan semanis ini?Apakah mereka boleh senyaman ini?No, apa dia boleh senyaman ini?Semakin gadis itu berusaha menyimpulkan jawaban, semakin di
Last Updated: 2025-09-04
Chapter: TIGA PULUH
Casa duduk manis di kursi. Mempersilahkan Utara menyajikan pasta di piringnya. Walaupun masih deg-degan karena tadi tiba-tiba digendong, kewarasannya langsung kembali setelah mencium aroma masakan yang dihidangkan suaminya itu.“Makan,” titah Utara.Tanpa sungkan dan tanpa takut diracun, Casa langsung menyuapkan segulung spageti ke dalam mulutnya. Dia mengunyah pelan dan penuh penghayatan. Menikmati setiap gigitan, hingga berhasil tertelan semuanya.Lambungnya ingin berteriak kalau itu enak. Tapi gengsinya terlalu tinggi untuk melakukan atau mengatakan hal yang berlebihan.“Enak?” tanya Utara penasaran.“Hm. Lumayan. Ketelen,” jawab Casa tenang, melanjutkan suapan-suapannya.“Bagus deh.” Utara menatap gadis itu erat. Seperti ingin mengatakan sesuatu tapi dia tahan. Dia nggak mau Casa berhenti makan hanya karena kesal dengan omongannya. Dan tenyata, Utara suka melihatnya makan. Terlihat lahap. Membuatnya tidak bisa menahan senyum senangnya. Hingga dia lebih asik menonton wanita itu mak
Last Updated: 2025-09-03
OUCH IT'S YOU

OUCH IT'S YOU

Ini kisah Nata. Jenata Soebandono. Wanita matang 29 tahun yang belum juga menikah karena sibuk dengan segala goalsnya. Bukan tidak mencari. Hanya saja, sejauh ini dia merasa belum dipertemukan dengan pria yang mau memahaminya dengan baik. Sampai pada di satu kesempatan random, seorang sahabat mencomblanginya dengan seseorang yang sudah ia jamin baik dan tampan. Arkugi Darmawan. Merasa nothing to lose, Nata setuju-tidak setuju mengiyakan ide random di sela-sela jam kantor itu. Dan Komunikasi pun terjalin. Dengan sangat dewasa. Seiring berjalannya waktu, perasaan, dan hal-hal lain yang tidak bisa ditebak, justru hubungan itu malah membawanya bertemu dengan pria lain yang tidak kalah merepotkan perasaannya. Kini, berada di antara dua pria yang sama besar ngototnya, Nata sukses jadi bulan-bulanan pikirannya sendiri. Memilih satu di antara dua tidak pernah sesulit ini, terlebih ketika ternyata kedua pria itu punya hubungan darah. Seperti dibantu keadaan, satu insiden manis pun terjadi. Membawa Nata tidak hanya yakin pada hatinya tapi juga pada keputusan-keputusan krusial yang akhirnya harus dia ambil. Tentu bukan hanya untuk kebaikannya sendiri, tapi juga kebaikan pria yang ia cintai, juga demi kebaikan calon buah hati. Nata hanya tidak menyangka, kalau keputusan-keputusan berat itu mengantarnya pada kehidupan yang tidak pernah dia sangka sebelumnya.
Read
Chapter: [ 45 ]
NATA’S POVMataku mondar mandir ngecek barang-barang yang ada di list dan yang ada di hadapanku. Kok banyak banget? Masa iya dua koper gede sama satu koper cabin nggak cukup? Perasaan bajuku nggak sebanyak itu deh. Perlengkapan bayi yang kubawa juga nggak banyak. Hanya beberapa yang sudah kupastikan akan susah kudapat di NZ. Tapi kok nggak masuk semua?Kamu tahu apa? packing bukan keahlianku. Aku nggak bakat soal beginian.Nggak bisa. Oleh karena itu, aku butuh bantuan.Kugapai Hpku, mencari satu nama di sana, dan langsung men-dial-nya tanpa ba bi bu.“Halo?” See? Orangnya langsung ngejawab. Nggak sia-sia kan dia langsung terlintas di benakku.“Sibuk nggak lu?”“Banget,”“Vip, gue serius.”“Nat, apapun itu, agak sorean bisa nggak? Ini minggu, coy. Gue menolak bangun dan nyamperin lu sepagi ini,”“Bantuin gue ngelipet baju doang Vip. Ini koper gue kepenuhan, tapi barang gue masih banyak yang belom masuk,”“Lu umur berapa sih Nat? Masa packing doang nyusahin orang?”“Emang lu orang? Kema
Last Updated: 2025-05-07
Chapter: [ 44 ]
GUGI’S POVJika ada satu hal saja yang ingin kuhindari, itu adalah senyuman Jenata yang bukan milikku. Bagaimana mungkin dia bisa begitu lepasnya tertawa di atas penderitaanku? Sebutlah aku egois karena aku hanya ingin dia bahagia jika menjadi pasanganku. Tapi apa yang salah dari itu?“Pacar Ben cantik ya Bang? Mama suka deh,” ucap Mama yang nggak menegerti apa-apa itu. Dan kalian tahu apa? Untuk pertanyaan itu saja aku harus setuju.“Semoga Ben kali ini langgeng deh sama Nata,” sambungnya sekali lagi. Berhasil memancing emosiku.“Bisa nggak Mama stop bahas Ben Ben Ben Ben terus?” tanpa sadar, kecepatan mobilku bertambah. Nafasku memburu. Seperti ada sesuatu yang ingin meledak keluar dari balik rusukku. Kakiku reflek menginjak pedal gas itu semakin dalam.“ASTAGFIRULLAH BANG KOK LAJU BANGET BANG? PELAN-PELAN NAK. HEY! GUGI KAMU KENAPA NAK?”“I L0VE HER FIRST, MA! GUGI YANG PERTAMA SAYANG SAMA NATA! GUGI YANG PERTAMA CINTA! KENAPA DIA HARUS SAMA BEN BUKAN GUGI?!” sekali lagi pedal gas i
Last Updated: 2025-05-07
Chapter: [ 43 ]
Usai melepaskan Ben, kini aku harus melepaskan satu lagi hal yang cukup kucintai demi kewarasanku.“Apa nih Nat?” tanya Pak Bari menerima selembaran yang baru saja kuserahkan.“Saya resign pak,”“Kurang gaji kamu?”“Iya Pak, sama emang saya mau pindah,” jawabku jujur yang entah kenapa nggak bisa dia percaya sedikitpun. Nggak tahu bagian mana yang dia pikir bohong dari kalimatku tadi. Semuanya jujur.“Jangan ngelucu deh Nat. Saya lagi mumet,”“Serius Pak,”Pak Bari menatapku dengan dahinya yang terkerut tiba-tiba. Bekerja di perusahaannya bertahun-tahun memang membuat hubungan kami cukup dekat. Tapi dia selalu tahu kapan aku bercanda atau serius. Kali ini salah satunya.“Kamu kenapa? Burnout? Ajuin cuti. Bukan surat resign gini,”“I’ll be moving abroad this couple days, Pak,”“Kemana?”“New Zealand,”“For what?”“A new life with my baby?”Pak Bari lagi-lagi terdiam. Ekspresi kagetnya terpancar banget. Aku bisa saja nggak memberitahunya tentang ini. Tapi untuk apa? Dunia harus tahu aku
Last Updated: 2025-05-07
Chapter: [ 42 ]
Kepalaku penuh. Dari banyaknya wanita di dunia ini, kenapa harus aku yang berada di antara Gugi dan istrinya? Pertanyaan itu terus muncul setelah Mas Rumi dan Vipa balik.Mendengar Gugi hampir kabur dari venue akad nikahnya pagi tadi setelah tahu Vipa membawaku ke IGD, terlalu membawa banyak dan beragam perasaan ke hatiku. Dan semuanya nggak baik. Syukurnya Mas Rumi dan beberapa orang berhasil nahan dia.Tapi entah kenapa, ada sesuatu yang ngebuat aku ngerasa perlu bertindak. Aku rasa, aku, kamu, kita berdua tahu betapa nekatnya Gugi. Aku nggak tahu perihal besok, tapi aku tahu betul bagaimana perasaanku. Aku goyah. Masih goyah.Oleh karena itu, hari ini aku udah janjian brunch dengan Ben. Di salah satu bakery baru dekat kantorku. Dia dateng persis saat pesananku, Puits d'Amour, baru aja dianterin. Sedangkan untuk dia, udah aku pesenin cheesecake kesukaannya. Tourteau Fromager.“Bonjour, Madame,” sapanya hangat mengelus kepalaku. Penuh senyuman.“Bonjour, Monsieur,” balasku.“Gimana t
Last Updated: 2025-05-07
Chapter: [ 41 ]
“MAS RUMI!” pekikku lepas kontrol ketika mendapati sosok yang datang justru bukan yang kukhawatirkan.Nggak langsung menjawab atau menyapaku, yang dia lakukan justru maju dan memeriksa kepala hingga jari kakiku. “Kamu kenapa Jenata? Hah?”“Apanya?”“Ada yang sakit?” tanyanya lagi.Aku hanya menggeleng. Bingung. Aku mempersilahkannya masuk dan bergabung denganku juga Vipa di ruang TV.Seperti dua Babu yang lagi kena semprot Majikannya, aku dan Vipa duduk di sofa dan nunduk diem seribu bahasa. Entah yang kami takutin apa. Sementara Mas Rumi berdiri tegak di depan kami, melipat kedua lengannya di dada. Menatap seperti elang. Tajem seperti cutter Gramedia.“Vipa? Nata kenapa?” Mas Rumi pinter. Dia menyerang Vipa terlebih dahulu.“No komen dulu ya Mas. Tanya langsung ke anaknya aja. Punten banget ini mah,” elak Vipa yang nggak membantu posisiku sama sekali.“Nat?”“Nggak ada apa-apa Mas,”“Mau sampai kapan kalian bohongin Mas? Mau sampe malam? Oke, Mas bisa banget nih berdiri kaya gini sam
Last Updated: 2025-05-07
Chapter: [ 40 ]
[ Gugi’s POV ]Terlalu bising. Ini harusnya bising yang membuatku bahagia. Tapi nggak. Aku benci bisingnya. Orang-orang lain sibuk kecuali aku. Mama yang sedari tadi bolak balik memastikan aku sudah siap dan nggak kekurangan apapun, papa yang nggak kalah sibuknya dengan Crew Wedding Organizer, dan orang-orang lain yang merasa punya kepentingan di ruang ini. Demi apapun aku nggak suka.“Raf,” panggilku pada Raffi yang standby menemaniku sejak subuh tadi. Assistenku di kantor, juga sahabatku.“Kenapa Mas?”“Pinjem HP lu dong,”“Buat?”“Gue butuh ngomong sama Nata,” bisikku.“Mas, please lu jangan aneh-aneh,” ucap Raffi memelototiku yang langsung kubalas.“HP lu. Sekarang!”Tahu watakku seperti apa, Raffi mau nggak mau minjemin HPnya.Kutekan nomor Nata yang sudah kuhapal di luar kepala itu, dengan jariku yang sedikit gemetar. Aku berjalan ke balkon. Menjauh dari kebisingan, setelah pamit ke orang-orang dengan alesan ada telepon dari salah satu klien penting. Dan harus kuangkat.Nggak ad
Last Updated: 2024-12-13
You may also like
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status