Share

2. Membangunkan

Jade memeluk putrinya dan melindunginya dari sang suami yang akan membawanya ke istana kekaisaran Bonaro untuk diadili. Amora tentu saja menangis, memohon pada ayah dan ibunya untuk percaya jika dirinya masihlah seorang gadis yang belum disentuh oleh siapa pun. Sebagai seorang ibu, tentu saja Jade percaya dengan apa yang dikatakan oleh putrinya. Ia yakin, jika Amora tidak mungkin melakukan hal yang bisa mempermalukan orang tua dan nama keluarganya. Jade tahu seberapa Amora menghormati orang tuanya dan menjaga sikapnya untuk menjaga nama baik keluarga. Meskipun fakta bahwa kehamilan Amora yang sudah dikonfirmasi lebih dari lima dokter dan pendeta, Jade yakin jika ada hal yang salah dalam hal ini. Jade percaya jika putrinya tidak melakukan hal nista seperti itu.

“Sayang, tolong dengarkan penjelasan putri kita. Apa kau tidak percaya bahwa ia tidak melakukan hal tercela seperti itu?” tanya Jade berurai air mata.

Leal yang melihat putri dan istrinya menangis dengan menyedihkan, terlihat mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Sebagai seorang suami dan seorang ayah, tentu saja Leal percaya pada istri dan putrinya. Namun, sebagai seorang kepala keluarga dan seorang Count Salvador, ia tahu jika dirinya harus mengedepankan rasionalitasnya di banding apa pun. Apalagi, masalah ini sangat sensitif di kekaisaran mereka. Sudah ada peraturan tertulis, jika ada seorang wanita yang hamil di luar nikah, ia harus diadili. Perzinahan mendapatkan hukuman yang berat, terutama untuk pihak wanita yang seharusnya bisa menjaga kehormatan mereka.

“Sebagai seorang Ayah, aku tidak percaya jika putri yang aku sayangi telah melakukan hal memalukan seperti itu. Namun, sebagai seorang Count Salvador, aku harus melihat fakta yang ada di depan mataku. Aku, harus melakukan apa yang perlu aku lakukan. Jangan menghalanginya, atau kalian mungkin akan terluka,” ucap Leal lalu menarik putrinya yang masih demam untuk melangkah ke luar dari kediaman mereka.

Pada akhirnya, Jade tidak bisa mencegah apa yang sudah direncanakan oleh Leal. Kini, Amora berlutut di tengah ruang pengadilan, dengan sikap anggun. Terlihat bahwa dirinya sama sekali tidak merasa bersalah atau takut dengan hukuman yang akan diberikan oleh Kaisar atas kehamilan di luar nikahnya. Tentu saja, sikap Amora tersebut mengundang cibiran para bangsawan yang menghadiri persidangan tersebut. Mereka semua adalah kalangan terpelajar yang sangat menjaga norma yang ada. Tindakah tercela seperti apa yang terjadi pada Amora tentu saja perlu mendapatkan cibiran dan hukuman yang berat. Semua orang sepertinya sudah tahu, hukuman seperti apa yang akan diterima oleh Amora.

“Jadi, siapa yang sudah menghamilimu, Nona Salvador?” tanya Kaisar dengan nada rendahnya. Biasanya, Kaisar tidak mengurus hal seperti ini secara langsung. Namun, karena Amora adalah sosok yang berpengaruh di pergaulan kelas atas, disusul dengan ayahnya yang juga berpengaruh dalam politik, alhasil Kaisar harus menunjukkan kebijaksanaannya.

Amora pun menjawab, “Jawaban saya masih sama, Yang Mulia. Sepanjang hidup saya, saya tidak pernah menghabiskan malam dengan pria mana pun.”

Jawaban Amora tentu saja membuat kegaduhan. Sejak awal, semua orang memang sudah tahu jika Amora menolak mengakui jika dirinya pernah menghabiskan malam dengan pria mana pun hingga dirinya hamil seperti ini. Namun, Amora tidak bisa menjelaskan mengapa dirinya bisa hamil. Semua orang tentu saja mengolok-olok Amora, berpikir jika Amora berusaha untuk melindungi dirinya. Kaisar yang mendengar jawaban Amora, serta melihat keteguhannya merasa jika Amora memang tidak berbohong. Namun, buktinya sudah ada. Sudah ada lebih dari sepuluh orang profesional yang mengonfirmasi jika Amora memang tengah mengandung.

“Yang Mulia, bolehkah saya mengatakan sesuatu?” tanya Thomas yang berdiri dari tempat duduknya.

Kaisar mengangguk. “Silakan.”

“Saya akan mengambil tanggung jawab sebagai ayah dari janin dalam kandungan Amora. Jadi, tolong izinkan saya menikah dengan Amora,” ucap Thomas mengejutkan semua orang yang berada di dalam ruang persidangan. Leal sendiri mengepalkan kedua tangannya, marah. Ia tahu jika Thomas tengah memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan putrinya.

Namun, Amora pun secara tegas berkata, “Saya menolak menikah dengan siapa pun. Apalagi membiarkan siapa pun mengakui janin ini sebagai anaknya. Saya masih dengan pernyataan saya sebelumnya. Saya belum pernah menghabiskan malam dengan siapa pun dan saya tidak tahu mengapa kini saya tengah hamil.” Mendengar penolakan Amora, Thomas pun merasa marah dan mengumpat melalui pandangannya pada Amora.

Kaisar pun memilih untuk menatap Pendeta Agung dan bertanya, “Menurutmu, apa yang harus kita lakukan?”

Pendeta Agung pun berdiri dan berkata, “Karena Nona Amora tetap menolak mengakui pernah menghabiskan malam dengan pria mana pun, dan menolak untuk menyebut nama pria yang menghamiliknya, maka tidak ada pilihan lain bagi kita. Nona Amora harus dibuang ke pulau Blaxland.”

***

Amora di dorong dengan kasar hingga terjatuh di atas tanah yang lembab. Kini, Amora sudah tiba di pulau Blaxland tempat di mana perempuan yang ternoda dibuang. Amora tidak pernah berpikir jika dirinya akan menjadi salah satu di antara para wanita yang dibuang di pulau yang dikenal sebagai pulau terkutuk ini. Amora pun menoleh dan melihat para pendeta yang pergi begitu saja meninggalkannya di tengah pulau yang rimbun tanpa perbekalan atau perlindungan apa pun. Amora bangkit dan mendongak menatap langit yang hampir sepenuhnya tertutupi oleh dedaunan pohon yang rindang. “Apa mereka semua berharap aku mati di sini?” tanya Amora pada dirinya sendiri.

Sebelum benar-benar dibuang ke pulau terkutuk ini, pendeta mengatakan, jika Amora benar-benar masih seorang gadis yang belum ternoda, ia pasti akan bisa kembali ke kaisaran Bonaro dengan selamat. Namun, setelah melihat sendiri situasinya, Amora yakin jika mustahil baginya untuk kembali ke kekaisaran. Selain tidak ada perahu atau alat transportasi lain untuk ke luar dari pulau ini, Amora sendiri yakin jika pulau ini dipenuhi oleh siluman yang berbahaya. Makhluk mistis yang digambarkan memiliki wujud serta kekuatan yang jauh dari manusia biasa. Amora tahu, jika dirinya ingin selamat, ia harus ke luar dari tengah hutan yang lebat ini. Setidaknya, jika dirinya berada di tepi pantai, ia bisa meminta bantuan pada nelayan atau pelaut yang melintas. Ya, walaupun rasanya sangat mustahil bagi para pelayan mau mendekati pulau terkutuk ini.

Baru saja Amora akan bergegas mencari jalan, ia lebih dulu dikagetkan dengan siluman laba-laba berukuran dua kali lipat tubuh Amora, yang muncul tepat di jalan yang akan dilalui olehnya. Itu kali pertama bagi Amora melihat siluman secara langsung. Sebelumnya, Amora berpikir jika siluman hanyalah kisah yang diciptakan untuk menakuti anak-anak. Namun, kini Amora tahu jika mereka adalah eksistensi yang nyata. Tentu saja, Amora takut dan panik. Ia tidak mau dimangsa oleh siluman itu. Namun, ia berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Menyadari jika siluman itu masih belum mengetahui keberadaannya, Amora pun mundur beberapa langkah berniat untuk melarikan diri setelah menjauh darinya dengan hati-hati.

Namun, sosok siluman mengerikan itu sudah lebih dulu menyadari keberadaan Amora. Ia segera berlari sembari melemparkan jaring-jaringnya untuk menangkap Amora yang berlari seperti orang gila. Untung saja, Amora menggunakan gaun sederhana yang tipis. Hal ini mempermudah usahanya untuk melarikan diri dari siluman itu. “Jangan mengejarku, Sialan!” maki Amora hampir menangis karena rasa frustasinya. Ia bahkan tidak lagi memusingkan masalah tata krama. Persetan dengan tata krama, toh hidupnya sudah hancur setelah dirinya dibuang ke pulau terkutuk ini.

Saat melarikan diri, rupanya luka gores di tangan dan kakinya, membuat para siluman lainnya, berdatangan karena mencium bau darah Amora. Tentu saja, hal itu membuat Amora semakin histeris saja. Ini pengalaman paling mengerikan yang pernah Amora alami. Selain baru pertama kali melihat makhluk-makhluk mengerikan yang disebut sebagai siluman itu, Amora juga kini dikejar-kejar oleh mereka. Amora hampir kehabisan napas dan sedikit menoleh untuk melihat apa yang terjadi di belakangnya. Ternyata, Amora berhasil lari sejauh ini karena para siluman yang mengejarnya tengah bertarung memperebutkannya. Sejak dulu, Amora memang sering menjadi bahan rebutan. Bedanya, dulu ia diperebutkan oleh para bangsawan yang ingin menikahinya, tetapi sekarang ia diperebutkan untuk menjadi santapan para siluman.

Melihat jika mereka semua masih bertarung, Amora memilih untuk memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri sejauh mungkin. Hanya saja, Amora tidak tahu jika kemana pun dirinya melarikan diri, ia akan tetap dikejar dan malah mengundang kedatangan siluman lainnya. Aroma darah yang keluar dari luka gores pada tubuhnya sudah lebih dari cukup menjadi undangan terbuka bagi para siluman untuk menyantapnya. Untungnya, Amora melihat sebuah pintu gua yang cukup kecil untuk dimasuki oleh para siluman yang memang memiliki tubuh besar. Tanpa pikir panjang, ia pun berlari dan memasuki pintu gua tersebut. Amora sama sekali tidak menyadari jika ia sebenarnya telah menembus barrier sihir yang melindungi gua tersebut, hal yang Amora rasakan hanyalah sensasi dingin yang melewati tubuhnya. Para siluman kelaparan yang sebelumnya mengejar Amora pun berhenti. Karena mereka tahu tidak akan bisa menembus barrier tersebut seperti apa yang dilakukan oleh Amora. Area itu sangat terlarang untuk mereka masuki.

Amora menghela napas lega, karena ia tahu para siluman tidak lagi bisa mengejarnya. Ia pikir, karena mereka kehilangan jejak Amora atau tidak bisa mengikuti langkah Amora yang memasuki gua ini. Saat Amora masih mengendalikan napasnya, Amora pun menyadari jika gua itu dipenuhi aroma harum yang belum pernah ia cium sebelumnya. Aromanya ringan, tetapi sangat membekas. Tanpa sadar, Amora pun melangkah lebih jauh ke dalam gua tersebut seakan-akan penasaran dari manakah sumber aroma wangi yang membuainya itu. Perlahan, Amora melangkah menyusuri lorong gua dengan penuh antisipasi. Pulau ini adalah sarang bagi para siluman. Tentu saja, tidak menutup kemungkinan jika di gua ini pun ada siluman yang akan Amora temui. Namun, begitu Amora tiba di ujung lorong yang membawanya ke sebuah ruangan luas, ia terkejut dengan apa yang ia lihat. Ada seorang pria tampan memiliki rambut abu-abu keperakan yang panjang. Ia tampak berbaring di atas pembaringan yang terbuat dari tumpukan bunga serta tanaman rambat. Sesaat, Amora takut untuk mendekat lebih jauh karena berpikir jika sosok pria itu mungkin saja seorang siluman.

Namun, tak lama Amora kembali melangkah karena digerakkan oleh aroma wangi yang semakin menguat saat dirinya sudah berada begitu dekat dengan pria itu. Langkah Amora tertahan saat dirinya kembali merasakan sensasi dingin yang melewatinya. Kembali, Amora melewati barrier sihir yang tentu saja tidak terlihat oleh Amora yang tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan sihir. Barrier adalah lapisan perlindungan transparan yang hanya bisa digunakan oleh para pengguna sihir tingkat menengah ke atas. Namun, kali ini barrier yang sudah tertembus oleh Amora, tidak menghilang begitu saja. Melainkan menunjukkan reaksi yang terlihat oleh kasat mata. Pecahan barrier itu kembali bersatu dan membentuk deretan kalimat dari bahasa kuno berwarna keemasan yang melayang di udara. Amora jelas terkejut dan melirik pria berambut abu-abu keperakan yang masih terbaring tenang. Ia berpikir jika pria itu kemungkinan bukanlah siluman, melainkan seorang ahli sihir. Lalu tanpa sadar, Amora pun menatap deretan kalimat bahasa kuno yang masih melayang di hadapannya. Ia pun membaca tulisan itu dengan fasih, walaupun Amora sendiri tidak mengerti apa artinya.

“Eccit Amagl Magna. Vecthum ech euten tezpuq excitare eg tebenrias ac eblau. Da dum sponsa Amagl ieumda ixtagrem ed sozius uz essi oq stetari fundi.”*

Setelah membaca kalimat itu, Amora kembali dibuat terkejut dengan karena kalimat dalam bahasa kuno itu menghilang dengan jejak kilau yang indah. Amora kembali menatap pria tampan yang masih terlelap. Seolah-olah meminta Amora semakin mendekat pada sumbernya, aroma wangi yang sebelumnya Amora hirup semakin menguat saja. Pada akhirnya, Amora kembali kalah oleh rasa penasarannya. Ia mendekat pada pembaringan pria asing itu, karena Amora yakin jika di sanalah sumber aroma wangi yang membuatnya penasaran ini. Begitu tiba di dekat pembaringan, Amora pun membungkuk untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang berputar dalam kepalanya. Apakah mungkin bunga-bunga yang berada di sekitar tubuh pria itulah yang menguarkan aroma wangi? Hanya saja, seakan-akan belum cukup semua nasib buruk yang Amora dapatkan, tiba-tiba tubuh Amora goyah karena kehilangan keseimbangan. Amora pun jatuh menimpa tubuh pria yang masih memejamkan matanya itu.

Namun, belum cukup sampai di sana, Amora benar-benar syok karena selain terjatuh, ternyata ia juga mencium bibir pria tampan itu. Begitu bibir keduanya bersentuhan, seketika sinar emas dan perak muncul dan berbaur melingkupi tubuh Amora dan pria itu. Begitu sinar menyilaukan itu menghilang, Amora pun terlihat sudah tidak sadarkan diri. Sementara sosok pria yang berada di bawah tubuh Amora, kini telah membuka matanya, menunjukkan netra biru keperakan yang berkilau. Ternyata, Amora telah membangunkan sosok yang sudah tertidur selama ribuan tahun lamanya. Pria itu mengarahkan netra indahnya untuk menatap Amora yang terbaring tidak sadarkan diri di atas tubuhnya. Ia pun berbisik, “Kau yang sudah membangunkanku?”

* “Bangunlah Amagl Agung. Sudah waktunya kau bangun untuk membasmi kegelapan. Aku, sang Pengantin Amagl, bersumpah akan mendampingimu untuk menjaga keseimbangan dua dunia.”

.

.

.

Nah gimana?

Lanjut apa enggak?

Tinggalin komentar kalian, dan jangan lupa bintang limanyaaa

Komen (8)
goodnovel comment avatar
mei niski sitorus
lanjut donk, seru, baru baca langsung suka
goodnovel comment avatar
Daanii Irsyad Aufa
keren sih, tapi bacanya harus pelan supaya bisa meresapi dan memvisualkan cerita d novel. dah kaya film aj
goodnovel comment avatar
Kikiw
itu artinya ya, dibawahnya? jadi Amora menyatakan diri jadi pengantin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status