Share

5 - Down Your Kneel

Kenedict Archer, salah satu tamu VVIP Pub The Lion.

Club malam yang terkenal hanya menerima tamu eksklusif dan satu-satunya yang termegah di San Diego bahkan di California. Tamu-tamu di sini kebanyakan adalah kalangan para eksekutif termasuk para miliarder dari berbagai tempat. Mereka datang ke night club ini untuk melepas lelah, mencari hiburan bahkan … sebagian dari mereka mencari sesuatu untuk di taklukan namun, bagi seorang Kenedict yang lebih nyaman di sapa Mr. Kent, mencari sesuatu sepertinya tidak di takdirkan untuknya sebab … dialah yang dicari oleh orang-orang.

Dia begitu muda. Begitu muda dan menarik, sangat menarik. Postur tubuh atletis dengan tinggi mencapai 183 CM,  kulit putih, rambut tembaga yang terlihat sedikit berantakan dan itu sanggup mengartikan bagaimana pribadinya yang mungkin sulit di atur. Mata hijau seperti batu zamrud yang kini mulai menjadi gelap dan intens. Wajah yang memesona dan memukau membuat para wanita berteriak memanggil namanya dan memohon untuk segera membawa mereka ke ranjangnya. Namun, dari kebanyakan wanita itu tak ada satu pun yang sanggup membuatnya betah lebih dari semalam.

Sang Adonis yang menyukai one night stand. Hanya beberapa dari mereka yang beruntung yang dapat bertahan lebih dari dua hari, selain itu ... mereka seperti angin yang lewat begitu saja.

“Mr. Kent ….”

Setiap wanita akan mengeluhkan nama itu dengan desahan yang tertahan bahkan sanggup membuat mereka merapatkan paha. Ketampanannya mengundang decak kagum dari sebagian kaum lelaki dan juga tidak sedikit dari mereka yang merutukkinya karena merasa hidup tidak adil sebab kenyataan di depan mereka terlalu sulit di terima. Bagaimana seorang manusia bisa mencapai kesempurnaan di usia muda. Yang pertama dia tampan, kemudian dia punya tubuh atletis dan tergolong seksi dan yang ketiga yang paling mendominasi dari semua itu adalah dia kaya dan dia baru berusia dua puluh delapan tahun, namanya tercatat sebagai pebisnis yang sukses di usia muda.

Pemilik Archer Enterprises Company. Perusahaan multinasional teknologi informasi yang berpusat di Palo Alto, California. Kenedict memegang bisnis yang berfokus pada organisasi dengan empat divisi yaitu Enterprise group mereka yang bekerja di server, penyimpanan, jaringan, konsultasi dan dukungan, pelayanan dan keuangan.

Kenedict Archer menduduki posisi CEO di usia dua puluh tahun dan selama delapan tahun ini, ia mampu membuktikan kemampuannya sebagai Chief Executive Officer dengan membawa perusahaannya pada peringkat kelima sebagai perusahaan yang mengalami pertumbuhan drastis setiap  tahunnya. Perusahaan yang kini mendapat pendapatan financial sebanyak 105,3 juta dolar per tahun.

Kesuksesan di usia muda yang didapatkan Kent memang layak dieluh-eluhkan. Ribuan media cetak dan elektronik di Amerika bahkan di dunia mencatat nama Kenedict Archer sebagai pria tercedas dan memiliki pengaruh di dunia khususnya di dunia bisnis.

Namun, banyak yang tidak akan percaya jika Kenedict adalah seseorang yang gila kontrol. Satu hal yang menjadi fakta tak terungkap adalah, kegemarannya menggonta-ganti pasangan. Tapi jangan salahkan Kent, tidak sering para selebritas dan model dunia ikut menjalin kisah cinta singkat dengannya, tapi bukan menurut pengakuan Kent. Pria itu tidak pernah sama sekali mengatakan jika dia pernah menjalin hubungan dengan seseorang. Para wanita itu yang mengaku jika mereka pernah dekat dengan miliarder tampan itu.

Akan tetapi Kenedict Archer tetaplah seorang pria yang tidak pernah betah pada satu wanita. Dia juga tidak ingin mengambil resiko dengan menjalani hubungan singkat dengan para pesohor sebab itu bisa berpotensi terkuak hingga ke media dan ujung-ujungnya bisa mencemarkan namanya.

Jadi, Kent lebih memilih mendatangi club malam ekslusif di San Diego bernama Pub The Lion. Tak ada media yang bisa meliputnya di sini sebab di bawah sana, telah dijaga ketat oleh anak buah Scarlet. Wanita bernama Scarlet itu juga memiliki kuasa di wilayah ini. Tidak ada media yang boleh mendekat di sepanjang jalan ini karena para polisi akan bergantian berjaga di jalan masuk agar hanya para eksekutif dan pekerja di klub ini yang bisa masuk ke arah Street Avenue.

“Selamat datang, silahkan masuk, Mr. Kent.”

Seorang wanita cantik nan seksi menyambut Kent. Ia bersedia membukakan pintu untuk Kent. Wajah tampan yang dibalut senyum sinis dan rahang tegas itu, sejenak menatap gadis di sampingnya. Ia mendekatkan wajahnya membuat sang gadis menahan napas. Namun, ketika jarak Kent dengan gadis itu tinggal beberapa inci, Kent pun mendecih –dengan suara sinis. Ia tidak berkata apa pun dan langsung melewati gadis itu sambil menggelengkan kepala.

“Welcome, Sir.”

Kini Scarlet yang menyapa Kent. Ia juga membungkukkan badan sambil tangannya menunjuk sofa berbahan kulit berwarna merah dan berbentuk L. Kent menarik jasnya lalu ia duduk dengan gaya paling angkuh. Ia membawa punggungnya ke sandaran sofa dan langsung memangku kakinya. Kent membawa ibu jari dan telunjuk mengelus dagu lancipnya sementara di depannya kini tengah berbaris beberapa gadis terbaik dan terbaru sesuai permintaan Kent.

“Down your kneel,” ucap Kent dan seketika itu juga semua gadis cantik tersebut menunduk lalu berlutut. Ada sebuah meja terbuat dari kaca dan batu pasir putih, didesign berbentuk persegi panjang yang menghalangi jarak antara Kent dan para wanita itu.

‘Lepasin gue gak. Dasar tolol, brengsek!'

Kent mengerutkan dahi  saat samar-samar telinganya menangkap suara teriakkan dari luar.

‘Just, shut up!’ Diikuti geraman Rex.

Entah mengapa Kent jadi penasaran. Ia bahkan memutar wajah menatap pintu berharap jika suara itu akan segera muncul dari balik pintu.

"Brengsek!!" Benar saja, suara itu pun tiba. Seorang gadis memakai dress merah tanpa lengan dengan rambut acak-acakan tampak sangat kacau dan kini tengah meronta-ronta di dalam genggaman Rex. Kent terkekeh kecil saat mengenali gadis itu. Gadis yang menabrak sepatu mahalnya beberapa menit yang lalu.

“Ck!” Terdengar decakan kesal dari samping Kent yang datangnya dari Scarlet. Ia menjatuhkan pandangan dan sambil menggelengkan kepala ia memijit dahinya. “Kenapa tidak kubunuh saja dia,” gumam Scarlet.

Telinga Kent menangkap suara kecil Scarlet lalu akhirnya dia memutar pandangan menatap Scarlet yang masih berdiri di depannya.

“Who’s the girl? Your new slave?” tanya Kent.

Scarlet tersenyum kaku. Sebenarnya dia ragu menyebut gadis di depan sana sebagai pelayan. Itu bisa menjatuhkan reputasi club ini dan mungkin bisa membuat satu-satunya tamu VVIP yang terlalu sering mengunjungi tempat ini, memilih untuk pergi.

“Ah … itu, sebenarnya ….” Scarlet menatap Kent dengan pandangan ragu. Ia menghela napas lantas berjalan sopan menghampiri Kent. Ia meraih tempat di samping Kent dan mendekatkan wajahnya kepada Kent lalu berbisik, “Sebenarnya dia baru tiba dan belum di sentuh jadi ....”

“Hemm ….” Ucapan Scarlet terhenti saat Kent langsung memutar wajahnya. Senyum iblis di wajah Adonis itu saat melihat gadis yang kini sedang menatapnya dari kejauhan tampak begitu tidak senang dengan dirinya. Kent bahkan bisa mendengar gemuruh napas gadis itu hanya dengan melihat hidungnya yang kembang kempis diikuti sorot mata tajam yang malah semakin membuat dia terlihat menarik.

“Interesting,” gumam Kent sambil mengangguk pelan-pelan. Kent mengangkat telunjuk dan jari tengahnya, menggoyangkannya ke udara sebagai isyarat bagi Rex untuk segera membawa gadis itu kehadapannya.

Rex tidak menunggu isyarat kedua. Ia langsung menarik lengan Ilona.

“I talk you to let me go, pissed off!”

Masih saja Ilona meronta. Ia sangat marah. Walau tahu resiko yang akan dia hadapi setelah ini. Walau tahu jika dia akan mati setelah ini, Ilona tetap tidak rela jika dirinya menjadi alat transaksi terlebih untuk menggunakan tubuhnya berhubungan badan dengan pria tidak dikenal, Ilona memilih untuk mati dari pada melakukan hal menjijikan itu.

Rex tidak berkata apa-apa lagi. Lengan dan punggungnya sudah dipenuhi tanda bekas cakaran kuku dari Ilona dan bahkan tidak hanya sekali gadis itu menggigit punggung dan lengan Rex membuat pria bertubuh kekar itu meringis kesakitan.

Rex ingin sekali membunuh gadis mungil di sampingnya, tapi apalah daya. Jika Scarlet belum memberi perintah untuk membunuh, itu artinya Rex tidak boleh sampai menyakiti gadis ini karena setiap wanita di tempat ini adalah asset.

Kenedict berdiri saat Rex mulai mendekat dan tinggal beberapa langkah lagi lalu gadis itu akan berada di depannya. Rex langsung mengayunkan tangannya membuat tubuh Ilona terlempar ke depan dan hampir saja dia tersandung dengan kakinya yang makin terasa sakit disetiap detiknya.

“Diam dan jangan bergerak!” titah suara berat di depan Ilona.

Ilona akhirnya diam. Napasnya bergemuruh di dada. Dia lelah meracau dan meronta, tapi semua usahanya sia-sia saja dan tampaknya dia harus pasrah kali ini.

Kent tersenyum miring. Pria itu mengira jika dia telah berhasil menguasai Ilona sebab kini gadis itu terlihat telah jinak hanya dengan mendengar perintah darinya. Kent menghela napas. Dagunya ikut terangkat dan kini tatapannya menjadi angkuh menatap iris berwarna cokelat di depannya. Ia maju satu langkah, sontak membuat Ilona mengambil langkah mundur.

Kent tertawa sinis. Ia memutar pandang, menoleh menatap Scarlet yang kini tengah berdiri di depan tempat duduknya.

“I like this girl,” ucap Kent sambil ujung atas bibirnya terus terangkat dan kini membentuk seringaian miring. Kent menurunkan tangannya. Ia menyelipkan tangan ke dalam dua sisi saku celananya. Pria Archer itu kembali menatap gadis di depannya. Kali ini dengan tatapan menyelidik dan masih sambil mengangkat dagu.

“Hem … you are not from here,” gumam Kent sambil memicingkan matanya. Ia maju satu langkah lagi untuk kembali mencoba menghilangkan jarak di antara mereka. Namun, Ilona masih tetap menghindarinya.

Setiap satu langkah yang diambil oleh Kenedict membuat Ilona makin memundurkan langkah. Manik berwarna hijau bak batu zamrud itu terlihat menakutkan. Seketika alam bawah sadari Ilona bergidik. Merasa terintimdasi oleh tatapan sang pria.

“Tell me where you from?” tanya Kent. Matanya mengecil. Menatap Ilona dengan tatapan menilai.

“That’s not your business,” ucap Ilona pelan hampir terdengar seperti berbisik.

Entah mengapa Ilona bisa kehilangan suaranya. Mungkin karena sejak tadi dia berteriak, atau … karena tatapan penih intimidasi di depannya? Entahlah. Ilona masih berusaha melarikan diri dari sergapan mata itu.

Gadis Indonesia itu tersentak saat tumitnya menabrak sesuatu. Ia menoleh lantas mendesis kesal kemudian. Gadis itu menutup mata sambil merutuki alam bawah sadarnya. Bisa-bisanya tembok itu berdiri di belakangnya. Ilona kembali membuka mata. Sejurus kemudian giliran alam bawah sadarnya yang tersentak.

“Ya Tuhan …,” gumam gadis itu. Ilona membungkam mulutnya dengan kedua tangan. Ia menatap pria yang sedang berdiri dengan jarak dua inci di depan tubuhnya lalu kembali menatap ke depan. Kepalanya menggeleng dengan kuat ketika menangkap pemandangan yang cukup mengerikan di depanya.

‘Ya Tuhan, mengapa gadis-gadis itu berlutut? Apa mereka sedang di hukum? Tapi kenapa? Apa karena Pria di depanku ini?’ Ilona membatin dia kembali memutar wajah dan saat itu juga dia melihat seringaian di wajah Kent.

Kent memajukan tubuhnya dan ia langsung mengunci pergerakan Ilona dengan menaruh satu tangannya ke samping wajah Ilona.

Wanita muda itu menutup mata saat merasakan napas berat seseorang menyapu kulit wajanya. Bulu kuduknya berdiri secara naluriah dan mendadak napasnya terhenti. Entah mengapa, tapi Ilona merasa jika tubuhnya sedang berusaha dikuasai.

Ada sesuatu dari pria di hadapannya yang entah apa, Ilona tak bisa memastikannya. Hanya saja dia merasa sangat terintimidasi oleh suara dan tatapan pria di depannya. Seakan-akan suaranya mengambil alih kesadaran Ilona lantas membuat tubuhnya mematung. Ada teror yang besar terlalu kentara di mata sang pria. Semua itu semakin menambah ketakutan dalam dirinya.

“Good girl,” gumam Kent. Ia mengangkat tangan lalu membawa ujung jarinya menyentuh pipi Ilona yang sontak ditepis oleh gadis itu. Kent menelengkan wajah, mengikuti gerakkan tangannya yang terayun kasar.

“Jauhkan tangan kotormu dari wajahku,” ucap Ilona. Kini matanya terbuka dan ia memberi tatapan keras pada Kent yang sontak membuat pria itu terkekeh sinis.

Kent menggelengkan kepala. Ia tidak menyangka jika akan mengalami penolakkan seperti ini. Ini sejarah dalam hidupnya sebagai seorang pria yang memposisikan dirinya sebagai predator dan pemangsa utama. Jika ada lingkaran seperti rantai makanan maka Kent berada di puncak paling atas sebab, pria itu memiliki kekuatan tak terbatas. Siapa pun yang telah mengenalnya pasti akan bersembunyi dan berpikir ribuan kali untuk menyahut ucapan seorang Kenedict Archer.

Lihat saja gadis-gadis di bawah sana, mereka begitu takluk pada seorang pria bernama Kenedict Archer, tapi di depan sini, berdiri seorang gadis biasa dengan riasan sederhana dan pakaian murah ditambah … Kent menjatuhkan pandangan menatap kedua lutut yang memar dan jemari kaki yang memerah. Ia menggelengkan kepala, sangat-sangat jauh dari kata ‘kriteria wanita penghibur’ dan sekarang ia bertingkah seolah-olah dia afrodith?

“Hei gadis." Kent kembali bersuara sambil mengangkat dagunya tinggi. "Kau mungkin tidak mengerti, tapi sebaiknya kau mulai memperbaiki sikapmu karena-“

“Because what?” sergah Ilona. Kent kembali mengerutkan keningnya. “Karena kau akan memukuliku?” Nada suara Ilona mulai meninggi, tapi berbeda dengan mulutnya yang bergetar. Matanya mulai terasa perih.

“Hah!” Kent menelengkan wajah lantas menggosok hidung dengan punggung jari telunjuknya.

“Memukuli?” tanya Kent sambil memandang Ilona dengan mata nyalang. “Dirimu?” Kent menunjuk Ilona kemudian menunjuk dirinya lalu dia menggeleng dengan keras. “Untuk apa aku mengotori tanganku dengan memukulimu. Kau pikir kau seberharga itu, hah!” 

Ilona terdiam. Ia tidak menjawab dan memilih untuk mengepalkan kedua tangannya. Kent mendecih sinis lalu pria itu langsung memutar tubuhnya dan kembali ke sofa berbentuk L. Kent duduk dengan posisi memangku kaki. Perlahan dagunya mulai terangkat sambil terus menatap gadis angkuh di depannya.

“Down your kneel!" titah Kent.

‘Dia menyuruh berlutut? Pada siapa?’ batin Ilona. Gadis itu menatap ke sekeliling lalu matanya bertabrakan dengan mata Scarlet. Wanita itu memberi tatapan keras pada Ilona dan mengisyaratkan lewat tangannya agar Ilona segera berlutut.

“Apa? Aku, berlutut?” gumam Ilona. Scarlet bisa mendengar jelas suara itu lewat gerak bibir Ilona dan dia memberi anggukan keras dengan tatapan tajam. “No way!” Ilona menggelengkan kepalanya.

Scarlet tertawa hambar. “Hahaha … Mr. Kent, biar aku yang menyuruhnya.” Scarlet mengambil langkah panjang untuk menghampiri Ilona.

“Awh!” Ilona meringis saat merasakan cubitan di lengannya lalu dorongan paksa di punggung Ilona yang membuat tubuhnya terseok. Keseimbangannya hilang dan tubuh gadis itu melayang hingga mendarat tepat di depan kaki Kenedict.

Ilona masih sanggup  menahan kepala hingga dahinya tidak sampai menyentuh lantai. Ia mendesis dan meringis. Sempat menutup mata saat dia merasakan sakit yang sangat hebat di kedua lutut dan telapak tangannya. Gadis itu yakin jika setelah ini ia tidak bisa berdiri lagi.

“Good girl,”

Suara itu seolah membuat Ilona tersadar dan langsung membuka mata. Di depan wajahnya kini ada sepasang sepatu hitam dari kulit. Tergambar dua huruf terkenal dari pabrikan sepatu mahal bermerk dunia. Ilona seperti mengalami déjà vu pada jarak waktu yang tergolong singkat.

Sebuah sentuhan di kepalanya membuat darah Ilona mendidih.

“Being a good  slave, okay.”

Ilona membulatkan matanya. Insting dan adrenalin mendorong gadis itu untuk menepis tangan Kent dari kepalanya. Ilona mendongakkan wajahnya. Tatapannya tajam menikam manik hijau milik sang pria.

“I’m not your slave anymore!” bentak Ilona.

Kent melebarkan matanya. Ia mulai kehabisan kesabaran. Bisa-bisanya ada gadis yang bertingkah di depannya. Semua gadis harus tunduk padanya dan itu hal yang mutlak. Tapi, gadis ini ….

“Sepertinya aku akan bermain sedikit lama denganmu,” ucap Kent. Pria itu menutup kalimatnya dengan senyum iblis. Kent mendongakkan kepala, menatap Scarlet lalu kembali berkata, “Aku ingin gadis ini."

Scarlet tersenyum penuh kemenangan. “Dia sudah menjadi milikmu, Mr. Kent.” Scarlet memutar pandang menatap Rex yang sedang memegangi lengannya yang terasa perih. “Rex akan menyiapkan ruangan an-“

“No … no … no,” sergah Kent. Ia kembali menatap gadis yang masih bersimpuh di depan kakinya. Sudut bibir Kenedict makin naik saat melihat tatapan membunuh yang dilayangkan sang gadis tepat ke arahnya. “Aku tidak ingin bermain di sini.” Kent memajukan wajahnya. Tangan pria itu bergerak cepat meraih dagu Ilona lalu mencengkramnya dengan kuat. Kent menarik wajah Ilona mendekat padanya. Tatapan pria itu makin menakutkan. Terlebih saat ia berbisik dengan nada serak dan mengancam,  "Dia akan ikut bersamaku.”

Scarlet terkekeh pelan. “Tentu saja. Maksudku, Rex akan menjemput gadis itu saat Anda telah sele-“

Ucapan Scarlet kembali terhenti saat Kent melempar tatapan tidak senangnya.

“Sepertinya kau belum juga menangkap maksudku,” ucap Kent dan kini matanya mulai mengecil. Dai berdiri. Mengibaskan jas mahalnya lalu kembali menjatuhkan pandangan pada gadis di bawahnya. “Aku tidak menyewanya, aku ingin dia menjadi milikku. Kau tentukan harganya.”

Scarlet membulatkan mata sangat tak percaya. “Ma … maksud Anda, Anda akan membelinya?” tanya Scarlet.

“Apa aku perlu memperjelas untuk ketiga kalinya?”

Scarlet menggeleng antusias. “Te- tentu. Maksudku tidak." Ia menggeleng lagi. "Maksudku ….” Scarlet menggangap. Ia tak bisa percaya. Ini adalah yang pertama kalinya bagi Scarlet Spenzer mendengar Mr. Kent Archer menginginkan seorang gadis dari Pub miliknya untuk dibawa pulang.

Mungkin Scarlet harus memperingatkan Kent jika hidupnya nanti akan kesulitan saat media tahu kalau pria itu mengambil seorang gadis dari klub malam. Namun, mendengar kata ‘harga’ mata Scarlet langsung berubah hijau. Scarlet menoleh menatap sang gadis dengan mata berbinar. Ingin sekali ia menghampiri Ilona. Memeluk tubuh gadis itu dengan erat sambil mencium pipinya.

‘Oh astaga … gadis itu benar-benar membawa keberuntungan. Baru dua hari berada di sini dan ia sudah bisa menaklukkan seorang Kenedict Arhcer. Hem ... mungkin aku harus lebih sering mencari gadis agresif. Oh astaga ....' Begitu batin Scarlet.

“Scarlet, berapa lama aku harus menunggu hingga dia siap dibawa pulang?” tanya Kent. Ia bersiap meninggalkan ruangan itu. Lagi-lagi pria itu menoleh. Napasnya bergemuruh di dada dan ia ingin segera menyeret gadis itu keluar dari sini.

“Segera setelah Anda melunasi pembayaran.”

 ________________

tekan VOTE please :)

Dreamer Queen

Hallo, selamat datang di duniaku. Jika kalian menyukai cerita ini, silahkan menyimpan cerita ini di perpustakaan kalian. Oh ya, ini Novel Dewasa yang hanya bisa dibaca oleh kalian yg sudah berumur 18+. Beberapa part akan menyuguhkan adegan dewasa dan explicit. Jika kurang menyenangkan bisa di skip. Cerita ini sekadar FIKSI semata. Tidak ada maksud utk menyinggung sebagian atau bbrp kelompok. Nikmati saja alurnya. Suka, duka, sedih, bahagia. Gemetar dan meledak. Rasakan sensasinya. Jangan lupa untuk memberikan VOTE dengan mengklik tombol VOTE di bawah. Keep your eyes open untill the end, yah ;) Mampir juga ke cerita terbaruku judulnya BEAUTIFUL PSYCHO bertema Romansa Dewasa. Ditunggu kehadirannya ;)

| 1
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Marrygoldie
buset dah langsung dibeli. ini perdagangan manusia.😭😭😭
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status