Share

SURVIVAL LOVE 2
SURVIVAL LOVE 2
Penulis: Jemyadam

BAB 1 TARA

For my best friend yang telah mengajarkanku banyak hal tentang kehidupan. Cerita ini kutulis untukmu.

**********************************

Hari masih terlalu pagi dan pantai masih berkabut setelah semalaman turun hujan. Seorang anak laki-laki sudah berlarian membawa ember menyambut para perahu nelayan yang baru pulang  dengan sedikit tangkapan. Di antara buih ombak yang masih sama gelapnya dengan pasir basah, kaki telanjang anak laki-laki itu berlari lincah melompat di atas karang-karang menyisir pantai untuk memunguti ceceran ikan yang jatuh dari keranjang nelayan. Sampan-sampan nelayan akan merapat pagi-pagi untuk menurunkan tangkapan ikan mereka setelah berlayar semalaman dan itulah waktu yang selalu  ditunggu-tunggu Tara setiap hari.

Jika tangkapan sedang ramai kadang ada nelayan yang berbaik hati untuk memenuhi ember Tara dan menyuruhnya cepat pulang. Tapi ibu Tara selalu berpesan pada putranya agar jangan sampai meminta-minta. Karena tidak sedikit orang-orang yang juga pergi ke pantai seperti dirinya hanya untuk meminta-minta ikan dari perahu-perahu yang baru pulang melaut. Mereka akan berebut dan saling berlomba hingga seperti sedang mengemis. Tara tidak pernah berani melanggar perintah ibunya, karena meskipun mereka miskin bukan berarti mereka harus jadi peminta-minta. Pernah Tarra ikut-ikutan temanya pergi ke pelabuhan penyebrangan untuk ikut memungut koin yang dilempar orang-orang ke dalam air. Dari koin yang ia dapat Tara pulang membelikan ibunya  nasi bungkus tapi ibunya malah memilih berpuasa sampai keesokan harinya dari pada makan dari hasil anaknya mendapat uang dengan cara seperti itu. Sebenarnya Tara tidak pernah malas, malu, atau enggan untuk mengerjakan pekerjaan apapun yang diperintahkan orang padanya asal tidak melanggar perintah ibunya.

Bahkan Tara sudah seperti tidak pernah lagi mengenal udara dingin, tak peduli hujan ataupun gerimis dia akan tetap bangun pagi-pagi dan berlari ke pantai untuk memulai harinya yang sama setiap hari. Ketika matahari mulai terbit dia akan buru-buru pulang karena harus pergi ke sekolah. Tahun kemarin adiknya masih pergi ke sekolah tapi tahun ini sudah tidak lagi. Karena sering diejek teman-temannya sebagai 'Anak kepiting', Mina jadi tidak mau pergi ke sekolah lagi meskipun mereka sudah mendapat bantuan seragam dan sekolah gratis dari pemerintah desa.

Kondisi fisik Mina memang sering menjadi bahan pergunjingan. Tidak sedikit yang menyalahkan profesi ayah mereka yang ketika itu memang sebagai penangkap kepiting saat ibu mereka sedang hamil. Kaki Mina terlahir dengan bentuk menyerupai kaki kepiting, tidak lurus tapi bengkok ke dalam saling berhadapan persis seperti kepiting ketika sedang berjalan. Karena itu Mina sering dijuluki sebagai 'Anak kepiting', kadang Tara sampai memukul anak-anak yang berani mengejek adiknya hingga dirinyapun jadi ikut dikucilkan karena dikenal sebagai anak nakal. Tidak ada yang mau berteman dengan anak miskin dan nakal.

Tara yang memiliki tinggi badan di atas rata-rata teman seusianya memang akan selalu menang jika dalam urusan berkelahi. Tidak ada anak-anak seusianya yang berani melawan. Sebagai anak yang sudah biasa tumbuh dengan keras tanpa pernah bermanja pada orang tua, Tara memiliki fisik yang cukup tahan banting. Sejak kecil ayahnya bercita-cita agar kelak putranya bisa menjadi seorang Tentara karena itu dia sampai memberi nama putranya dengan nama Tara yang artinya 'Tentara'. Menjadi Tentara adalah satu-satunya harapan untuk keluarga miskin seperti mereka agar bisa memperbaiki kehidupan keluarga dan memiliki pekerjaan yang lebih mulia. Tara tidak mungkin bisa melanjutkan sekolah hingga ke perguruan tinggi, dia hanya akan mendapatkan sekolah gratis sampai tamat SMU. Tapi Tarra memiliki fisik yang kuat karena itu menjadi Tentara juga sudah ikut menjadi cita-citanya sejak kecil.

"Tara kemari, Nak! "

Tara mengenal suara yang memanggilnya, meski masih agak gelap tapi dia bisa mengenali siluet tubuh dan kepulan asap rokok pamannya  dari kejauhan. Pria itu berdiri di tepi dermaga sambil melambaikan tangan. Tara segera berlari menghampirinya dengan perasaan senang.

Pamannya bekerja sebagai juru timbang ikan di dermaga. Sebagai juru timbang dia sering mendapat banyak tips dari para nelayan pemilik sampan yang menyetorkan ikannya. Biasanya sang paman akan memangilnya jika ingin memberi uang jajan atau sekedar titipan makana dari bibinya.

"Berikan ini pada ibumu. "

Pria itu mengeluarkan dua lembar uang lima puluh ribuan dari kantong celananya yang beraroma tembakau dan cengkeh. Tara segera menggenggam erat uang yang baru di berikan pamannya tersebut sambil mengangguk. Ibunya tidak akan marah jika Tara menerima uang dari sang paman.

"Sudah sana cepat pulang nanti kau terlambat ke sekolah."

Paman Tara adalah kakak laki-laki dari ibunya, hanya dia satu-satunya keluarga yang mereka miliki. Meski sama-sama hidup susah sebagai warga pesisir tapi pamannya itu memang tidak pernah lupa menyisihkan sedikit uang untuk mereka. Pasti pamannya juga tahu jika musim seperti ini mereka sedang tidak memiliki apa-apa. Tara segera berlari pulang tanpa menoleh lagi pada sang paman, dia sangat senang karena hari ini ibunya akan bisa membeli beras.

Note:

Karena beberapa pertimbangan semua percakapan dalam cerita ini akan mengunakan bahasa Indonesia. Sebab aku sendiri sering merasa kurang nyaman jika membaca cerita dengan sisipan bahasa daerah.

Komen (9)
goodnovel comment avatar
Ranka Yudha Yudha
Sy baru baca, mudahan menarik.Namun sy ingin jangan ada kata "Netra" dan "Nan", ada beberapa penulis gunakn kata itu,mungkin pikirnya agar terlihat keren,tapi sy eneg.Sebab kata itu hanya digunakan pada hal² trtentu seperti tuna net*a dll. utk memperhalus sebutan bagi yg punya kekurangan fisik. T.K.
goodnovel comment avatar
Ria Fella
oooo yang kedua ini ternyata cerita Tara dan Erica, aahhhh syukkkaaaaaaa.... akhirnya mereka ada kisahnya. baru tau diriku, ihihihi
goodnovel comment avatar
Ike Rahma
star to read...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status