Chapter: Hidup Setelah Pernikahan --- Hidup setelah pernikahan bagi Sukma dan Steve terasa berbeda. Tidak lagi ada bayangan dendam, luka, atau rasa takut. Kali ini, mereka benar-benar berjalan di jalan yang mereka pilih sendiri. Steve menjadi suami terakhir Sukma, dan ia menjalani perannya dengan penuh kesetiaan. Meskipun Sukma tidak bisa memiliki anak dan usia Sukma lebih tua, Steve tidak pernah sekalipun menyesal atau merasa kurang. “Anak bukan ukuran cinta kita,” kata Steve suatu malam ketika mereka duduk di ruang tamu, lampu redup menyinari wajahnya. “Kau cukup bagiku, Su. Kau rumahku.” Sukma menatapnya, mata berkaca-kaca, dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia benar-benar percaya bahwa ada seseorang yang bisa mencintainya tanpa syarat. Hari-hari mereka dipenuhi dengan kebersamaan sederhana. Sukma tetap sibuk dengan bisnisnya, sementara Steve kadang membantu atau sekadar menemaninya rapat. Ada kalanya mereka bertengkar kecil—hal-hal sepele seperti siapa yang lupa mematikan lampu dapur atau siapa yang men
Terakhir Diperbarui: 2025-09-05
Chapter: Hari Hari DipenjaraHari-hari pertama di penjara adalah neraka bagi Farel. Suara besi beradu, teriakan para napi, bau keringat dan lembap bercampur jadi satu. Ia ditempatkan di sel sempit berisi empat orang. Kasur tipis di pojok, dinding berjamur, dan cahaya lampu redup yang tidak pernah benar-benar padam.Malam-malam terasa panjang. Setiap kali ia menutup mata, ia melihat wajah Sukma yang tercekik karena kopi beracun. Ia melihat tangannya sendiri yang menaruh cangkir itu di hadapan istrinya. Meski otaknya tahu itu semua karena bujuk rayu Laura, tetap saja rasa bersalah itu menempel padanya.Tapi yang lebih menyakitkan adalah bayangan Kamila.Kamila, pacar masa mudanya. Perempuan lembut yang menderita sakit jantung sejak kecil. Farel mencintainya dengan tulus, dan ia berjanji akan selalu menjaganya. Tapi saat Kamila mati… semuanya hancur.Sejak itu, Laura masuk ke dalam hidupnya, membisikkan kata-kata manis sekaligus racun. “Sukma penyebab kematian Kamila. Dia egois. Kalau kau ingin hidup tenang, kau har
Terakhir Diperbarui: 2025-09-05
Chapter: Antara Dendam Dan MaafRuang sidang hari itu penuh sesak. Bangku pengunjung terisi wartawan, mahasiswa hukum, dan masyarakat yang penasaran. Nama Sukma sudah jadi buah bibir: pengusaha sukses, yang menikah lima kali. perempuan dengan kisah pernikahan penuh drama. Kini ia duduk di kursi saksi, menghadapi mantan suaminya sendiri, Farel, yang didakwa mencoba membunuhnya.Di kursi terdakwa, Farel tampak kurus, wajahnya tirus, sorot matanya redup. Di sampingnya, Laura—perempuan yang dulu menjadi selingkuhannya—duduk dengan perut membesar. Bayi yang dikandungnya adalah darah daging Farel, sekaligus simbol pengkhianatan.Jaksa membuka sidang dengan suara lantang.“Yang Mulia, terdakwa Farel terbukti dengan sengaja memasukkan bubuk kacang ke dalam kopi yang diminum korban, Sukma. Padahal ia tahu korban memiliki alergi kacang berat. Ini bukan sekadar percobaan pembunuhan, melainkan pembunuhan berencana. Bukti percakapan terdakwa dengan saksi terdakwa kedua, Laura, menunjukkan adanya rencana untuk menyingkirkan korba
Terakhir Diperbarui: 2025-09-05
Chapter: Siska Tanpa Steve---Hari-hari pertama di apartemen barunya terasa hening. Siska berusaha membiasakan diri dengan kesepian yang kini jadi teman sehari-harinya. Ia bangun pagi, kuliah, pulang, dan malamnya duduk sendiri di sofa sambil menatap kota dari balik jendela. Semua terasa berbeda—ada kebebasan, tapi juga kehampaan.Di kampus, Siska mencoba kembali seperti biasa. Ia ikut kelas, mengerjakan tugas, dan bercengkerama dengan teman-temannya. Tapi bisik-bisik tetap terdengar.“Eh, itu kan Siska…” bisik salah satu mahasiswi, sambil melirik sinis.“Iya, katanya dulu jadi simpenan om-om, terus rebutan cowok orang, kan?” sahut yang lain, sambil menutup mulut menahan tawa.“Lucu ya, akhirnya nggak dipilih juga. Steve cerai sama istrinya tapi dia ditinggal sendirian.”Bisikan itu menusuk hati Siska, meski ia berusaha menutupinya dengan senyum tipis. Ia tahu reputasinya sudah terlanjur tercoreng. Apa pun yang ia lakukan, orang-orang tetap mengingat masa lalunya.Suatu hari, di kantin, salah satu teman sekela
Terakhir Diperbarui: 2025-09-05
Chapter: Hatiku Tetap Milikmu Beberapa jam kemudian, Steve berada di depan apartemen Sukma. Ia menekan bel dengan jantung berdebar. Ketika pintu terbuka, Sukma menatapnya dengan mata waspada, menahan emosi yang bercampur—marah, khawatir, dan rindu. “Sukma… aku sudah bercerai dari Sasa,” kata Steve dengan suara tegas namun lembut. “Aku di sini untukmu. Untuk kita.” Sukma menelan ludah, hatinya berdebar. “Steve… aku masih… aku masih takut. Aku tidak mau lagi jadi penyebab kehancuran rumah tangga seseorang.” Steve melangkah lebih dekat, menatap mata Sukma dengan penuh pengertian. “Aku tahu. Itu sebabnya aku membuat semua rapi bukan kamu perusak rumah tanggaku. Sasa… sudah selesai. Dan aku tidak lagi terikat dengan siapa pun, kecuali dengan hatiku sendiri—yang selalu untukmu.” Sukma menarik napas, matanya berkaca-kaca. “Steve… aku janda empat kali. Aku… aku pernah tidur dengan tujuh laki-laki, termasuk kamu. Aku takut… takut kalau semua ini akan menyakiti kita lagi.” Steve tersenyum tipis, pahit tapi jujur. “Dan
Terakhir Diperbarui: 2025-08-29
Chapter: Aku Mencintai Sukma--- Pagi itu, udara di kota terasa berat, seakan menandai akhir dari sesuatu dan awal dari yang baru. Steve berdiri di depan rumah, memandangi dokumen perceraian yang baru saja mereka tandatangani dengan Sasa. Rasanya aneh—lega, tapi juga ada rasa hampa yang tidak bisa ia jelaskan. Beberapa minggu terakhir begitu melelahkan, penuh konflik dan kebohongan, hingga akhirnya semuanya berakhir dengan kejujuran pahit. Siska menunggu di mobil, tangannya memeluk tas kecil. Matanya menatap Steve dengan campuran rasa ingin tahu dan kekhawatiran. Ia tahu perasaannya terhadap Steve rumit—cinta, harapan, tapi juga ketakutan. Hari ini, semuanya akan terjawab. Steve menutup pintu rumah perlahan dan berjalan ke arah mobil. “Siska… terima kasih,” katanya, suaranya berat tapi tulus. “Jika bukan karena kau… mungkin aku tidak akan bisa melepaskan Sasa dengan benar.” Siska menatapnya, jantungnya berdebar. “Aku… aku hanya membantu. Tapi… apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanyanya, suara lembut, h
Terakhir Diperbarui: 2025-08-29
Chapter: 42.Maafkan Aku SabrinaTanpa sadar sandi berjalan kearah jembatan, tatapannya kosong...ingatan terakhirnya adalah saat dia melamar sabrinaWaktu itu Sabrina berdiri dan tersenyum. "Kak Sandi? Tumben datang ke sini." Sandi melirik ke arah dalam rumah, memastikan suasana sepi. "Aku ingin bicara serius denganmu. Boleh?" Sabrina mengangguk, sedikit penasaran. Mereka pun duduk di bangku teras. Sandi terlihat tenang, tetapi ada ketegangan samar di sorot matanya. "Aku sudah bekerja selama beberapa tahun dan posisiku di kantor semakin baik. Aku punya rumah sendiri, tabungan cukup, dan hidup yang stabil," katanya, seolah membaca daftar pencapaian. Sabrina mengangguk, masih belum menangkap maksudnya. "Aku ingin menikah," lanjut Sandi, tatapannya menusuk langsung ke mata Sabrina. Sabrina mengerjap. "Oh. Selamat ya, Kak." Sandi tersenyum kecil. "Maksudku... aku ingin menikah denganmu, Sabrina." Jantung Sabrina berdetak lebih cepat. "Apa?" Sandi menyesap napas sebelum melanjutkan, suaranya semakin ma
Terakhir Diperbarui: 2025-07-02
Chapter: 41.PenyesalanSandi terduduk di kursi tua ruang tamu. Bu Rina menatapnya dengan prihatin dari dapur.“Kamu masih belum bisa merelakan, ya?” suara ibunya lembut, tapi langsung menusuk ke dalam hatinya.Sandi tidak menjawab. Ia hanya mengusap wajahnya yang terasa panas.“Dulu kamu memilih Karina, memilih Nadine, San. Sekarang kamu harus menerima kenyataan bahwa Sabrina juga sudah memilih jalannya sendiri.”Sandi menghela napas panjang. “Aku nggak menyalahkan siapa-siapa, Ma… Aku cuma… aku nggak pernah berpikir semuanya akan berakhir begini.”Bu Rina duduk di sampingnya. “Hidup nggak bisa ditebak. Tapi satu hal yang pasti, kalau kamu terus melihat ke belakang, kamu nggak akan pernah maju. Andro memang keterlaluan tapi dia juga anak ibu, ”Sandi diam. Kata-kata ibunya benar, tapi apa yang bisa ia lakukan sekarang?Dunia sudah berubah. Semua orang sudah bergerak maju.Hanya ia yang masih tertinggal di tempat yang sama.-Malam itu, Sandi tidak bisa tidur. Ia bolak-balik di atas kasurnya, pikirannya dipen
Terakhir Diperbarui: 2025-06-30
Chapter: 40. PengangguranSandi melemparkan tubuhnya ke atas kasur tua, menatap langit-langit kamar yang penuh dengan noda lembab. Hari ini sama seperti kemarin—panas, melelahkan, dan penuh dengan rasa kecewa. Ia sudah mencoba berbagai cara untuk bangkit, tapi dunia seolah tak lagi menginginkannya. Tiba-tiba, suara dari televisi di ruang tamu menarik perhatiannya. Suara riuh penggemar, teriakan histeris, dan dentuman musik memenuhi rumah kecil itu. Sandi bangkit perlahan, berjalan menuju ruang tamu dengan rasa penasaran. Di layar, sebuah konser besar sedang disiarkan secara langsung. Lampu sorot berkedip, dan di tengah panggung, seorang pria muda berdiri dengan penuh percaya diri. Seorang pria yang sangat ia kenal. Andro. Adiknya yang dulu selalu tertinggal di sekolah. Yang dulu sering dihina karena tidak secerdas Sandi. Yang dulu selalu berlindung di balik bayangannya. Kini, Andro berdiri di atas panggung megah, dikelilingi oleh ribuan penggemar yang meneriakkan namanya. Dengan jaket kulit, rambut
Terakhir Diperbarui: 2025-06-30
Chapter: 39.Pulang Dengan Rasa MaluLangit sore memancarkan warna jingga yang suram ketika Sandi melangkahkan kakinya ke halaman rumah orang tuanya. Sudah bertahun-tahun ia tidak menginjakkan kaki di sini, dan kini, pulang dalam keadaan seperti ini terasa seperti kekalahan. Dulu, ia adalah kebanggaan keluarga. Si jenius yang selalu menjadi nomor satu di sekolah, yang membangun bisnisnya sendiri dari nol dan pernah masuk dalam jajaran pengusaha muda paling berpengaruh. Sekarang? Ia hanya seorang mantan narapidana yang bahkan tidak bisa mencari pekerjaan. Sandi mengetuk pintu dengan ragu. Tak lama, pintu terbuka, menampilkan wajah ibunya—Bu Rina. Mata perempuan itu membesar, seolah tak percaya dengan sosok yang berdiri di hadapannya. "Sandi..." suaranya bergetar. Sandi menunduk, merasa terlalu malu untuk menatap ibunya. "Ma... Boleh aku tinggal di sini sebentar?" Bu Rina menutup mulutnya dengan tangan, matanya mulai berkaca-kaca. "Ya Allah, anakku..." Tanpa banyak tanya, ia langsung menarik Sandi ke dalam pelukan
Terakhir Diperbarui: 2025-06-30
Chapter: 38.KebangkrutanSandi melangkah keluar dari gerbang penjara dengan langkah berat. Matahari menyengat kulitnya, mengingatkan bahwa dunia di luar masih berjalan tanpa dirinya. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar. Di dalam sana, hari-harinya berlalu lambat, dipenuhi rasa bersalah dan kemarahan yang ia telan sendiri. Kini ia bebas. Tapi kebebasan ini terasa kosong. Tak ada siapa pun yang menjemput. Tak ada sahabat, keluarga, atau bahkan Nadine, mantan istrinya. Ia menghela napas panjang, lalu melangkah menuju halte bus terdekat. Tangannya merogoh saku jaket tua yang ia bawa sejak masuk ke dalam penjara. Isinya hanya beberapa lembar uang yang diberikan petugas sebelum ia keluar. Cukup untuk ongkos bus dan mungkin sebungkus rokok. Selama perjalanan, pikirannya melayang ke masa lalu. Ke saat-saat di mana ia masih punya segalanya—keluarga, bisnis, dan kehormatan. Semua itu hancur karena satu kesalahan. Perusahaannya bangkrut, lalu kasus hukum menjeratnya. Namun, yang paling menyakitkan bukanlah kehil
Terakhir Diperbarui: 2025-06-30
Chapter: 37.Nasib Yang TertulisDi sebuah jalan sepi yang diterangi lampu jalan temaram, Sandi melaju dengan mobil hitamnya yang tersisa. Hatinya berdegup kencang saat ia menuju sebuah vila kecil yang pernah menjadi tempat Karina menghabiskan waktu bersama. Setiap tikungan jalan diiringi dengan bisikan amarah dan dendam yang telah lama terpendam.Sesampainya di depan pintu gerbang vila, Sandi keluar dari mobil dengan langkah cepat dan penuh tekad. Ia menyelinap ke pekarangan, mendekati pintu utama dengan hati-hati. Di balik jendela, terlihat sosok Karina yang sedang membaca di ruang tamu dengan lampu meja menyinari wajahnya.Dengan napas tercekik, Sandi menekan pintu dengan keras. Pintu terbuka, dan tanpa sempat Karina berteriak, Sandi sudah mendekat dengan pisau terhunus di tangannya."Karina!" teriak Sandi, suaranya penuh kebencian. "Kau pikir aku akan terus terpuruk karena ulahmu?"Karina terkejut, segera bangkit dan melangkah mundur. "Sandi, apa yang kau lakukan? Tenanglah!" serunya, berusaha menjauh dari ancama
Terakhir Diperbarui: 2025-06-30