Karena terlalu frustasi memikirkan Zoya, Aldebaran memutuskan untuk mandi. Setelah itu, dia mengobati luka yang ada di dada dan perutnya. Bagian terparah berada di wajah. Aldebaran meraih alkohol yang akan digunakan sebagai antiseptic dan kapas yangtersimpan di kotak obat berwarna putihtepat di atas wastafel. Dengan cekatan, dia mulai mengobati lukanya."Aarggh ...."Aldebaran mencoba menahan sakit yang di sekujur tubuhnya. Dia terus mengobati luka hingga ke bagian kaki."Bagian yang paling sakit bukan kepala karena dibenturkan ke dinding sama Tuan Sultan. Tapi hati aku jauh lebih sakit. Karena Zoya melihat pemandangan nggak menyenangkan.Aku takut dia depresi lagi."Aldebaran melihat pantulan dirinya sendiri di cermin besar. Terlihat beberapa luka memenuhi bagian perut.Saat itu juga, seseorang mengetuk pintu kamarnya. "Uhh, siapa yang datang?"Dengan kaki yang masih sakit, Aldebaran berjalan pelan menuju pintu."Tuan Fernando?""Bisa saya masuk?""Silakan!"Aldebaran menutup p
Jantung Aldebaran berdebar-debar ketika Zoya mengatakan kalimat yang menurutnya ambigu. Benaknya melayang ke antah berantah. Namun dia tidak ingin kehilangan secuil harapan cintanya akan terbalaskan.'Zoya mau ngomong apa, sih?'"Kells, aku ... aku ...."Aldebaran melihat Zoya kesulitan berkata-kata. Dia menunggu dengan sabar. Berulang kali, Zoya menarik napas dalam-dalam. Namun tetap tidak membuahkan hasil. Suaranya tetap tidak keluar. "Entahlah," ujar Zoya pada akhirnya. Dia hendak berdiri dan melepaskan genggaman tangan Aldebaran. Tapi, Aldebaran tidak akan membiarkannya."Tunggu, Nona!" seru Aldebaran, mempererat genggaman tangannya dengan tangan Zoya."Eh?" Zoya tercengang melihat tangan Aldebaran yang menggenggam erat tangan kanannya. "A-apa? Lepasin!""Tangan ini ... tangan yang aku genggam ini, nggak akan aku lepasin."Dua pasang manik mata berwarna coklat bertemu. Perasaan saling memiliki yang mereka rasakan membuat keduanya terikat. Itu benar! Sebab, kita tidak akan per
Aldebaran memandang Zoya yang sedang memohon pada Sultan untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Zoya terus menerus merengek pada ayahnya. Terlihat kesedihan di raut wajah cantiknya. Aldebaran sangat tidak tega menyaksikan itu. Namun, dia tidak memiliki kuasa apapun di kediaman keluarga Alexander."Pa, Papa tahu apa yang udah dilakukan Kells untukku?" Dengan nada tinggi, Zoya mencoba meyakinkan Sultan.Aldebaran tahu, Zoya mulai frustasi dengan apa yang terjadi. Itu sebabnya, dia mencoba menenangkan Zoya agar tidak tersulut api emosi. "No-Nona ...." Aldebaran mengulurkan tangannya ke arah Zoya.Sultan dan Zoya menoleh bersamaan. "Ya?" Zoya segera melepaskan tangannya dari Sultan dan bergegas menghampiri Aldebaran. "Kells, kamu terluka parah!""Nona, tahan diri kamu! Jangan membantah Tuan Sultan! Biar gimanapun Beliau adalah orang tua Anda," ujar Aldebaran pelan. Dia menahan perih di sekujur tubuhnya yang dipenuhi luka."Pa, panggil Dokter untuk mengobati Kells," pinta ZoyaZoya
Brak!Sultan memukul sisi pinggir kursi yang didudukinya sambil berdiri. Kedua matanya bergantian menatap Aldebaran dan Keenan."Apa itu benar, Kells?" tanya Sultan dengan tatapan intimidasi.Aldebaran berhenti memukuli Keenan dan mengutuknya. 'Sial! Si pria tua ini mulai menjerumuskan aku!'Tap tap tap!Sultan berjalan cepat menghampiri Aldebaran dan mendorongnya ke dinding.Buk!Aldebaran tidak bisa mengelak lagi karena serangan Sultan begitu kuat. Sultan meraih kepala Aldebaran, lalu membenturkannya ke dinding beberapa kali. Matanya merah dan begitu juga dengan wajahnya. Sultan menggerakkan giginya dan berkata, "Apa yang mau kamu jelasin pada saya? Hah? Kamu benar-benar menguji kesabaran saya!"Sultan menghajar Aldebaran habis-habisan. Karena rasa bersalah yang begitu besar terhadap keluarga Alexander, Aldebaran tidak membalas perlakuan Sultan padanya."Pria kurang ajar! Saya sudah salah menilai kamu!" teriak Sultan lantang."Bu-bukan cuma itu, Tuan. Nona Zoya pun telah berada di
"Apa salah kamu? Kamu masih nggak ngerti juga?" bentak Keenan. "Pegang kedua tangannya dan kamu ... hajar dia!""Tuan ... Tuan Sultan?"Ketiga anak buah Keenan maju bersamaan ke arah Aldebaran. Mereka terdiri dari pria besar berotot dengan tato bunga mawar di leher belakang dan tentunya luka bakar di pergelangan tangan kiri."Ayo maju!" seru Aldebaran pada mereka. Dia mengambil posisi kuda-kuda."Ah, banyak omong!" seru salah satu dari mereka.Sultan dan Keenan hanya melihat perkelahian mereka. Sejak awal, Sultan memang tidak mempercayai semua perkataan Keenan."Hajar dia dan jangan kasih ampun!" perintah Keenan.Satu orang anak buah Keenan datang menyerang Aldebaran dengan pukulan bertubi-tubi. Namun, Aldebaran tidak goyah. Aldebaran mengelak dengan cepat."Rasain ini!" Aldebaran menyerang si pria tadi dengan beberapa pukulan yang mengenai dadanya.Bruk!Pria itu terjatuh. Aldebaran duduk di atas pria tadi sambil melayangkan beberapa tinju ke wajah dan bagian tubuh lainnya. Wajahnya
"Aku udah menolaknya," jawab Felix lagi."Bagus. Aku butuh bantuan kamu dan juga yang lainnya. Jadi, tolong kirim dua orang untuk jaga-jaga di bawah jendela kamar Nona Zoya! Aku pikir, akan terjadi hal buruk sebentar lagi.""Dan, aku cuma percaya sama kamu. Jadi aku mohon, tolong jaga Nona Zoya dengan baik!""Ya. Kamu jangan cemas, Tuan! Aku akan jaga Nona semampunya," ujar Felix, yakin. "Aku akan tunjuk Andra dan Wahid untuk jaga-jaga dari kejauhan," ujar Felix, lagi. "Aku mengandalkan kamu, Felix. Pastiin Nona aman selama aku nggak ada di sampingnya!"Setelah melihat Felix mengangguk, Aldebaran pergi menuruni tangga menuju ke ruang kerja Sultan. Aldebaran sangat berat melangkah meninggalkan Zoya. Walaupun ada tiga orang yang menjaganya, tetapi hatinya tetap tidak tenang. Sesampainya di ruang kerja Sultan, Aldebaran mengetuk pintunya. Sesekali, dia melirik ke kanan dan kirinya, memastikan jumlah anak buah Keenan yang berjaga di sekitar ruang kerja Sultan."Damn! Kalo dilihat dari