Share

Part 4

"Pagi!" sapa Sekar saat masuk ke dalam rumah Gavin dan Tisha.

"Pagi juga sekar, bagaimana keadaan mu? sudah lebih baikan?" tanya Gavin begitu perhatian.

"Sudah lumayan agak mendingan Gav." jawab Sekar.

"Syukurlah kalau begitu." ucap Gavin tersenyum.

"Emm, Gav...." panggil Sekar menggantungkan kalimatnya.

"Iya? kenapa Sekar?" tanya Gavin penasaran.

Ragu-ragu Sekar ingin mengatakannya, takut jika Gavin marah dan menolak keinginannya.

"Hari ini sebenarnya aku ingin pergi bersama keluargaku!" kata Sekar.

"Lalu?"

"Bagaimana jika aku membawa serta Tisha bersama ku, hitung-hitung sekalian aku menjaganya, daripada kau harus cuti kan?" usul Sekar.

Gavin tampak berpikir. "intinya, sebenarnya kau ingin pergi dan tidak bisa menjaga Tisha. begitu kan?" tanya balik Gavin.

"Ya awalnya sih gitu, tapi setelah aku pikir-pikir tidak ada salahnya juga aku membawanya pergi bersama ku dan keluarga ku."

"Tapi itu sih, terserah kau saja Gav!" ucapnya lagi.

"Ya sudah," kata Gavin akhirnya.

"Sudah apa Gav?" tanya Sekar menunggu kepastian ucapan Gavin.

"Ya sudah, aku mengizinkannya." ucapan Gavin membuat Sekar senang.

"Tisha, sayang kamu mau ikut pergi dengan Sekar dan keluarganya tidak?" tanya Gavin pada adiknya.

"Mau kak, Tisha mau!" ujar Tisha menyetujui ajakan Sekar.

"Baiklah, kakak berangkat kerja dulu, dan untukmu Sekar, aku mohon jaga adikku baik-baik." pintanya memohon.

"Siapppp," jawab Sekar membentuk tanda hormat.

"Jangan hanya siap saja, aku sangat mohon sekali jaga dirinya baik-baik." ucap Gavin lagi kali ini menatap Tisha. "Dia segalanya bagiku, jika terjadi apa-apa padanya, maka kau yang aku salahkan." kata Gavin sedikit mengancam Sekar.

"Mengerikan sekali! baiklah, aku akan menjaganya dengan sebaik mungkin."

Gavin mengangguk dan tersenyum, setelahnya ia pamit pergi bekerja, mengecup kening beserta kedua pipi adiknya, menjadi asupan energi penambah semangatnya bekerja.

*********

"Bagaimana Tisha? kau suka tidak udara di sini?" tanya Sekar begitu ia dan keluarganya sampai di tempat tujuan.

"Suka, sangat suka! udaranya sangat segar dan sejuk sekali Sekar."

"Tentu saja! bahkan disini pemandangannya sangat indah loh cantik." jelas Sekar menggambarkan keindahan tempat ini pada Tisha.

"Sekar, kenapa kau selalu memanggilku cantik?" tanya Tisha heran dengan panggilan Sekar padanya.

"Ya, karena kau sangat cantik sayang." puji Sekar.

"Nah, sekarang kau memanggilku sama seperti kak Gavin."

"Hmm, yang mana?" tanya Sekar bingung.

"Yang itu... sayang." ucap Tisha malu-malu.

"Hahahaha." Sekar hanya menjawabnya dengan tertawa.

"Kamu mah enak cantik, di panggil Gavin dengan sebutan sayang terus." ucap Sekar lirih dan tanpa sadar.

Tisha diam saja masih terus ingin mendengarkan ucapan Sekar selanjutnya.

"Enak kali ya jadi kamu? jadi adiknya Gavin." lagi Sekar mengatakannya tanpa sadar.

"Mana enak jadi aku Sekar, aku hanya seorang gadis buta, yang tidak bisa melihat, lalu apanya yang enak?" ucap Tisha agak kurang suka dengan perkataan Sekar.

Perkataan Sekar sebenarnya agak menyinggung perasaannya, apa yang enak jadi orang buta? pikir Tisha.

"Maaf, maaf cantik, bukan maksudku menyinggung mu! tapi aku... ah aku sungguh baperan deh hari ini." Sekar terkekeh di akhir kalimatnya.

"Kenapa? kau menyukai kak Gavin ya?" tebak Tisha to the point.

Sekar gelagapan mendengar pertanyaan spontan Tisha. "kenapa diam Sekar?" Tisha terus memburu pertanyaan untuk Sekar.

"Ap-apa maksudmu? aku tidak mengerti cantik." elaknya.

"Jangan membohongi ku, aku mengerti dan tau jika kau menyukai kakak ku, meskipun aku buta dan tidak bisa melihat sinar bahagia di wajahmu jika mengenai kak Gavin." jelas Tisha semakin membuat Sekar sumringah.

"Jadi, bagaimana? kau mau jujur?" tekan Tisha sedikit memaksa.

"Iya cantik, aku menyukainya." akhirnya Sekar mengakui perasaannya pada Gavin lewat Tisha.

"Sudah ku duga." ucap Tisha tersenyum.

"Tapi aku mohon padamu, jangan beritahu hal ini pada Gavin ya!" lirih Sekar memohon.

"Kau tenang saja, aku akan membantu mu dekat dengan kakak ku. tidak, maksudku akan ku buat kak Gavin menyukai dan lebih memperhatikan mu." kata Tisha seakan memberikan janji untuk Sekar.

"Ah, terima kasih cantik." Sekar memeluk tubuhnya.

"Sekar, Tisha!" teriak seorang wanita paruh baya.

"Ayo cantik! ibuku sudah memanggil kita." ajak Sekar membantu Tisha berjalan.

Mereka tidak sadar jika sedari tadi seorang pria menatap mereka, tidak, lebih tepatnya memperhatikan Tisha.

"Dia sangat cantik!" puji pria itu.

Senyum tipis terukir di bibirnya, menjadikan seribu pertanyaan mengenai dirinya, dan apa yang dia inginkan dari Tisha?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status