Home / Romansa / SURVIVAL LOVE 2 / BAB 3 ANAK TAMPAN

Share

BAB 3 ANAK TAMPAN

Author: Jemyadam
last update Last Updated: 2021-01-18 07:59:49

Setelah pulang sekolah biasanya Tara akan langsung kembali pergi ke pantai. Jika sedang Tidak ada kapal yang pergi melaut karena cuaca atau memang sedang terang bulan, biasanya dia hanya akan pergi ke hutan bakau. Tara akan menombak ikan karang sekalian memasang perangkap kepiting di antara akar-akar bakau. Akar bakau adalah tempat favorit para kepiting untuk bersembunyi dan saat sore hari ketika air mulai pasang ikan-ikan karang juga akan banyak naik ke hutan bakau. Selain pandai mencari  kepiting seperti ayahnya Tara juga sangat pintar menombak ikan. Tara mempelajari semua keahlian itu dari ayahnya, itulah kenapa dulu saat tetangga-tetangga mereka mengalami paceklik ikan ayah Tarra tetap akan pulang membawa tangkapan ikan untuk keluarganya.

Hari ini Tarra menombak cukup banyak ikan dan mendapat beberapa ekor kepiting dari perangkap yang ia pasang kemarin sore. Tarra juga menangkap ikan semacam belut laut dari rawa di sekitar hutan bakau untuk dia jadikan umpan perangkap kepitingnya esok hari lagi. Biasanya dia akan sedikit mengasinkannya dulu hingga aromanya lebih menyengat untuk menarik perhatian kepiting.

Sementara ibunya membersihkan belut laut, Tara segera menyisihkan beberapa ikan untuk mereka makan sendiri dan menjual sebagian yang ukuranya lebih besar. Tara harus segera berkeliling menawarkan ikan hasil tangkapannya sebelum membusuk, biasanya dia juga membawa beberapa bungkus ikan asin yang telah dikumpulkan ibunya untuk sekalian dia jual.

Tara harus berkeliling lebih jauh jika ingin mendapat pembeli yang mau membeli ikannya. Karena jika cuma berkeliling ke rumah-rumah tetangganya di tepi pantai, mereka tidak akan ada yang mau membeli ikan karena mereka bisa mencari sendiri jika cuma sekedar buat lauk sehari-hari.

Tara pergi dengan mengayun sepeda kecil dan menggantung semua ikan di depan setir sambil berteriak menawarkan ikan-ikannya. Berapapun yang akan didapatkannya nanti, itu tetap sangat berharga bagi Tara. Sudah hampir tiga bulan ayah Tara tidak mengirim uang lagi kepada mereka. Dan di musim paceklik seperti ini rasanya sangat berat bagi anak-anak berusia tiga belas tahun untuk memberi makan ibu dan adiknya seorang diri.

Tara kadang sampai harus mengetuk dari rumah ke rumah untuk menjual ikan hasil tangkapannya walau pun cuma akan dihargai seadanya atau kadang juga cuma ditukar dengan beberapa gelas beras atau sembako lainnya.

Di saat para nelayan tidak bisa melaut karena cuaca atau karena memang musim ikan sepi seperti ini, ibu Tara juga libur bekerja di pabrik sebab pabrik juga tidak mendapatkan pasokan ikan. Sebagai pekerja paruh waktu yang cuma dihitung perjam kerja, mereka memang hanya akan dibutuhkan saat musim ikan sedang ramai. Sebenarnya bukan mereka sendiri keluarga yang bisa kelaparan di musim paceklik ikan, bahkan keluarga lain akan berbondong-bondong menjual perabotan rumah mereka untuk bisa membeli beras. Bedanya keluarga Tarra tidak pernah memiliki perabotan yang bisa untuk dijual. Mereka cuma tinggal di gubuk kecil tak jauh dari pantai, itu pun masih menumpang di tanah milik orang. Sebab itu rumah mereka juga jadi sering berpindah-pindah. Sejak kecil Tarra ingin bisa menabung agar suatu hari kelak bisa membuatkan rumah yang layak untuk orang tuanya, rumah yang atapnya tidak selalu bocor di musim hujan.

Kadang harta itu tidak hanya tentang rumah megah atau uang melimpah karena anak yang berbakti juga merupakan harta yang sangat tidak ternilai harganya dan tidak setiap orang bisa memilikinya.

Tiap malam saat anak-anak keluarga lain sibuk bermain game atau menonton televisi, Tarra, ibu, dan adiknya kadang cuma saling bercanda dan bercerita apa saja yang lucu untuk membuat mereka tertawa dan bahagia. Mereka tidak memiliki televisi cuma ada radio kecil yang sering kali mati karena belum bisa membelikan baterai. Padahal hanya Radio buntut itulah satu-satunya teman Mina di rumah karena dia memang hampir tidak pernah keluar rumah lagi. Mina menjadi anak yang pemalu dan penakut karena anak-anak suka mengejeknya. Mina sangat menyayangi kakak laki-lakinya sebab memang cuma dia satu-satunya teman dan sahabat yang ia miliki.

Tara mendapatkan uang yang lumayan dari hasilnya menjual sepuluh ekor kepiting tangkapannya kemarin. Tara memberikan uang-uang kusut yang baru dia keluarkan dari dalam kantong celananya itu kepada sang ibu untuk dibelikan beras. Selain uang Tara juga mendapatkan satu liter minyak goreng dari pemilik warung yang menukar ikan asinnya.

"Aku juga punya hadiah untukmu." Tarra mendekati adiknya yang duduk di dipan bambu, kemudian menunjukkan benda berwarna biru yang juga baru dia keluarkan dari kantong celananya yang lain.

Mina langsung tersenyum bahagia karena dia akan bisa mendengarkan radionya lagi. Mina  suka mendengarkan lagu anak-anak atau sekedar berita terbaru di luar sana. Mina meraih tangan Tara dan menciumnya untuk berterima kasih karena dia memang tidak bisa bicara untuk mengungkapkan bertapa dia sangat mencintai kakak laki-lakinya.

"Makanlah dulu sebelum pergi," kata ibu Tara melihat putranya sudah kembali mengambil jaring bubu perangkap kepiting.

"Aku sudah makan, Bu. Tadi ada orang baik yang memanggilku untuk ikut makan di rumahnya. Mereka memaksa dan aku tidak enak untuk menolaknya."

Siapapun yang melihat Tara pastinya akan bersimpati padanya. Anak laki-laki yang tampan dan sopan, bahkan sangat tampan untuk dibiarkan berkeliaran dan bekerja di usia segitu.

Sepulang dari berkeliling menjual ikan Tara masih harus kembali ke hutan bakau untuk memasang perangkap kepiting. Tara membuka kaleng cat tempat dirinya menyimpan daging belut laut yang telah ia fermentasi sejak kemarin. Baunya sangat menyengat dan menusuk hidung, bagi yang tidak terbiasa mungkin akan muntah karena baunya hampir menyerupai kaus kaki busuk yang bercampur amoniak. Tapi umpan seperti itulah yang akan cepat menarik para kepiting untuk masuk ke dalam perangkap bubu. Tara akan mengikat umpannya di tengah persilangan bambu melengkung yang merentangkan ujung jaring nilon persegi empat, lebarnya mungkin sekitar hampir setengah meteran, Tara juga menganyam sendiri jaring bubunya tersebut. Tara akan memasang beberapa buah perangkap bubu seperti itu di sekitar hutan bakau, dan akan melihat hasilnya keesokan hari jika ada kepiting yang terjerat.

"Aku pergi dulu, Bu." Tidak lupa Tara akan selalu mencium punggung tangan ibunya, tak perduli  berapa kali pun ia berpamitan sepanjang hari itu Tara akan tetap mencium punggung tangan ibunya. Bahkan saat subuh ketika dirinya hendak pergi ke pantai Tara juga tidak akan pernah lupa untuk menunggu ibunya selesai berdoa dulu hanya untuk mencium tangannya. Doa ibu adalah bekal ter penting bagi Tara yang tidak pernah takut menginjak beling atau duri meskipun jarang mengunakan alas kaki ketika pergi ke laut dan melompat di antara akar-akar tanaman bakau.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Fifi Tasya
oh ya tuhan... Tara... kamu kuat nak kamu hebat... huhuhuhu mewek bener" mewek aku... huwaaaaaaaaaa
goodnovel comment avatar
Ari Asih Pratiwi
mengandung bawang banget kisah Tara ...
goodnovel comment avatar
Anggra
bisu bukan GK bisa mndengar kk..kalo bisa GK bisa bicara..dan GK selamanya orang bisu GK.mndengar ad sbagian yg bisa dngar..mngkin dsini Mina hnya GK BSA ngomong tp BSA mndengar
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SURVIVAL LOVE 2   BAB 164 EXTRA

    "Bang Nathan!" Nathan langsung berpaling karena selama ini hanya Tiva yang memangilnya seperti itu, bahkan Jemy dan Erica tidak pernah memangilnya demikian. Erica lebih sering langsung memanggil namanya karena usia mereka tidak terpaut jauh. Sedangkan Jemy hanya akan memanggilnya kakak jika sedang ada maunya. Tiva baru bangun dan sedang berdiri di ambang pintu Nathan mengerutkan dahi menilai keseriusan Tiva sebelum kemudian berjalan mendekatinya. "Coba panggil aku sekali lagi?" Tiva pura-pura menggeleng untuk menggoda pria yang sedang penasaran. Setelah hampir satu tahun mengajak Tiva pergi ke berbagai tempat untuk mengumpulkan kembali semua ingatannya, perlahan sedikit demi sediki Tiva mulai mengingat beberapa tempat yang pernah mereka datangi dulu, tapi memang belum pernah Tiva memanggilnya seperti tadi. "Sepertinya aku hamil." Tiva menyentuh perutnya. "Hamil anakmu lagi, Bang." "Oh," hanya itu yang bisa Nathan ucapkan dengan takjub karena itu juga berarti banyak hal,'Tiva m

  • SURVIVAL LOVE 2   BABA 163

    Nathan baru bangun dan mendapati Tiva sudah tidak ada di sampingnya. Nathan langsung panik dan menghubungi Jane."Jane, Tiva hilang!""Memang apa saja yang kau lakukan!" marah Jane tapi sepertinya Nathan sudah tidak mendengarkan karena sudah ikut kabur dan menutup teleponnya lebih dulu.Jane langsung menyuruh orang untuk mencari di sekitar komplek pangkalan militer, karena penjagaan di pangkalan militer cukup ketat mustahil ada yang bisa keluar masuk tanpa ijin. Lagi pula juga tidak ada yang cukup gila untuk keluar dari benteng sebab mereka jauh dari manapun. Manusia akan mati setelah beberapa mil hanya ada hamparan salju dan beruang kutub. Kecuali untuk manusia seperti Tiva, yang bahkan tidak paham dirinya sedang berada di mana. Pangkalan militer jauh dari manapun dan cuma dikelilingi

  • SURVIVAL LOVE 2   BAB 162

    "Katakan saja jika kau mau sesuatu.""Aku mau mandi."Sebenarnya Nathan juga agak terkejut tapi sepertinya Tiva memang serius ingin mandi. Cuma masalahnya dia tidak minta ditemani lagi. Lagi pula kenapa Nathan bisa punya pikiran kotor seperti itu padahal dia tahu Tiva baru bangun setelah tidur panjang selama tiga tahun. Wajar jika Tiva butuh waktu untuk 'recovery'.Sepertinya Nathan memang harus segera membawa Tiva untuk diperiksa karena mustahil jika ia harus terus menahan diri seperti ini. Bayangkan saja setelah kerinduannya bertahun-tahun sebagai seorang pria, sekarang dia malah harus duduk seperti orang bodoh sementara ia tahu Tiva sedang menguyur tubuhnya di bilik shower. Rasanya sampai hanya tersisa sedikit sekali kewarasannya untuk tidak menyusul gadis itu segera.

  • SURVIVAL LOVE 2   BAB 161 KEKACAUAN

    Nathan segera kembali berlari keluar, sepertinya memang sedang terjadi kebakaran di lantai dasar. Walau apinya sudah bisa dipadamkan tapi asapnya masih membuat lorong-lorong penuh asap dan kekacauan belum berakhir. Beberapa tentara yang sedang di rawat harus di keluarkan dari ruang perawatannya yang juga sedang berasap. Di luar salju masih membeku Nathan berlari pada sumber kekacauan yang lain di mana beberapa prajurit sedang meneriaki seseorang dengan alat pengeras suara. Tepatnya di puncak sebuah tower berangka baja setinggi hampir empat puluh kaki Nathan melihatnya sedang memanjat, masih dengan pakaian biru pasien yang ikut berkibar-kibar tertiup angin. Nathan juga syok tapi yakin dirinya tidak sedang berhalusinasi ketika melihat seorang gadis yang memanjat rangka baja seperti orang yang sedang ketakutan dan itu adalah Tiva.

  • SURVIVAL LOVE 2   BAB 160

    Semakin kesini Nathan semakin sadar jika dirinya benar-benar sedang sendiri. Saat orang-orang yang ia percaya pun tidak bisa berbuat banyak sepertinya jalan terbaik tetap menyelesaikannya sendiri, dengan caranya sendiri!Natha sedang tidak bisa memberikan kepercayaannya pada siapapun. Walaupun drinya punya Jane dan Erik tapi nyatanya mereka juga memiliki batas kemampuan. Nathan hanya tidak mau menyalahkan mereka sementara dirinya masih belum mau menyerah, dia masih mau berjuang untuk Tiva dan memiliki harapan walaupun mungkin yang lain sebenarnya sudah diam-diam berharap agar dirinya segera sadar jika harus segera melanjutkan hidup dan melupakannya.Ketika Jane hanya diam seperti kemarin Nathan tahu jika dia hanya tidak sanggup mengatakannya, bukannya berarti Jane tidak tahu sama sekali bakal seperti apa semua ini berakhir. Kadang Natha

  • SURVIVAL LOVE 2   BAB 159 KEKHAWATIRAN

    Nathan ingat jika mereka bisa mati bersama jika sampai dirinya berbuat kesalahan sedikit saja. Nathan sudah berhasil membuat sensor pesawat mereka dapat melihat perisai digitalnya. Sebenarnya cuma seperti benteng transparan tapi sekarang mereka bisa melihat percikan aliran energi kebiruan yang melingkupinya seperti kerangka yang kokoh."Apa kau yakin?" Jack bertanya sekali lagi sebelum membawa pesawat mereka untuk menerobosnya.Benda itu bisa meledak seketika jika sampai terbentur perisai digital yang masih aktif menganggapnya benda asing. Tak heran selama ini banyak kapal dan pesawat yang tiba-tiba menghilang di area tersebut tanpa pernah ditemukan lagi. Padahal kemungkinan mereka tidak sengaja menabrak perisai digital dan lenyap karena hancur.Jack sudah pernah ikut dibawa masuk bers

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status