Mahkota Yang Terenggut

Mahkota Yang Terenggut

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-07-02
Oleh:  Meri NakashimaOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
42Bab
143Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Pernikahan Sabrina dengan Sandi seharusnya menjadi awal bahagia. Tapi satu rahasia kelam sebelum pernikahan—mengubah segalanya. Saat Sandi mengetahui Sabrina tak lagi suci, cintanya berubah menjadi hinaan, dan poligami jadi pelariannya. Sabrina bertahan saat dicampakkan, bahkan ketika ia hamil. Namun pengkhianatan demi pengkhianatan dari Sandi akhirnya menggiring Sabrina pada keputusan besar: pergi. Di saat semua menjauh, seseorang menawarkan harapan… dan cinta.

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. Malam Pertama Yang menyedihkan

Hari pernikahan Sandi dan Sabrina akhirnya tiba.

Sabrina duduk di depan cermin di ruang rias, mengenakan gaun pengantin putih dengan veil tipis yang menjuntai. Riasannya sederhana, tetapi cukup untuk menonjolkan kecantikannya. Jantungnya berdegup kencang, menyadari bahwa hari ini ia akan resmi menjadi istri Sandi.

“Gugup?” tanya seorang sahabatnya, tersenyum menggodanya.

Sabrina tersenyum kecil. “Sedikit,” akunya.

Di sisi lain, Sandi mengenakan setelan jas abu-abu tua, tampak tenang seperti biasanya. Meskipun tidak menunjukkan banyak ekspresi, dari sorot matanya terlihat bahwa hari ini adalah hari yang sangat penting baginya.

Setelah akad selesai, resepsi pernikahan digelar dengan meriah. Aula besar telah dihiasi dengan lampu-lampu gantung, bunga putih, dan meja-meja bundar untuk para tamu. Sebuah panggung kecil telah disiapkan untuk pasangan pengantin, tempat Sandi dan Sabrina duduk berdampingan menerima ucapan selamat dari para tamu.

Sabrina yang kini duduk di pelaminan sesekali melirik Sandi di sampingnya. “Aku masih merasa seperti mimpi,” bisiknya.

Sandi menoleh, matanya menatap dalam. “Ini bukan mimpi, Sabrina. Mulai sekarang, kita akan menjalani hidup bersama.”

Sabrina tersenyum kecil, meski ada sedikit kegugupan dalam dirinya.

Di antara kerumunan tamu, Andro berdiri diam, memperhatikan dari kejauhan. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, matanya tidak bisa lepas dari sosok Sabrina, sosok sahabat yang kini telah menjadi istri kakaknya.

Seharusnya itu aku.

Namun, Andro hanya bisa menelan perasaannya sendiri, menyadari bahwa kini semuanya sudah terlambat.

Malam itu, perayaan berlangsung dengan hangat dan penuh kebahagiaan.

Namun, di balik semua kebahagiaan itu, ada satu hati yang remuk dalam diam.

---

Kamar hotel tempat mereka menginap untuk bulan madu dipenuhi cahaya temaram dari lampu gantung kristal. Kelopak mawar merah tersebar di atas tempat tidur putih yang luas, menciptakan suasana romantis yang seharusnya menjadi awal indah bagi pernikahan mereka.

Sandi duduk di tepi tempat tidur, melepaskan dasinya dengan perlahan. Dia menatap Sabrina yang berdiri di dekat cermin, masih dalam balutan gaun malam berbahan satin yang membuatnya terlihat begitu anggun.

“Sabrina…” Sandi memanggilnya dengan suara lembut.

Sabrina menoleh, sedikit gugup. Ini adalah malam pertama mereka sebagai suami istri, dan meskipun Sandi adalah pria yang baik dan lembut, ia tahu bahwa momen ini akan terasa canggung.

Sandi berdiri, berjalan mendekati Sabrina, lalu menyentuh pipinya dengan penuh kasih. “Aku bahagia kita akhirnya menikah,” bisiknya.

Sabrina tersenyum kecil, tapi ada kegelisahan yang ia sembunyikan.

Malam berjalan sebagaimana mestinya,sandi mencium sabrina dan membimbingnya dengan lembut hingga akhirnya…

Sandi terdiam.

Dia menatap Sabrina dengan ekspresi yang sulit diartikan. Mata pria itu awalnya penuh cinta, tetapi kemudian berubah menjadi keterkejutan, lalu perlahan menjadi kekecewaan yang dalam.

“Sabrina…” suara Sandi terdengar berat, seolah menahan sesuatu.

Sabrina menelan ludah, tubuhnya menegang. Dia tahu ini akan terjadi.

Sandi mundur, menatap Sabrina dengan tatapan tajam. “Kau…”

Sabrina memejamkan mata, air matanya mulai menggenang.

“Kenapa?” Sandi mengucapkan satu kata itu dengan suara yang nyaris bergetar.

Sabrina menggigit bibirnya, berusaha mengumpulkan keberanian untuk berbicara. “Sandi, aku bisa menjelaskan…”

“Tolong jelaskan,” potong Sandi cepat. Wajahnya tetap tenang, tetapi ada kekecewaan yang jelas terlihat di matanya.

Sabrina menunduk, air matanya jatuh setetes demi setetes. “Itu… sesuatu yang terjadi di masa lalu. Aku tidak bisa mengubahnya, Sandi.”

Malam pertama mereka seharusnya menjadi awal yang indah, penuh kebahagiaan. Namun, segalanya berubah dalam sekejap.

Sandi duduk di tepi ranjang dengan rahang mengatup rapat, matanya menatap tajam ke arah Sabrina yang masih membelakanginya. Suasana kamar yang tadinya hangat kini terasa begitu dingin dan penuh ketegangan.

“Kau bohong padaku, Sabrina,” suaranya terdengar rendah, tetapi penuh dengan kemarahan yang ditahan.

Sabrina menggigit bibirnya. Tangannya meremas selimut, mencoba mengendalikan emosinya.

“Apa maksudmu?” tanyanya pelan, meskipun ia sudah tahu apa yang sedang dibicarakan Sandi.

Sandi menghela napas berat, lalu berdiri. “Kau bilang padaku, kau sama sepertiku. Tidak pernah pacaran. Tapi kenyataannya?”

Sabrina menutup matanya sejenak, mencoba menenangkan diri. “Dulu… saat awal SMA, aku pernah punya pacar,” ucapnya akhirnya. “Tapi itu sudah lama.”

Sandi tertawa pendek, penuh sinisme. “Kau bilang tak pernah pacaran. Sekarang kau mengaku punya pacar saat SMA. Apa lagi yang kau sembunyikan dariku?”

Sabrina menunduk, menggigit bibirnya lebih kuat. Semua sudah terjadi. Tidak ada gunanya membuka luka lama.

“Kau tahu, Sabrina?” Sandi melanjutkan, suaranya penuh kekecewaan. “Aku memilihmu karena kupikir kita sama. Aku menjaga diriku untuk istri yang juga menjaga dirinya. Tapi ternyata…”

Sabrina menelan ludah, menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. “Bukankah kalau aib itu harus ditutup-tutupi?” tanyanya pelan. “Tuhan saja menutupi aib manusia…”

Sandi menatapnya lama, rahangnya mengeras. “Tapi kau istriku. Aku berhak tahu semuanya.”

Sabrina mengalihkan pandangannya. Ia tidak ingin menjelaskan lebih jauh. Tidak ingin Sandi tahu bahwa yang terjadi padanya bukan karena cinta pertama, tapi karena seseorang yang bahkan tak bisa ia benci sepenuhnya.

“Kau benar,” lanjut Sandi dingin. “Tuhan menutupi aib manusia. Tapi bagaimana jika manusia itu sendiri yang hidup dalam kebohongan?”

Sabrina meremas tangannya di atas pangkuan, menahan tangis yang hampir pecah. “Aku tidak ingin berdebat, Sandi. Jika kau kecewa, aku mengerti. Tapi… bisakah kita tidak membahas ini lagi?”

Sandi menghela napas panjang, lalu berjalan ke arah jendela, menatap gelapnya malam.

“Aku butuh waktu,” katanya akhirnya.

Sabrina hanya bisa diam, merasakan hatinya semakin remuk. Malam pertama mereka telah berubah menjadi malam yang penuh luka.

Dan ia tidak tahu apakah luka ini bisa sembuh.

Sandi menghela napas panjang, melangkah menjauh dari Sabrina. Dia meremas rambutnya dengan frustrasi, lalu menatap istrinya dengan tatapan kosong. “Kenapa kau tidak pernah memberitahuku sebelumnya?”

Sabrina mengusap air matanya, suaranya hampir berbisik. “Karena aku takut… Aku takut kau akan meninggalkanku… Aku takut kau tidak akan menerimaku.”

Sandi terdiam.

Sabrina berjalan mendekat, ingin meraih tangan Sandi, tapi pria itu mundur selangkah.

“Aku tidak tahu harus berkata apa sekarang,” ucap Sandi pelan.

Sabrina merasa dadanya sesak. “Sandi… aku mencintaimu. Aku sudah menyerahkan hidupku padamu. Tolong… jangan menilaiku hanya karena masa laluku.”

Sandi menutup matanya, mengambil napas dalam. Dia tahu bahwa marah tidak akan mengubah apapun, tetapi perasaan kecewa itu begitu menusuk.

Setelah beberapa saat, dia membuka mata dan menatap Sabrina dengan dingin. “Aku butuh waktu.”

Lalu, tanpa berkata apa-apa lagi, Sandi mengambil bantal dan selimutnya, lalu berjalan menuju sofa di sudut kamar.

Sabrina hanya bisa berdiri terpaku, air mata mengalir di pipinya. Malam yang seharusnya penuh kebahagiaan kini dipenuhi dengan luka dan kesedihan.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

default avatar
marcojolina
semangat kak. ceritanya seru
2025-07-07 18:36:06
1
user avatar
Meri Nakashima
ini buku pertama aku yang terbit di goodnovel. ceritanya gak bertele tele, episodenya dikit dan endingnya memuaskan.semoga kalian suka ya.
2025-07-02 15:32:33
2
42 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status