Share

7. Mood Buruk

DIA?!!!!

Mata Liana membelalak terkejut, menatap tidak percaya dengan apa yang dia liat sekarang. Hampir saja Liana memekik, untungnya dua telapak tangan siap membekap mulut. Liana berharap cemas, dalam hati berdoa. Somoga boss barunya tidak mengingat kejadian tiga bulan lalu. 

Sebentar .... Bukankah sebelum kejadian tiga bulan lalu, Liana pernah bertemu dengan Nova? Liana tidak ingat jelas, tetapi dia sangat yakin bernah bertemu dengan Nova pertama kali. Sekitar satu tahun yang lalu?

Ingatan Liana melayang, ketika satu tahun lalu. Dimana waktu itu Liana sulit sekali mendapatkan pekerjaan. Yaps, Liana dulu mendapatkan mengalaman pahit di dalam dunia pekerjaan, dia dipecat puluhan kali. Dan, Liana dipecat terakhir kalinya saat menjadi seorang waiters di salah satu restourant. Liana dipecat tanpa mendapatkan gaji terakhir. 

Sepanjang jalan, Liana membaca kertas lowongan pekerjaan yang menempel di dinding toko di tepi jalan. Sialnya, tidak ada salah satu pekerjaan yang cocok untuknya. Kesal, Liana menendang kaleng minuman yang sempat dia beli, alhasil tendangan Liana mengenai dahi lelaki. Ternyata lelaki itu adalah Nova. Insiden itu menjadi pertemuan pertama. Liana kabur, Nova mengejar, Liana terus berlari kencang dan tangannya sambil memungut selembar kertas lowongan pekerjaan. 

Apakah itu sebuah keberuntungan? Isi lowongan pekerjaan itu membutuhkan model untuk departement fashion. Liana mendaftar diri dengan asal mengisi data. Liana diterima dengan alasan data diri yang tidak masuk akal. Liana berpikir, mungkin dia di terima perusahaan tersebut karena mempunyai tubuh yang sempurna dan wajah cantik.

“Sial!” umpat Liana dalam hati. Dia berdoa semoga Nova tidak mengenali dirinya. Semoga saja!!!! “Mampus kalau ketahuan!” 

Saat Nova melewati meja Liana dan mengacuhkan, tiba-tiba Nova tidak melanjutkan langkah, berdiri sejenak lalu dia membalikan badan, memilih berputar ke meja sekretaris barunya. Sekretaris baru? Haha, Nova tidak terkejut ketika secara mendadak melihat ada sekretaris baru. Nova berkali-kali berganti sekretaris. Nova memakai kemeja putih berkerah dan jas hitam, tidak menggunakan dasi pada umumnya untuk memberi kesan rapih, gagah dan disiplin. Tetapi Nova membuat kesan sangat tidak disiplin dan acak-acakkan. Liat, rambut lelaki itu, kalau diliat cukup lucu. Bagaimana tidak lucu? Rambutnya ikal sedikit gondrong seperti sarang burung. Namun, mengenakan pakaian apapun tetaplah Direktur Nova berkarisma tampan. Tampan? Haha, mungkin wanita yang mengatakan Nova tampan, matanya sudah minus.

Tepat di depan meja sekretaris barunya, Nova berdiri dengan tangan dimasukan ke dalam kantong celana. Sorot mata Nova dingin.

“Muka kamu,” kata Nova, tangan yang tadi berada di kantong celana—ditarik dan menunjuk ke wajah sekretaris barunya.

Liana mengedipkan mata. “Ya?”

Liana tidak percaya apa yang Nova katakan pertama kali, muka? Ada apa dengan mukanya? 

“Muka Saya?” tanya Liana bingung, dia ingin meminta Nova penjelasan lebih jelas. Tubuh Liana sudah kaku, dia menelan ludah.

Jangan-jangan Nova akan mengatakan, “muka kamu pernah aku liat.” 

Ayolah, Liana. Berpikir positif, jangan berpikir macam-macam.

Dengan mudahnya Nova berkata, “Muka kamu membuat mood pagiku menjadi buruk,” kata Nova.

Mata Liana yang tadi tidak berkedip , sekarang menyipit heran. Itu adalah kalimat pertama yang Nova ucapkan ketika melihat wajah Liana, muka Liana menjadikan mood pagi Nova buruk? Dari jutaan manusia yang memuji kecantikan Liana, hanyalah Nova yang berkata muka Liana menjadi mood pagi buruk. 

“Entah kenapa, setelah melihat muka kamu. Mood pagi menjadi buruk,” jelas Nova lagi. Nova tidak peduli ucapan itu menyinggung hati Liana. Ya, Nova sama sekali tidak peduli. 

Bukannya tersinggung, Liana merasa lega tentang perkataan Nova, perkiraan Liana salah. Nova tidak mengungkit pertemuan pertama dengan Liana di emperan toko. Mungkin saja Nova telah melupakan. Demi pekerjaan Liana harus menjaga etiket. Liana memperkenalkan diri kepada Nova dengan sopan. “Saya Liana yang akan menjadi sekretaris Direktur Pak Nova, mohon bantuannya.”

Tanpa memperkenalkan diri, Nova sudah tahu. Nova tahu akan ada sekretaris baru yang menggantikan sekretaris terdahulu. “Tidak usah basa-basi,” ketus Nova dingin. “Kamu bukan seorang sekretaris. Tetapi kamu seorang mata-mata, 'kan?” tebak Nova.

Mata-mata? Apa mungkin Nova sedang bercanda? 

Liana tertawa ketika dirinya disebut sebagai mata-mata. Liana langsung membantah. “Tentu saja bukan. Saya sekretaris baru di sini dan pernah bekerja dibagian departement fashion. Ini instruksi dari Presdir Dika. Direktur Evan yang memilih aku untuk menjadi tangan kanan Pak Nova.”

Nova berdecih. “Kamu pikir aku percaya?”

“Saya mengatakan dengan jujur bahwa saya bukan seorang mata-mata,” jelas Liana tegas.

Nova terdiam sebentar. Matanya melirik sekilas tubuh Liana, sebagai lelaki normal pasti merasakan sesuatu jika melihat wanita bertubuh sexy seperti Liana. Nova menelan ludah, tetapi semakin ke sini biasa saja. 

Nova kesal, kesadaran kembali. Matanya mengalihkan pandangan, tidak seharusnya Nova memperhatikan Liana seperti itu. “Aishh! Kenapa orang penggangu itu mengirim mata-mata,” gumam Nova lirih dan terdengar oleh Liana.

“Saya bukan seorang mata-mata.” Liana menegaskan.

Nova memandang Liana tajam. Tanpa merespon ucapan Liana, Nova membentak Liana. “Keluar! Kamu keluar sekarang! Jangan datang lagi ke kantor!” 

Nova mengusir Liana dari kantor. Nova berkata lagi kepada Liana, sebaiknya Liana pindah ke bagian lain. Karena Nova akan memilih, seseorang yang pantas menjadi sekretarisnya.

“Aku akan memilih sekretaris sendir!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status