Home / Romansa / Amagl's Bride / 7. Pengikut Setia

Share

7. Pengikut Setia

Author: Miafily
last update Last Updated: 2021-02-04 19:55:53

“Nona,” panggil Vheer saat dirinya melihat Amora terlihat begitu gelisah. Amora tersentak dan menatap Vheer dengan tatapan takut-takut. Vheer yang melihat hal itu mau tidak mau merasa sedih. Ia pun menatap tuannya yang tengah bermeditasi, berupaya untuk mengumpulkan energi dan menyerap kekuatan dalam hutan tersebut. Xavier memasang barrier pelindung di sekitar dirinya, memastikan jika dirinya tidak akan diganggu oleh siapa pun. Kini, ketiganya tengah berada di tengah hutan, beristirahat setelah melakukan perjalanan yang hanya bisa diakses dengan jalan kaki. Vheer tidak bisa membuka portal terlalu sering, karena hal itu bisa membuat keberadaan mereka ditemukan lebih cepat oleh musuh. Karena itulah, Xavier memutuskan untuk berjalan kaki, walaupun hal itu menghabiskan waktu lebih lama daripada menggunakan portal atau sihir lainnya.

“Saya akan mencari buah-buahan untuk makan Nona. Tidak perlu takut, Tuan akan menemani Nona di sini. Karena itulah dipastikan tidak ada siluman yang akan melukai Nona,” ucap Vheer lalu beranjak pergi setelah Amora mengangguk mengerti.

Namun, begitu Vheer menghilang, perut Amora tiba-tiba berbunyi dengan keras. Bunyi itu terdengar berulang kali, dan rupanya membuat Xavier terganggu. Pelipis pria itu berkedut, dan membuatnya membuka mata. Amora yang menyadari hal itu berusaha untuk menyembunyikan wajahnya, menghindar untuk bertemu tatap dengan netra biru keperakan yang selalu membuat jantung Amora hampir berhenti berdetak. Xavier menatap Amora yang meringkuk di sela-sela akar pohon besar dan berusaha untuk menghindarinya. Ia mengernyitkan kening, sebelum berdeham memanggil beberapa siluman kecil yang memang sejak awal sudah menunggu untuk diberikan perintah oleh Xavier. Siluman-siluman itu masih anak-anak dan memiliki tinggi di bawah lma puluh sentimeter. “Temani manusia itu,” ucap Xavier sebelum mengibaskan tangannya melepaskan barrier dan pergi begitu saja meninggalkan tempat tersebut.

Para siluman kecil perwujudan tumbuhan tersebut berbaris membentuk pagar pelindung bagi Amora yang menatap mereka dengan kening mengernyit. Bagi Amora, tampilan para siluman kecil itu terlihat sangat menggemaskan. Bahkan, saat ini Amora tengah menahan diri untuk tidak menyentuh siluman jamur yang berpenampilan paling menggemaskan. Amora menghela napas dan memukul keningnya pelan, berusaha untuk menyadarkan diri. Ia harus mencari jalan untuk melarikan diri. Ia tidak mungkin terus mengikuti Xavier. Amora tidak mau berakhir mati di tangan Amagl terkutuk itu. Sepertinya, apa yang dipikirkan oleh Amora terbaca oleh para siluman yang ditugaskan untuk menjaganya. Mereka pun berbaris menghadap Amora dan berkata dengan kompak, “Tuan kami sangat baik. Tuan sudah menolong Nona. Jadi, jangan berpikir untuk melarikan diri. Itu berbahaya.”

“Tentu saja berbahaya, jika aku melarikan diri Tuan kalian pasti akan membunuhku,” gumam Amora terdengar jelas oleh para siluman kecil itu.

Siluman jamur menggeleng tegas. “Bukan seperti itu, Nona. Kini, Nona dan Tuan sudah terikat. Jika Nona pergi dari Tuan, Nona pasti akan berada dalam bahaya,” ucapnya.

Mendengar hal itu, Amora pun kesal. “Lalu, kalian pikir aku bisa hidup bersama Amagl terkutuk dan para siluman seperti kalian? Aku manusia, aku ingin hidup normal. Aku tidak ingin terlibat dengan makhluk-makhluk jahat seperti kalian,” ucap Amora kembali menahan tangis karena merasa rindu dengan kedua orang tuanya.

“Tidak, Nona. Tuan bukan makhluk jahat. Ia adalah Amagl Agung. Tuan yang akan membuat kita hidup dengan nyaman dan membersihkan kegelapan yang meraja,” ucap siluman jamur itu lagi.

“Kau pikir aku akan percaya? Kalian kaum siluman penuh dengan tipu muslihat!” seru Amora.

“Tapi Tuan Xavier memang baik, ia bahkan menyembuhkan Nona. Kini, Nona sudah tidak lagi mengandung energi kegelapan yang selama ini membuat Nona sakit,” ucap siluman jamur itu.

“Apa?” tanya Amora setengah tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh para siluman kecil tersebut.

Belum juga siluman jamur itu menjawab, Vheer yang sudah kembali dengan membawa buah-buahan terlihat tersenyum dan menjawab, “Sebelumnya, Nona tidak mengandung janin manusia, melainkan energi kegelapan yang membuat Nona jatuh sakit. Energi kegelapan muncul karena penggunaan sihir hitam, ada seseorang yang sengaja menenamkan energi kegelapan pada kandungan Nona. Namun, kini Nona sudah sepenuhnya sehat. Tuan sudah membersihkan energi tersebut sepenuhnya. Walaupun tindakan Tuan itu sebenarnya sangat berbahaya dan berisiko untuk dirinya sendiri.”

Setelah mengatakan hal itu, Vheer meletakkan buah-buahan yang sudah ia dapatkan di atas dedaunan yang disiapkan oleh para siluman kecil. Saat Amora masih tenggelam dalam dunianya sendiri, Xavier muncul dengan membawa seikat ikan air tawar yang terlihat gemuk dan besar. Vheer yang melihat hal itu tersenyum lebar dan menatap Amora. “Nona, Tuan sudah kembali. Ia membawakan ikan untuk Nona!” seru Vheer senang.

***

“Sialan!” seru Thomas keras dan melempar barang-barang yang berada di dekatnya dengan penuh amarah.

Bagaimana mungkin Thomas tidak marah, jika semua rencana yang ia susun dengan apik menjadi kacau balau. Kini, bukannya mendapatkan Amora, ia malah terancam akan kehilangan Amora selamanya. Pelayan pribadi Thomas, terlihat berdiri di sudut ruangan menghindari amukan Thomas. Namun, sosoknya tentu saja pada akhirnya terlihat oleh Thomas dan menjadi tempat pelampiasan kemarahan Thomas. Terlebih, dia adalah seseorang yang membuat situasi berubah menjadi tidak menguntungkan seperti ini. “Kemari Kian,” ucap Thomas.

Kian—pelayan pribadi Thomas—mau tidak mau mendekat dan menerima cekikan sang tuan yang benar-benar tengah merasa marah. “Kian, pikirkan cara apa pun untuk membawa Amora keluar dari pulau terkutuk itu. Bukankah kau sendiri yang mengatakan jika akan membuat Amora menjadi milikku sepenuhnya? Aku bahkan rela memberikan darahku untuk prosedur sihir hitam yang membuat Amora mengandung energi kegelapan untuk menjebak gadis itu. Setelah semua upaya itu, apa aku harus kehilangan Amora?”

“Maafka saya, Tuan,” jawab Kian sembari menundukkan kepalanya.

“Aku tidak perlu permohonan maaf darimu, Kian. Aku hanya ingin kau membuktikan janjimu. Jangan membuatku semakin kecewa dan memilih melemparmu untuk menjadi makanan anjing,” ucap Thomas.

Benar, orang yang membuat Amora mengandung energi kegelapan adalah Thomas. Ia memanfaatkan kemampuan Kian yang bisa menggunakan sihir hitam dan menjadikan darah Thomas sebagai salah satu syarat penggunaan sihir tersebut. Kian sendiri adalah seorang keturunan penyihir hitam yang selama ini menyembunyikan identitasnya. Hal itu terjadi karena penyihir hitam adalah eksistensi yang menjadi musuh dan diburu di kekaisaran Bonaro. Namun, Thomas yang mengetahui hal itu, sama sekali tidak melaporkannya. Ia malah mempertahankan Kian menjadi orang kepercayaannya, dengan alasan untuk memanfaatkannya di waktu yang tepat. Kian sendiri sudah melakukan sumpah yang membuatnya tidak bisa melepaskan diri pada Thomas, dan sepenuhnya harus mematuhi apa yang diperintahkan oleh sang tuan.

Lalu tiba waktunya Thomas memanfaatkan kemampuan sihir Kian. Ia meminta Kian untuk memikirkan cara guna membuat Amora menjadi miliknya, tentu saja dengan cara yang juga membuat keluarga Amora dipermalukan, hingga tidak akan berani merendahkan Thomas di masa depan. Praktik penggunaan sihir hitam yang dilakukan oleh Kian, sukses. Namun, situasi berubah berbanding terbalik dengan apa yang direncanakan oleh Thomas pada awalnya. Bukannya menjadi miliki Thomas, Amora malah dibuang ke pulau Blaxland sesuai tradisi dan hukuman yang diberikan oleh Kaisar. Permohonan Thomas yang disampaikan pada Kaisar secara berulang kali, ternyata ditolak mentah-mentah, dan hingga saat ini pun Thomas tidak mendapatkan izin untuk menikahi Amora yang diketahui tengah mengandung. Tentu saja Thomas merasa begitu marah. Padahal, Thomas sudah bersiap menjadi sosok pahlawan, setelah membuat Amora masuk ke dalam jebakannya.

“Ma, Maafkan saya, Tuan. Saya, akan memikirkan caranya,” ucap Kian terbata-bata, karena

jalur pernapasannya masih tersumbat akibab cekikan Thomas pada lehernya. Mendengar hal itu, Thomas melepaskan cekikan tersebut dan membuat Kian tersungkur. Bukannya mepaskan Kian begitu saja, Thomas pun kembali memukuli Kian yang tentu saja tidak bisa melawan karena terikat sumpah.

Namun, tiba-tiba Thomas yang masih melampiaskan kemarahannya pada Kian, terpental dan menghantam meja kerjanya hingga meja tersebut patah. Kian yang melihat hal itu tentu saja terkejut dan beranjak untuk menolong sang tuan. Hanya saja, Kian ternyata tidak bisa menggerakkan tubuhnya sedikit pun, seaka-akan ada sihir yang melingkupinya, membuat Kian terpaku pada posisinya. Sedetik kemudian, Kian sadar jika ada seorang pengguna sihir tingkat tinggi yang berada di dekatnya. Lalu suara kekehan ringan terdengar dari balkon. Baik Kian maupun Thomas sama-sama menatap sumber suara tersebut. Keduanya melihat sosok berjubah yang melangkah memasuki ruangan Thomas. Tentu saja, Thomas yang masih berada dalam posisi berbaring, segera memaki, “Siapa kau sialan?! Beraninya kau memasuki kediamanku tanpa seizin dariku!”

Hanya saja, Thomas tidak lagi bisa bertingkah saat sosok berjubah itu tiba-tiba sudah berada di dekatnya dan menginjak dadanya dengan kuat. Thomas yang merasakan sakit, menggeliat berusaha untuk melepaskan diri dari kaki yang tengah menginjak dadanya itu. “Lepas, Sialan!” maki Thomas lagi.

Lalu sesaat kemudian, darah terasa memenuhi rongga mulut Thomas, karena lidahnya ternyata telah terpotong. Kian yang melihat hal itu bergetar karena rasa takut yang membuat punggungnya terasa dingin. Sebagai seorang pengguna sihir, ia bisa merasakan bahawa sosok berjubah yang tengah menginjak Thomas itulah, yang telah membuat Thomas kehilangan lidahnya. Sosok berjubah itu menunduk, dan menatap Thomas dengan netra biru keperakannya. Thomas yang kesakitan, mulai merasa ketakutan setengah mati, karena wajah pria itu sama sekali tidak terlihat. Dalam lindungan tudung itu, hal yang hanya bisa Thomas lihat adalah sepasang mata biru keperakan, serta helaian rambut abu-abu keperakan yang khas. “Kau, harus mati,” bisik sosok menyeramkan itu lalu tiba-tiba tangan Thomas bergerak untuk memelintir kepalanya sendiri, dan tentu saja Thomas mati seketika.

Kian yang melihat hal itu jelas ketakutan. Ia sudah terikat sumpah dengan Thomas, jika sang tuan mati, maka Kian akan ikut mati. Kian menatap horror pada benang merah, perwujudan sumpahnya yang melilit lehernya. Benang itu bersinar, tanda jika ia akan segera mencekik Kian hingga mati. Namun Kian dikejutkan dengan lenyapnya benang merah itu. Hal itu disusul dengan Kian yang sudah bisa kembali bergerak dengan bebas. Belum Kian menyadari apa yang terjadi, sosok berjubah itu berbalik meninggalkan Thomas dan menatap Kian dengan netra biru keperakannya. Ia membuka tudung jubahnya dan membuat rambut abu-abu keperakannya terlihat dengan jelas. Selain itu, wajahnya yang semula hanya terlihat seperti ruang hampa, kini terlihat sama persis seperti wajah Thomas.

Kian pun sadar, siapa sebenarnya sosok yang tengah berada di hadapannya. Sihir peniru yang sempurna, ditambah dengan warna netra dan rambut yang tidak dimiliki oleh sembarangan orang. Kian yang mengenalinya tidak bisa menahan diri untuk bergetar karena takut.

Sosok agung yang selama ini hanya Kian dengar bak legenda, kini berdiri tepat di hadapannya dan bahkan memberikan pertolongan pada Kian yang selama ini diperlakukan seperti budak. “Karena aku sudah melepaskanmu dari sumpah yang membuatmu tersiksa selama ini, maka kau berhutang padaku,” ucap sosok yang tak lain adalah Xavion itu.

Kian segera mengubah posisinya menjadi berlutut dan menundukkan kepalanya dalam-dalam. “Salam bagi Amagl Agung. Hamba yang hina ini menghadap,” ucap Kian merasa jika ajalnya sudah dekat. Amagl Agung tidak mungkin melepaskannya yang sudah ketahuan menggunakan sihir hitam. Jelas Kian sudah sangat bersalah. Xavion pasti akan membunuhnya.

Namun, ternyata berkata, “Tidak, kau tidak perlu merasa takut. Kau tidak akan mati, asalkan kau bersedia untuk menjadi pengikut setiaku. Mengabdi padaku, dan rela untuk mengorbankan nyawamu untukku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
padahal si Xavion yg jahat ya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Amagl's Bride   55. Membangun Kembali (END)

    Semenjak apa yang terjadi di kekaisaran Bonaro, ternyata setiap kekaisaran dan kerajaan memilih untuk menyerukan persatuan mereka. Mereka tetap memiliki wilayah masing-masing, tetapi tidak ada lagi permusuhan atau peperangan antara satu kerajaan dengan kerajaan yang lain. Ataupun tidak adanya paksaan dari kekaisaran terhadapn sebuah kerjaan untuk bersumpah setia. Kini, mereka semua memiliki pandangan yang sama dan misi yang sama. Hidup mereka tenteram tanpa ada satu pun kesulitan yang mereka hadapi. Gangguan dari para siluman yang semula menjadi momok yang paling menakutkan dan menjadi permasalah pertahanan bagi sebuah daerah, sudah tidak lagi perlu dicemaskan. Karena siluman sama sekali tidak pernah terlihat lagi. Seakan-akan, perang yang pernah terjadi menghapus keberadaan dan jejak dari para siluman.Meskipun begitu, mereka yakin jika Amagl Agung berhasil mengendalikan para siluman dan menjaga keseimbangan dua dunia. Kini mereka bisa sama-sama hidup dengan nyaman di dunia

  • Amagl's Bride   54. Keajaiban

    Sedetik kemudian Amora pun tersadar mengenai kondisi Xavier dan berlari untuk menghampiri suaminya itu. Amora pun bergetar hebat saat menyentuh dada sang suami yang sudah dipenuhi luka. Pedang yang sebelumnya menancap di sana sudah menghilang, begitu pemiliknya juga menghilang. Amora dengan suara bergetar memanggil sang suami. “Xavier, kau bisa mendengar suaraku bukan?” tanya Amora menyentuh pipi suaminya yang sudah terasa dingin.Para pengikut yang mulai pulih pun menyadari apa yang terjadi dan berniat untuk mendekat pada Amora. Namun, Penyihir Putih memberikan isyarat pada mereka semua untuk tetap di tempat mereka. Penyihir Putih sudah mengetahui apa yang terjadi karena alam membisikan sesuatu padanya. Penyihir Putih mengetahui apa yang terjadi pada Xavier, hingga apa yang dilakukan oleh Amora yang sudah membantu memusnahkan Xavion dan pasukannya. Anak panah sihir yang digunakan oleh Amora ternyata bukan anak panah biasa. Amora memang tidak mengetahui jika anak

  • Amagl's Bride   53. Kekelahan

    Amora jatuh tidak berdaya karena rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ia menatap nanar pada para manusia yang kini terlihat seperti mayat hidup, dan para siluman yang berperang mempertaruhkan nyawa mereka. Lebih dari itu, Amora menatap suaminya yang terlihat bertarung dengan sekuat tenaga. Ia sudah tahu apa yang terjadi di masa lalu, mengenai penyebab dari kemarahan Xavion, dan hal apa yang menjadi pangkal dari hancurnya hubungan persaudaraan Xavion dan Xavier. Amora meneteskan air matanya. Takdir memang terkadang terasa menyulitkan dan menyesakkan. Namun, Amora tidak berpikir jika hal itu bisa membuat Xavion melakukan semua tindakan yang mengerikan ini. Amora berharap, jika Xavier bisa menghentikan Xavion. Xavier harus membebaskan semua makhluk dari penderitaan yang mereka rasakan karena kejahatan Xavion.Namun sayangnya, setelah Amora selesai berdoa, Amora melihat hal yang begitu menyedihkan. Para siluman pengikut Xavier satu per satu jatuh tidak berdaya. Penyihir Putih juga kel

  • Amagl's Bride   52. Kenangan Menyedihkan

    Ribuan tahun yang laluDi suatu hari, istri dari Amagl Agung—pemimpin dari kaum Amagl—melahirkan sepasang putra tampan. Menyadari jika mereka bisa saja membuat kaum Amagl yang mengetahui ramalan mengenai kehancuran itu merasa cemas, Amagl Agung memutuskan untuk menutupi salah satu wajah putranya dengan topeng sejak ia masih kecil. Mereka memutuskan untuk memakaikan topeng pada sang adik yang memang pada dasanya tidak akan bisa menjadi pemimpin kaum Amagl selanjutnya, karena ada sang kakak yang menduduki posisi calon penerus pertama. Semua orang bertindak sangat hati-hati, demi menghindari ramalan mengenai kehancuran kaum dan dunia yang mereka jaga. Tahun demi tahun berlalu, dan si kembar tumbuh besar. Keduanya tumbuh dengan pesona yang berbeda, dan sifat yang juga berbeda. Jika si Sulung memiliki sifat yang tenang dan memegang tegus prinsip bahwa mereka harus mengikuti peraturan

  • Amagl's Bride   51. Tidak Pantas

    Pembicaraan antara Xavier dan Xavion jelas membuat suasana semakin mencekam saja. Selain itu, para pengikut Xavier terlihat kebingungan dan terkejut dengan fakta yang baru mereka ketahui, jika ternyata Xavier dan Xavion ternyata memiliki ikatan persaudaraan. Hal yang memang sebenarnya hanya diketahui oleh segelintir orang di masa lalu. Sementara itu, sebagian besar para pengikut Xavion tampaknya tidak terlalu dibuat terkejut oleh apa yang terjadi tersebut. Apa pun yang terjadi, mereka hanya perlu mendukung Xavion untuk menguasai dunia, dan setelah itu mereka bisa hidup dengan bebas tanpa perlu takut pada Dewa atau utusannya yang bertugas untuk membasmi para siluman yang melanggar ketentuan yang ada. Blax sendiri terlihat mengepalkan kedua tangannya. Merasa sangat marah, tetapi berusaha untuk menahan dirinya. Ia hanya perlu bergantung sedikit lagi pada Xavion, dan dirinya bisa membebaskan kaumnya dari jeratan Xavion, tentu saja sesuai dengan kesepakatan mereka sebelumnya.

  • Amagl's Bride   50. Perang

    “Tuan, mereka benar-benar datang,” ucap Blax melaporkan situasi terkini pada Xavion yang kini duduk di singgasan yang seharusnya ditempati oleh kaisar yang agung. Namun, Gilbert yang masih berada di bawah kendali XavionXavion yang masih mengenakan topengnya terlihat menyeringai. “Sesuai dengan apa yang aku harapkan darimu, Xavier,” gumam Xavion terlihat begitu puas dengan apa yang tengah terjadi saat ini.Blax yang mendengar hal itu tentu saja mengernyitkan keningnya. Seakan-akan Xavion memang sudah memperikarakan langkah inilah yang akan diambil oleh Xavier. Namun, Blax tidak mengatakan apa pun dan memilih untuk menunggu perintah seperti apa yang akan diberikan oleh Xavier selanjutnya. Tentu saja, sejak awal Blax dan yang lainnya sudah menempatkan pasukan mereka di barisan terdepan sebagai lapisan keamanan yang jelas akan dihadapi oleh pasukan lawan sebelum benar-benar memasuki pusat kekaisaran yang tampaknya akan menjadi medan perang mereka.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status