Liana, wanita yang sering dipecat berkali-kali hingga membuatnya frustasi dalam dunia pekerjaan. Namun, nasibnya berubah ketika bertemu dengan Direktur Nova. Nova adalah Direktur sangat malas, sering membantah ayahnya. Hidupnya tertekan akibat Presdir—ayahnya menuntut menjadi penerus perusahaan. Bagaimana kisah mereka?
View More“KAMU DIPECAT!”
Lyn Liana kehilangan pekerjaan untuk untuk ke-10 kali. Sungguh Liana merasa tidak berguna, dipecat lagi.
Untuk apa lulusan Sarjana Manajemen Bisnis? Jika setiap kali dia bekerja tidak bertahan sampai sebulan.
Mendapat pekerjaan lalu,
Dipecat?
Ha-ha-ha. Menjadi pekerja tetap susah sekali. Liana hampir patah semangat. Mulai sekarang yang hanya dia lakukan mencari pekerjaan. Tentu saja dengan cara mengemis-ngemis pekerjaan.
Liana berjalan menelusi toko jalanan sambil menatap dinding toko, siapa tau ada lowongan pekerjaan cocok untuknya.
DIBUTUHKAN KASIR WANITA!
Liana menggeleng mengingat saat dia kerja menjadi kasir. Sudah berapa kali aku dipecat menjadi kasir gara-gara membentak pembeli karena kesal sama mesin penghitung sering macet. Bahkan dia sempat memukul alat penghitung, saking gemasnya.
Liana menendang sesuatu yang dia temui di jalan, entah itu batu kerikil atau kaleng minuman maupun botol minuman. Liana tidak peduli! Yang hanya aku inginkan adalah melampiaskan semua emosinya.
Liana dipecat di restoran, tidak mendapatkan gaji terakhir. Benar-benar pelit restaurant tersebut, setidaknya dikasih uang untuk berjaga-jaga sebelum Liana mendapatkan kerjaan kembali.
“Kenapa hidup aku gini banget, sih?!” Liana mengadu kepada diri sendiri. Kemudian menghentikan langkah, dia merasa orang yang paling putus asa di dunia ini. “MENYEBALKAN! DUNIA MENYEBALKAN!” Liana mengerang lalu berteriak seperti orang gila untuk meluapkan emosi jiwanya.
Lalu Liana mengangkat roknya sampai jauh di atas lutut hingga paha putih terpampang jelas. Tanpa pikir panjang, Liana bersiap menendang kaleng minuman soda yang tadi dia beli di minimarket. Satu, dua, tiga ....
DHUKK!!!
Kaleng yang Liana tendang terlempar jauh. Liana tidak peduli jatuh dimana. Sama sekali tidak peduli!
Semoga saja dia mendapatkan keberuntungan, kalau tidak dia bisa mencari pekerjaan lewat media sosial.
Tidak ada.
Hanya tawaran pekerjaan tidak menarik.
“Heh! Wanita gila!”
Kepala Liana memutar ke sumber suara. Kening berkerut melihat lelaki asing di sana. Tatapan teralih bagian tangannya, lelaki itu menenteng bekas kaleng minuman. Otak Liana berpikir, jangan-jangan kaleng minuman yang dia lempar mengenai dirinya?
“KAMU YANG MELEMPAR KALENG MINUMAN SAMPAI MENGENAI DAHIKU? HUH! MENGAKU SAJA KAMU, HUH!” sentaknya, menuding.
Tatapan lelaki itu lebih tajam dari Liana. Tatapan mata seperti ingin menerkam dan memakan Liana bak singa kelaparan. Liana menelan ludah dengan susah, dia takut. Kemudian tanpa diaba-aba Liana berlari kencang layaknya dikejar hantu.
Liana kabur.
“WOY! JANGAN LARI KAMU! TIDAK AKAN BISA LOLOS JUGA! DASAR WANITA GILA! PEMBAWA SIAL!”
Liana berlari, dia sempat memungut selembar kertas berisi dibutuhkan karyawan kantor di departement fashion. Terjebak dikejar lelaki asing, namun Liana beruntung, dia mendapatkan selembar kertas lowongan pekerjaan.
Akhirnya pekerjaan yang Liana impikan, Ah... Betapa senangnya. Sekarang Liana diterima menjadi model di departement fashion, karena dia mempunyai tubuh yang cukup sexy dan body goals. Beruntung sekali bukan? Tidak sia-sia Liana memungut selembar kertas itu.
Haha.
Dan Liana membuat daftar; dia mengajak Nova untuk mendaki gunung besok. Iya! Besok! Haha, Liana jadi bersemangat.Di sisi lain. Presdir tahu Evan menyukai Liana; dia menilai sikap Evan. Saat berada di lift, Dika memuji Evan."Aku baru tahu bahwa kamu adalah anak yang baik dalam menilai seorang wanita. Sepertinya kamu mencintai wanita tidak hanya dari sudut pandang fisik atau kekayaan."Presiden Dika memuji Evan sebagai orang yang tepat, dan dia tidak mengkhawatirkan Evan lagi. Evan hanya mengangguk sopan, tapi dia tidak mengerti apa yang dikatakan Presiden Dika.Lol.****Keesokan harinya, Nova dan Liana pergi ke pegunungan. Kesempatan bagi Liana untuk mencoba mencari informasi dari Nova. Mereka berbincang-bincang dalam perjalanan ke atas bukit, dengan kaos pendek berwarna putih yang dikenakan Liana membuatnya terlihat seksi. Jaket rajut merah muda diikatkan di pinggangnya. Sepatu bot hitam tingginya dua sentimeter, dan dia mengenakan j
Kata-kata Dika sedikit menusuk hati Liana. Sakit? Ya. "Aku tahu. Aku sadar akan diriku dan hidupku, Presdir." Liana tidak pernah mau menerima perasaan Nova, cinta dari Nova. "Saya tidak akan pernah menikah dengan orang kaya," kata Liana.Liana mengaku tidak memiliki perasaan pada Nova dan tidak memiliki perasaan pada Nova atas perintah Dika yang hanya menjadikan Nova orang sukses dan sekretarisnya."Hari demi Hari aku tidak bisa menepati janjiku, tidak punya perasaan cinta atau ketertarikan pada Nova. Tapi aku akan berusaha menyingkirkan perasaan itu."Namun, dia tidak bisa menerima perasaan Nova, tetapi dia akan berusaha menghilangkan perasaan itu.Direktur Utama Dika berpesan agar Liana berusaha keras bahkan untuk menyelesaikan tugasnya sebagai sekretaris. “Ingat, kamu hanya sekretaris. Kamu harus bekerja keras untuk membantu Nova sembuh dari fobia,” kata Dika."Oke Pak Direktur, saya akan bekerja keras dan tidak akan mengeluh," kata Liana, mengerti a
Liana hanya menunduk, ketakutan."Semua orang membuatku kesal! Kenapa hanya aku yang tidak tahu masalah sebenarnya dari Nova dan Evan!” bentaknya.Dika sejak awal curiga, tapi dia mengabaikan pikiran itu."Sekretaris Liana, jawab dengan jujur. Apakah Nova dan Evan menyukaimu pada saat bersamaan ?"Diam. Liana tidak bisa berkata-kata. Tidak tahu apa yang akan dia jawab. Jadi, Liana diam saja."Kenapa diam saja? Tidak menjawab pertanyaanku?""Tidak seperti itu." Liana mengelak. "Saya tidak tahu—”"Berhenti berbicara!" ucap Dika memotong ucapan Liana. Tak hanya Nova, Evan juga menyukai wanita itu. "Jawab dengan jujur, sekretaris Liana!"“Iyaa,” jawab Liana, perlahan menundukkan kepalanya, suaranya nyaris tak terdengar karena terlalu kecil untuk didengar.Namun, Dika juga mengakui bahwa dia menyukai dan tergoda kepada Liana.
Ternyata Presdir Dika tidak datang ke tempat kerja Nova; dia hanya menelepon Liana dan mulai menginterogasinya. Kejadian aneh dan dia masih tidak bisa mempercayainya. Dika selalu bertanya-tanya, siapakah sebenarnya wanita yang menyebabkan Nova dan Evan bertengkar? Masalah pekerjaan? Dika sedikit tidak yakin. Maka, Dika memanggil Liana untuk bertanya dan menginterogasi.Liana bingung. Mengapa Dika menyuruhnya pergi ke tempat kerjanya? Apakah ada masalah atau sesuatu?Liana duduk di tempat kerja Dika dengan canggung. Dua cangkir teh di depan mereka untuk mencairkan suasana agar tidak canggung. Presdir Dika duduk di kursi khusus, dan Liana duduk di kursi panjang khusus untuk tamu."Maaf, kenapa Anda menelepon saya?" tanya Liana memecah kesunyian. "Saya tidak tahu mengapa Anda menyuruh saya datang ke sini."Dika menghela napas. Ia ingin bertanya pada Liana dan ingin menanyakan jawaban yang jelas. “Rumor yang beredar itu
"Akhh !!! Jangan sentuh rambutku! Sekretaris Liana! Sakit—"Sakitnya, apalagi Liana sebagai wanita yang jago beladiri. Liana tidak peduli dengan Nova yang berteriak kesakitan. "Dasar Direktur mesum!"Awalnya, Nova mengeluh kesakitan, tapi kemudian dia tertawa. "Hei! Apa maksudmu? Mesum? Serius. Aku benci otak kotormu, Sekretaris Liana!" Nova mencibir.Mendengar perkataan Nova, pipi Liana memerah dan malu. Dia mundur selangkah, membuang muka.Nova merapikan baju putihnya sedikit berantakan gara-gara Liana. "Liana, apa kamu merasa gugup?" Nova bertanya. Sedetik dia menyadari apa yang dia katakan. "Umm ... maksudku, apa kamu gugup saat melihat wajahku?" Nova menjelaskan, mengulangi kata-katanya.Apa? Apa yang Nova bicarakan? Tidak gugup tapi malu. Tentu saja, Liana membantah dan menjawab dengan alasan lain. Sekarang dialah yang tertawa dengan aneh. "Gugup? Bagaimana menurutmu Direktur. Aku tidak pernah
Nova mengabaikan kata-kata Liana, membuatnya semakin berani dan mendekat. Hanya berjarak satu langkah, punggung Liana bertabrakan dengan pintu. Nova dengan berani mendekatkan wajahnya ke wajah Liana, Liana memejamkan mata karena tidak berani menatap wajah Nova sedekat ini.Dan .... Sebaliknya, Nova mengalami nasib buruk. Saat Nova menatap wajah Liana sedekat ini, dadanya mulai berdebar kencang. Pria itu memegangi dadanya, tidak menyangka reaksinya akan seperti ini. Liana dengan berani membuka kelopak matanya sedikit, mengintip. Keduanya saling bertatapan, tanpa sadar Nova mendekat ke wajah Liana. Keduanya saling menatap dengan tatapan bertabrakan. Kemudian Liana membuka matanya lebar-lebar saat wajah Nova berada lima sentimeter darinya.DOENK !!Liana beraksi dengan membenturkan kepalanya ke kepala Nova lalu meraih lengan Nova dan menjambak rambut Nova. "Apa-apaan ini, Direktur! Kamu mau menciumku ya?! Dasar Direktur mesum," kata Li
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments