Home / Romansa / SURVIVAL LOVE 2 / BAB 4 HILANG

Share

BAB 4 HILANG

Author: Jemyadam
last update Last Updated: 2021-01-18 08:00:25

Setelah mendapat surat dari teman ayahnya yang mengatakan ayah mereka hilang, sepertinya Tara masih tidak mau percaya. Karena kata 'hilang' rasanya masih sangat janggal untuk sekedar didengar telinganya yang bahkan masih anak-anak. Hampir setiap hari Tara pergi ke pelabuhan penyebrangan berharap tiba-tiba ayahnya pulang untuk memberi mereka kejutan.

Tara duduk di tepi dermaga menyaksikan orang-orang yang naik turun dari feri berharap ayahnya akan muncul di antara kerumunan dan memangilnya untuk bantu mengangkat barang bawaannya. Tara sudah sangat rindu setelah berbulan-bulan tidak ada kabar dari ayahnya dan  tiba-tiba kemarin ibunya menerima surat dari teman kerja ayahnya jika ayah mereka menghilang. Tanpa disertai keterangan apapun cuma mengatakan jika ayah mereka 'hilang'. Tara bahkan sampai mengulang beberapakali ketika membacakan bagian kalimat yang menyebut ayahnya 'hilang'. Tapi sepertinya ibu mereka sudah paham karena tidak lagi bertanya tapi justru Tara yang malah jadi  penasaran tapi takut untuk bertanya pada ibunya. Sebagai anak-anak dia hanya coba menyimpan sendiri berbagai pertanyaan di kepalanya ketika sang ibu hanya mengatakan jika sekarang mereka berdua sudah tidak memiliki ayah lagi. Tentu ibu Tara tahu jika ayah mereka sebenarnya juga cuma bekerja sebagai nelayan.

Seorang ibu-ibu menghampiri Tara kemudian mengulurkan selembar uang sepuluh ribuan. Mungkin karena merasa kasihan melihatnya duduk sendiri di pelabuhan dan terlihat seperti masih belum makan. Seragam sekolahnya lusuh dan masih berkeringat setelah mengayun sepeda.

"Ini untukmu, Nak. Terimalah," kata ibu-ibu itu tapi  Tara hanya menggeleng pelan dia merasa tidak sedang meminta-minta dan ibunya selalu melarangnya.

Tara masih ingat ketika  ikut anak-anak lain menyelam untuk koin di pelabuhan dan ibunya sangat marah hingga tidak mau makan nasi bungkus yang dia bawa.

"Tidak apa-apa terima saja buat beli makanan." Ibu-ibu itu masih menunggu tapi Tara tetap tidak mau mengambil uang yang diberikannya.

"Di mana orang tuamu? seharusnya kau pergi ke sekolah." Ibu-ibu itu mengamati kembali seragam sekolah yang masih di pakai Tara.

Hari ini Tara memang bolos karena selain sedih sebenarnya dia juga sedang ingin marah dan sedang putus asa untuk pergi ke sekolah lagi jika ayahnya tetap tidak mau pulang. Tara ingin protes tapi dia tidak tahu harus mengadu atau mengungkapkannya pada siapa. Tara cuma masih menggeleng tidak mau menerima uang pemberian ibu-ibu itu walau sudah coba dibujuk.

"Ayo kita bisa ketinggalan kapal,"  ajak suami ibu-ibu itu sambil meletakkan kardus bawaannya yang terlihat merepotkan.

"Dia tidak mau menerima uangku."

"Hai, Nak. Bisa kau bantu aku mengangkatkan barang kami ke atas kapal?" kata suami ibu-ibu itu dan ternyata Tara langsung berdiri untuk membantunya dengan cekatan.

Setelah Tara selesai bantu menaikkan kardus-kardus mereka keatas kapal, bapak-bapak itu mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dari dalam dompetnya sambil tersenyum pada Tara yang menggeleng karena dia memang tidak mengharap imbalan.

"Ini upahmu, kau harus menerimanya." Bapak itu menggenggamkan dua lembar uang sepuluh ribuan ke tangan Tara dengan sedikit memaksa. "Terimalah! " tegasnya dan baru kemudian Tara mau menerimanya.

Ibu-ibu itu masih takjub ketika terus menoleh pada Tara sambil berjalan pergi mengikuti suaminya.

"Dia tidak sedang meminta minta," bisik suaminya.

"Oh, lihatlah bahkan dia anak laki-laki yang tampan, memang di mana orang tuanya?"

Sebenarnya di pelabuhan penyebrangan itu juga banyak anak-anak seusia Tara berkeliaran. Ada yang mengamen di kapal, ada juga yang memang sengaja meninta-minta dengan pakaian lusuh. Tapi memang tidak ada yang sesopan dan setampan Tara, meskipun sama-sama tidak terurus Tara tetap terlihat paling menonjol. Di usia yang baru menginjak tiga belas tahun bahkan sudah sangat terlihat jika nanti Tara akan tumbuh menjadi pemuda yang rupawan. Walau kulitnya agak kecoklatan karena cuma sering bermain dengan ombak tapi Tara tetap terlihat manis dan tampan.

Tara memang paling suka bermain dengan ombak di pantai. Jika ada sedikit saja waktu senggangnya untuk bisa bermain dia pasti akan segera mengambil potongan papan untuk bermain seluncuran dengan ombak. Tara cuma bermain sendiri karena dia memang tidak pernah memiliki teman. Kadang cuma Mina yang menyusulnya ke pantai untuk duduk di bawah pohon kelapa menyaksikan kakaknya bermain. Waktu itu Mina masih bisa berjalan walau kakinya semakin hari semakin melengkung karena beban berat badannya yang terus bertambah. Mina suka menyaksikan kakaknya bermain di pantai, dia akan bertepuk tangan dari kejauhan jika Tara berhasil berdiri cukup lama di depan gelombang. Tara pandai berselancar meskipun cuma mengunakan papan kayu bekas sampan yang rusak.

Belakangan ini Mina ikut sedih karena kakaknya semakin jarang terlihat bermain lagi, kadang Tara memang hanya pergi ke pantai untuk sekedar duduk diam di sana seorang diri. 

Selama ayahnya masih tidak ada kabar, Tarra memang masih sering duduk sendiri di tepi pantai atau kadang diam-diam pergi ke pelabuhan feri tanpa sepengetahuan ibunya walau sebenarnya jarak pelabuhan feri lumayan jauh dari rumah mereka. Dia akan mengayun sepedah kecil berkaratnya yang semakin tidak nyaman karena kakinya sudah tumbuh semakin panjang. Di pelabuhan biasanya Tara juga cuma akan duduk-duduk untuk melihat orang-orang yang turun dari kapal. Tara masih saja berharap ayahnya akan tiba-tiba pulang. Tara pikir tidak mungkin ayahnya pergi atau hilang begitu saja dan melupakan mereka. Meskipun hidup mereka miskin dan susah tapi mereka saling menyayangi.

Sampai beberapa bulan berlalu dan tahun berganti Tara masih setia menunggu kepulangan ayahnya, walau ternyata keajaiban itu tetap tidak pernah terjadi.

Sebenarnya Tara tidak hanya sedih, tapi dia juga takut. Takut karena tahu sekarang dirinya harus menghadapi semuanya seorang diri. Sementara dirinya hanyalah bocah yang belum genap empat belas tahun tapi memiliki tanggungjawab untuk mengurus ibu dan adik perempuannya sendirian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Fifi Tasya
oh Tara anak hebat anak kuat... huhuhuhu
goodnovel comment avatar
No name
Good, author. Berhasil membuat air mataku bercucuran.
goodnovel comment avatar
Ningsih Dwi
sedih karena sudah baca cerita sebelumnya😭
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SURVIVAL LOVE 2   BAB 164 EXTRA

    "Bang Nathan!" Nathan langsung berpaling karena selama ini hanya Tiva yang memangilnya seperti itu, bahkan Jemy dan Erica tidak pernah memangilnya demikian. Erica lebih sering langsung memanggil namanya karena usia mereka tidak terpaut jauh. Sedangkan Jemy hanya akan memanggilnya kakak jika sedang ada maunya. Tiva baru bangun dan sedang berdiri di ambang pintu Nathan mengerutkan dahi menilai keseriusan Tiva sebelum kemudian berjalan mendekatinya. "Coba panggil aku sekali lagi?" Tiva pura-pura menggeleng untuk menggoda pria yang sedang penasaran. Setelah hampir satu tahun mengajak Tiva pergi ke berbagai tempat untuk mengumpulkan kembali semua ingatannya, perlahan sedikit demi sediki Tiva mulai mengingat beberapa tempat yang pernah mereka datangi dulu, tapi memang belum pernah Tiva memanggilnya seperti tadi. "Sepertinya aku hamil." Tiva menyentuh perutnya. "Hamil anakmu lagi, Bang." "Oh," hanya itu yang bisa Nathan ucapkan dengan takjub karena itu juga berarti banyak hal,'Tiva m

  • SURVIVAL LOVE 2   BABA 163

    Nathan baru bangun dan mendapati Tiva sudah tidak ada di sampingnya. Nathan langsung panik dan menghubungi Jane."Jane, Tiva hilang!""Memang apa saja yang kau lakukan!" marah Jane tapi sepertinya Nathan sudah tidak mendengarkan karena sudah ikut kabur dan menutup teleponnya lebih dulu.Jane langsung menyuruh orang untuk mencari di sekitar komplek pangkalan militer, karena penjagaan di pangkalan militer cukup ketat mustahil ada yang bisa keluar masuk tanpa ijin. Lagi pula juga tidak ada yang cukup gila untuk keluar dari benteng sebab mereka jauh dari manapun. Manusia akan mati setelah beberapa mil hanya ada hamparan salju dan beruang kutub. Kecuali untuk manusia seperti Tiva, yang bahkan tidak paham dirinya sedang berada di mana. Pangkalan militer jauh dari manapun dan cuma dikelilingi

  • SURVIVAL LOVE 2   BAB 162

    "Katakan saja jika kau mau sesuatu.""Aku mau mandi."Sebenarnya Nathan juga agak terkejut tapi sepertinya Tiva memang serius ingin mandi. Cuma masalahnya dia tidak minta ditemani lagi. Lagi pula kenapa Nathan bisa punya pikiran kotor seperti itu padahal dia tahu Tiva baru bangun setelah tidur panjang selama tiga tahun. Wajar jika Tiva butuh waktu untuk 'recovery'.Sepertinya Nathan memang harus segera membawa Tiva untuk diperiksa karena mustahil jika ia harus terus menahan diri seperti ini. Bayangkan saja setelah kerinduannya bertahun-tahun sebagai seorang pria, sekarang dia malah harus duduk seperti orang bodoh sementara ia tahu Tiva sedang menguyur tubuhnya di bilik shower. Rasanya sampai hanya tersisa sedikit sekali kewarasannya untuk tidak menyusul gadis itu segera.

  • SURVIVAL LOVE 2   BAB 161 KEKACAUAN

    Nathan segera kembali berlari keluar, sepertinya memang sedang terjadi kebakaran di lantai dasar. Walau apinya sudah bisa dipadamkan tapi asapnya masih membuat lorong-lorong penuh asap dan kekacauan belum berakhir. Beberapa tentara yang sedang di rawat harus di keluarkan dari ruang perawatannya yang juga sedang berasap. Di luar salju masih membeku Nathan berlari pada sumber kekacauan yang lain di mana beberapa prajurit sedang meneriaki seseorang dengan alat pengeras suara. Tepatnya di puncak sebuah tower berangka baja setinggi hampir empat puluh kaki Nathan melihatnya sedang memanjat, masih dengan pakaian biru pasien yang ikut berkibar-kibar tertiup angin. Nathan juga syok tapi yakin dirinya tidak sedang berhalusinasi ketika melihat seorang gadis yang memanjat rangka baja seperti orang yang sedang ketakutan dan itu adalah Tiva.

  • SURVIVAL LOVE 2   BAB 160

    Semakin kesini Nathan semakin sadar jika dirinya benar-benar sedang sendiri. Saat orang-orang yang ia percaya pun tidak bisa berbuat banyak sepertinya jalan terbaik tetap menyelesaikannya sendiri, dengan caranya sendiri!Natha sedang tidak bisa memberikan kepercayaannya pada siapapun. Walaupun drinya punya Jane dan Erik tapi nyatanya mereka juga memiliki batas kemampuan. Nathan hanya tidak mau menyalahkan mereka sementara dirinya masih belum mau menyerah, dia masih mau berjuang untuk Tiva dan memiliki harapan walaupun mungkin yang lain sebenarnya sudah diam-diam berharap agar dirinya segera sadar jika harus segera melanjutkan hidup dan melupakannya.Ketika Jane hanya diam seperti kemarin Nathan tahu jika dia hanya tidak sanggup mengatakannya, bukannya berarti Jane tidak tahu sama sekali bakal seperti apa semua ini berakhir. Kadang Natha

  • SURVIVAL LOVE 2   BAB 159 KEKHAWATIRAN

    Nathan ingat jika mereka bisa mati bersama jika sampai dirinya berbuat kesalahan sedikit saja. Nathan sudah berhasil membuat sensor pesawat mereka dapat melihat perisai digitalnya. Sebenarnya cuma seperti benteng transparan tapi sekarang mereka bisa melihat percikan aliran energi kebiruan yang melingkupinya seperti kerangka yang kokoh."Apa kau yakin?" Jack bertanya sekali lagi sebelum membawa pesawat mereka untuk menerobosnya.Benda itu bisa meledak seketika jika sampai terbentur perisai digital yang masih aktif menganggapnya benda asing. Tak heran selama ini banyak kapal dan pesawat yang tiba-tiba menghilang di area tersebut tanpa pernah ditemukan lagi. Padahal kemungkinan mereka tidak sengaja menabrak perisai digital dan lenyap karena hancur.Jack sudah pernah ikut dibawa masuk bers

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status