Share

Part 3

Tisha meraba-raba bibirnya sendiri yang di kecup sang kakak tadi pagi, masih terasa bagaimana rasanya saat Gavin mengecup bibirnya dengan lembut.

Ia menggelengkan kepalanya kuat seraya menghilangkan segala pikiran mengenai perasannya pada sang kakak.

"Ini tidak benar!" gumamnya.

"Apanya yang tidak benar cantik?" tanya Sekar heran melihat Tisha.

"Hah? ah tidak ada apa-apa Sekar."

"Kau yakin? lalu kenapa kau geleng-geleng kepala?" Sekar masih penasaran.

"Itu karena kepala ku agak sedikit pusing." ucap Tisha berbohong.

"Astaga! kenapa tidak bilang jika kau sakit? ya sudah sini ku bantu untuk istirahat." Sekar membantu Tisha baringan di ranjangnya.

Setelah Sekar keluar dari kamarnya, kembali Tisha meraba bibirnya dan tersenyum, entah kenapa ia begitu bahagia saat kakaknya bersikap manis dan lembut padanya.

"Apakah mungkin ini yang namanya perasaan cinta? lalu rasa cinta yang seperti apa?" batin Tisha bingung.

Tak lama Tisha pun mengantuk dan tertidur, tangannya masih menempel di dadanya merasakan detak jantungnya.

Tisha terbangun dari tidurnya saat merasakan guncangan di bahunya. "Tisha bangun!" suara Sekar membangunkannya.

"Jam berapa ini?" tanyanya.

"Ini sudah jam 4 sore, kau bahkan melewatkan makan siangmu, tidurmu nyenyak sekali." jelas Sekar.

"Maafkan aku, aku sangat mengantuk sekali Sekar." ujarnya.

"Ya sudah, ayo bangun!" Sekar membantu Tisha turun dari ranjang.

*********

Gavin yang baru pulang bekerja melihat seseorang yang sedang memperhatikan rumahnya, tak lama orang tersebut pergi.

Gavin bertanya-tanya siapakah orang tersebut, perasaannya mengatakan sesuatu hal yang tidak beres.

Cklek...

"Assalamu'alaikum, Tisha kakak pulang!"

"Wa'alaikumsalam," jawab Sekar.

"Sekar, kok kamu belum pulang?"

"Iya, aku menunggumu pulang."

"Benarkah? ada acara apa sampai menunggu ku pulang?" tanya Gavin heran.

"Tidak ada sih, aku hanya ingin makan malam bersama kalian berdua."

"Uhm, dimana Tisha?"

"Dia ada di kamarnya."

"Baiklah, aku akan menemui Tisha dulu." ucap Gavin berjalan ke arah kamar Tisha.

Pintu kamar Tisha tidak tertutup sepenuhnya, Gavin mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka. ia tersenyum melihat adik kesayangannya tengah duduk diam di tepi ranjang, sesekali ia melihat Tisha yang meremas tongkat yang di pegangnya.

Gavin melangkah masuk dengan mengendap-endap, ia menutup pintunya dengan sangat pelan agar Tisha tak mendengarnya.

Ia tatap adiknya dalam diam setelah ia berhasil masuk, semakin mendekatkan wajahnya ke wajah sang adik. sangat dekat dan perlahan bibirnya ingin mengecup namun terhenti karena suara pintu yang di buka seseorang.

"Kenapa lama sekali Gav? aku menunggu kalian berdua dari tadi." omel Sekar.

Tisha yang mendengar nama kakaknya di sebut pun mengerutkan dahinya bingung, apa kakaknya sudah pulang? pikirnya.

"Kak Gavin? apa dia sudah pulang Sekar?" tanya Tisha.

"Tentu saja cantik, kakak mu sedari tadi sudah berada di hadapan mu."

"Apa?" pekik Tisha.

Ia bangkit dan mulai berjalan sambil meraba-raba, tepat saat beberapa langkah ia menyentuh tubuh kakaknya.

"Kakak!" serunya senang.

"Kaget ya, hem?" Gavin menangkup kedua pipi tirus Tisha.

Ia usap dengan lembut kedua pipinya, tanpa sadar tangan Gavin juga menyentuh permukaan bibir Tisha yang merah merona, menggoda dirinya agar mengecup bibir itu dengan sensual, Gavin melirik ke arah pintu dimana Sekar masih betah menunggu sambil memperhatikan mereka berdua.

Gavin melepaskan tangannya dari wajah Tisha, dan beralih menggenggam tangannya. "ayo kita makan malam sayang!" ajaknya.

Mereka bertiga pun makan malam dengan hening. tidak, lebih tepatnya Sekar yang makan dengan hening, karena Gavin dan Tisha sibuk berbicara berdua, melupakan keberadaan Sekar lagi di antara mereka.

Sekar kesal rasanya, kenapa mereka berdua malah terlihat serasi seperti sepasang kekasih. Gavin tidak pernah sedikit pun melirik padanya, dari dulu sampai sekarang tidak ada perubahannya. Sekar hanya seperti di anggap sebagai pengasuh adiknya yang buta selama 5 tahun terakhir ini.

Bunyi suara kursi yang bergeser membuat Gavin menghentikan menyuapkan makanan ke mulut Tisha. "kau sudah selesai makan Sekar?" tanya Gavin yang melihat Sekar bangkit.

"Sudah." jawabnya singkat.

"Tapi makanan mu belum habis Sekar, apa kau sedang sakit?"

"Sebenarnya aku memang sedikit agak kurang enak badan, tapi kau tenang saja, besok aku kesini kok."

"Oh, syukurlah kalau begitu. semoga besok kau sudah lebih baikan." ucap Gavin yang di angguki Sekar.

"Baiklah, sebelum pulang aku akan mencuci piring kotor dulu." ucapnya mengangkat piring bekas makannya sendiri.

"Hei, itu tidak perlu! biar aku saja nanti yang mencucinya." kata Gavin yang merasa tak enak pada Sekar, karena sudah merepotkannya mengurus Tisha satu harian.

"Tapi...,"

"Tidak ada tapi-tapian Sekar, sekarang pulanglah dan beristirahat."

"Baiklah kalau begitu, aku permisi pulang." ucapnya.

"Terima kasih Sekar, dan selamat malam." balas Gavin.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," jawab Gavin dan Tisha barengan.

Setelah kepergian Sekar, Gavin kembali menyuapi Tisha. "udah kak, Tisha udah kenyang." ucapnya menolak suapan kakaknya.

"Benarkah? tapi kau baru makan sedikit, ayo aaaa buka mulutmu!" Tisha menggeleng dengan matanya yang melihat ke arah lain.

"Baiklah," ucap Gavin akhirnya.

"Kak, aku ingin bertanya sesuatu hal padamu."

"Apa itu?" tanya Gavin penasaran.

"Kau merasa tidak, jika selama ini sepertinya Sekar menyukai mu!"

"Darimana kau tau Tisha?" pekik Gavin kaget.

"Menurut ku saja, firasat ku mengatakan dia itu menyukai mu."

"Aku rasa tidak, tebakan bisa saja salah." elak Gavin yang merasa tidak suka mendengarnya.

"Ya kau benar kak, tebakan bisa saja salah. tapi apa yang aku katakan ini bukan hanya sekedar tebakan, meskipun aku buta, tapi aku bisa merasakannya kak."

"Benarkah?" Tisha mengangguk.

"Lalu tadi apa namanya? saat aku masuk ke kamarmu diam-diam kau tidak merasakan akan kehadiran ku." ucap Gavin mengingatkan kejadian tadi.

Skakmat.

Seketika Tisha terdiam setelah mendengar ucapan kakaknya, ah benar juga! kenapa bisa tadi ia tidak merasakan kehadiran kakaknya.

"Hayoo, kenapa diam hem?" goda Gavin.

"Tidak tau mau menjawab apa kak, kak Gavin tidak mau percaya sama Tisha." ucap Tisha cemberut.

Gavin terkekeh melihat tingkah adiknya, uuuh, rasanya gemas sekali. ingin rasanya Gavin terus mencium bibir mungil merah itu yang sengaja di manyunkan adiknya, seakan mengundang dirinya untuk mengecup dan mencecap rasa manisnya.

Ingatkan Gavin, jika Tisha itu adiknya!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status