Share

Episode 8

Author: Evie Yuzuma
last update Huling Na-update: 2020-12-07 07:41:47

Semenjak memulai rutinitas baru, Ceria kini memiliki waktu lebih sedikit untuk mengurus rumah. Baginya mengatur jadwal itu merupakan hal yang terpenting agar semua bisa berjalan dengan baik. Setiap pagi suaminya yang akan berangkat duluan ke kantor, sementara dirinya masih harus mengantar Iren ke playgroup baru kemudian berangkat kerja. Begitulah kegiatannya selama beberapa bulan terakhir. 

Sebuah keberuntungan bagi Ceria memiliki atasan seperti Mr. Mark, ternyata selain tampan, pintar dan kaya dia juga perhatian. Beberapa kali Mark melihat Ceria berjalan tergesa ketika hendak masuk ke kantor karena waktu sudah hampir mepet. Sehingga pada suatu hari Mark memberikan sebuah penawaran. 

“Ceria, how if I send a driver to pick you up every morning? I worry about your safety, then sure it will make my schedule trouble,” ucapnya pada Ceria, lelaki itu memang sudah fasih berbahasa Indonesia tetapi sesekali masih ada saja percakapan yang menggunakan Bahasa inggris. Beruntung Ceria merupakan mahasiswa yang pandai dan bisa dibilang menguasai segala bidang. Setelah beberapa detik berfikir, akhirnya wanita itu menerima tawaran bos nya. 

“Yes Sir, I am glad to hear that, thank you very much,”ucap Ceria dengan mata yang berbinar.

“But for today let me to drive for you,” ucap Mark sambil tersenyum. 

“But I need to pick up my daughter first at grandma home,”Ceria merasa tidak enak.

“It is ok, we go there first,” ucapnya sambil tersenyum. Ceria hanya mengangguk menyetujuinya, toh selama ini, Bagja juga sering berangkat atau pulang bareng juga sama staffnya. Ceria ingin lelaki itu berada pada posisi yang sama sepertinya, dan kebetulan siang tadi Bagja mengirimkan pesan kalau dia pulang cepat hari ini. Waktu yang sangat tepat pikirnya. 

Hari itu selesai dengan baik. Mark betul-betul mengantar Ceria pulang, mereka mampir dulu ke rumah Bu Marta untuk menjemput Iren, kemudian Ceria mengajak Mark untuk mampir dulu ke dapur online, mengingat suaminya sudah menunggunya di rumah. Bagja, walaupun dia pulang lebih dulu, tidak pernah ada inisiatif dia untuk sekedar menjemput Iren. Semua itu baginya adalah tugas perempuan, meskipun kini Ceria sudah memiliki kesibukan lain. 

Mark ternyata sangat menyukai anak kecil, sepanjang perjalanan dia tak henti menggoda Iren. Bahkan Mark berjanji akan membelikan mainan ketika nanti dia pulang ke Jerman untuk Iren. Perjalanan tidak terasa lama karena serunya obrolan, mobil yang mereka tumpangi kini sudah tiba didepan sebuah rumah type 36 yang sangat sederhana. Rumah milik Ceria dan Bagja. 

Wanita itu turun dari mobil dengan menggendong Iren, sementara tangan yang satunya menenteng tas kerja dan makanan yang dibelinya. Ceria mengangguk dan berterimakasih pada bosnya yang mengantarnya itu. Kaca jendela depan perlahan tertutup dan mobil itu melaju meninggalkan rumah sederhana itu.

“Ri, kamu pulang sama siapa?” terdengar suara ketus Bagja dari belakang. Ceria menoleh dan menurunkan Iren dari gendongannya. 

“Bos aku,” jawabnya singkat sambil mendekat kearah suaminya. Dia masih menjadi Ceria yang lama, tetap santun dan menghormati Bagja. Wanita itu meraih tangan Bagja dan kemudian menciumnya. 

“Mas, ayo kita makan bareng, ini aku beli banyak, kebetulan bos aku yang bayarin jadi pilih yang mahal-mahal deh,” ucapnya sambil terkekeh, dia berjalan melewati suaminya yang masih memandang tidak suka. 

“Kenapa dia nganter kamu?” Bagja masih memburunya dengan pertanyaan sambil mengikuti Ceria yang kini duduk di sofa dan sedang melepas sepatunya.

“Karena sopir yang buat ngantar jemput aku tadi ga masuk, dia khawatir terjadi apa-apa sama aku karena sering banget aku datang ke kantor berlari-lari,” ucap Ceria sambil mengikat rambutnya. 

“Kenapa kamu mau-mau aja?” Bagja protes.

“Lha, apa salahnya, ini kan hanya sebatas kerjaan, dia cuma khawatir aku kenapa-kenapa kalau terburu-buru setiap hari nanti efek sama jadwalnya dia, justru bagus dong, berarti dia memiliki empati yang besar,” ucap Ceria sambil mengajak Iren ke kamar untuk berganti pakaian. 

Diletakkannya putrinya tersebut di atas Kasur, kemudian dia membuatkan susu agar Iren bisa berisirahat sambil tiduran. Ceria menyalakan TV agar suara perdebatannya yang pastinya akan berlanjut dengan Bagja tidak menjadi perhatian. Kemudian dia berlalu ke dapur untuk menyiapkan alat makan. Ketika dia kembali Bagja masih duduk termenung di sofa. 

“Aku ga suka ya kamu dianter-anter cowok,” ucap Bagja menatapnya tajam. 

“Eh, Mas dia itu bukan cowok, dia cuma bos aku, partner kerja aku, ya ibarat kamu nganter jemput Sisy, ga ada bedanya,” ucapan Ceria telak membuat lelaki itu menjadi terdiam. Lagi-lagi dia tidak memiliki jawaban untuk menyanggah pernyataan istrinya. 

Memang selama ini ketika Ceria memintanya untuk tidak terlalu dekat dengan Sisy, itulah jawaban yang dilontarkannya dengan santai. Lelaki itu sama sekali tidak bisa menempatkan posisinya jika dia menjadi. 

“Ayo Mas makan, ini aku udah siapin, oh iya mulai besok supirnya Mark akan mengantar jemput aku, juga mengantar Iren dulu ke sekolah,” ucapnya sambil mulai menyuap. 

Bagja hanya menoleh tanpa memberikan komentar apapun. Terlihat ada kilatan tidak suka dari matanya. Mereka akhirnya makan dalam diam. Terlihat beberapa kali ponselnya Bagja bergetar, sekilas Ceria melihat ada nama Sisy muncul dilayarnya. Namun lelaki itu seperti tidak mengacuhkannya, padahal biasanya dia akan langsung sigap mengangkat telepon itu dan menomor duakannya. Apakah Bagja mulai diresapi perasaan galau takut kehilangan?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Widya Alice
Sukurin Bagja.... emang enak
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • PEMBALASAN SEORANG ISTRI   Episode 29

    "Ja, kamu makan dulu, biar ibu jaga bayimu,” ucap Bu Marta. Bagja menoleh pada ibunya dan menyerahkan bayi itu padanya. Tapi bukannya makan, dia malah menghampiri Ceria dan menyuapinya.Setelah menyuapi istrinya makan, dia bergegas berjalan keluar mencari makanan Untuknya dan untuk Bu Marta. Namun langkahnya terhenti didepan pintu dimana tadi Evan masuk kesana. Perlahan dia mendekat dan mengintip dari celah kaca. Terlihat seorang wanita yang telah menjadi bagian dari kisah kekisruhan rumah tangganya di masalalu tengah terbaring.Wanita itu tidak lain adalah Sisy. Dia terlihat lebih kurus sekarang, wajahnya tampak lebih tua dan kurang terawat. Sejak saat itu, Bagja tidak tahu menahu lagi tentang kehidupannya. Apakah dia menikah dan bersuami. Ataukah dia menjalani semua masa sulit itu sendiri.Dari celah itu, Bagja melihat ada tawa ringan yang tergelak. Wanita itu sedang berbincang dengan Evan, entah apa yang mereka b

  • PEMBALASAN SEORANG ISTRI   Episode 28

    Ternyata Ceria benar-benar hamil, usia kandungannya beda dua minggu dengan usia kehamilan Sisy. Selama mengandung, Bagja benar-benar menjadi suami siaga. Dia tak pernah membuat wanita itu menunggu lama atas apa yang dia inginkan. Lelaki itu rupanya benar-benar memegang janjinya. Memang terkadang, seseorang baru bisa merasakan arti kehadiran, ketika dia sudah pernah diterpa badai.Seperti halnya Bagja, dia merasa beruntung mendapatkan kesempatan kedua untuk membahagiakan wanita yang dipilihnya. Begitupun Ceria, sejak kejadian itu dia tak lagi melupakan dirinya. Kini dia sudah memiliki alarm siaga dan sebisa mungkin memberikan pelayanan terbaik untuk suaminya.Ceria memang percaya jika Bagja telah berubah, tetapi tidak halnya dengan insting dan naluri laki-laki, pasti akan selalu ada celah ketika dia lengah. Karenanya, Ceria tetap mempertahankan apa yang dia miliki termasuk karir dan pekerjaan yang berkibar. Dengan memiliki itu, setidaknya dirin

  • PEMBALASAN SEORANG ISTRI   Episode 27

    Sementara lelaki itu tak henti mengulas senyum. Sesekali diusap lengan istrinya yang mendekapnya erat. Ada getaran-getaran hangat menyelinap dalam kalbunya dan memancar keluar sebagai bentuk kebahagiaan. Bagja merasakan kembali kebahagiaan yang dulu pernah dia miliki. Cerianya Bagja sudah kembali seperti dulu lagi.“Mas, kita makan ke angkringan itu yuck! " Tiba-tiba Ceria menepuk bahunya tanpa aba-aba. Bagja menarik rem dengan kuat.“Aduh kho berhenti ngedadak sih?” Ceria mencubit perut suaminya. Bagja menoleh.“Kan kamu yang minta,” ucapnya sambil tersenyum dan mengusap wajah istrinya gemas. Ceria terkekeh.Wanita itu segera turun dari sepeda motor yang sudah terparkir tidak jauh dari angkringan yang menjual aneka sarapan. Dia memilih tempat duduk lesehan, suasana yang mengingatkannya pada masa berpacaran. Bagja mengikuti istrinya.“Mau pesen makan apa Ri?” tanya Bagja, dia duduk berse

  • PEMBALASAN SEORANG ISTRI   Episode 26

    Akhirnya badai besar itu berlalu bersama punggung nenek sihir yang sudah menghilang dari rumah mereka. Bagi Ceria, Sisy adalah nenek sihir yang menggunakan kekuatan hitamnya untuk menyerang rumah tangganya. Mangacaukan hidup dan kebahagiaannya.Ceria mengajak tamunya melanjutkan acara makan malamnya. Neilson terlihat begitu menikmati makanan rumahan yang sebagian Ceria sengaja siapkan. Acara makan malam selesai, mereka mengobrol santai.Ceria mengucapkan banyak terimakasih pada kedua lelaki yang membantunya itu. Pada saat itu Neilson tiba-tiba menanyakan perihal kehamilan Sisy, sepertinya lelaki itu tertarik dengan bayinya. Neilson baru saja menikah sengan seorang model terkenal sebetulnya, namun sang istri ternyata lebih mementingkan karirnya daripada merencanakan kehamilan. Obrolan tidak berlangsung lama, waktu sudah cukup malam, akhirnya Mark dan Neilson berpamitan.Neil memang sudah menjadi sahabat kecil dari M

  • PEMBALASAN SEORANG ISTRI   Episode 25

    "Kamu bisa jelaskan ini?” Ceria menatap wajah Sisy yang mulai berubah. Sisy terlihat sedang mencoba mengendalikan dirinya.“Usia kehamilan kamu baru sekitar 7 minggu ketika di periksa, itu artinya kalian harus melakukan itu pada minggu dimana suami saya sedang dirawat,”ucap Ceria. Wajah Bagja terlihat sedikit lega, sementara Sisy masih terdiam dan menatap hasil USG yang dilemparkan padanya.“Itu saja tidak bisa membuktikan apapun, bisa saja itu adalah karangan Mba Ceria sendiri dengan mengada-ada, darimana Mba bisa tau usia kehamilanku?” wanita itu masih mencoba menyangkal.“Darimana saya tahu?”Ceria tersenyum meremehkan. Sisy menatapnya penuh kekesalan.“Darimana saya tahu, itu tidak penting, tapi data ini valid, jadi bayi itu bukan anak dari suami saya,” ucap Ceria lagi.“Mba ga bisa seenaknya seperti itu, dimana hati nurani Mba sebagai perempuan, gimana rasanya jika Mba Ceria

  • PEMBALASAN SEORANG ISTRI   Episode 24

    Sabtu itu, Ceria sudah sibuk menyiapkan berbagai makanan untuk acara sore nanti. Dia meminta Bagja menjemput wanita itu datang sekitar pukul tujuh malam. Bagja merasa heran melihat istrinya menyiapkan hidangan-hidangan spesial begitu banyak. Mungkin itu porsi untuk lima sampai enam orang. Bagja tidak banyak bertanya, selama istrinya tidak meninggalkannya pergi dari rumah itu, dia akan menuruti apa saja permintaannya meskipun tidak masuk akal.Sejak pagi, Ceria sudah menitipkan Iren di rumah mertuanya. Gadis kecil itu sudah betah menginap sendiri, terlebih bisa tidur ditemani Maura. Seharian ini Bagja hanya memperhatikan istrinya, sesekali dia membantu pekerjaannya yang dia bisa. Tidak sedikitpun terlihat sebuah letupan emosi dari wajah wanita itu, terlihat tenang dan datar. Sementara hati Bagja sendiri sedang bergemuruh tidak karuan.Menjelang sore, Bagja sudah rapi. Lelaki itu mengenakan kaos hitam dengan list me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status