Share

04. Target utama

Seminggu setelah terakhir kali Jason mengunjungi Han, kini bocah itu sudah diperbolehkan pulang. Jason hendak menjemput anak tersebut dan membawanya ke rumah. Ia sebenarnya tidak ingin menambah orang menjadi keluarga. Ia sudah terbiasa hidup seorang diri. Walaupun ada keluarga, mereka bahkan enggan menoleh ke arah Jason.

Jason memasuki mobilnya yang terparkir indah di halaman rumah. Kemudian ia melajukan BMW kesayangannya tersebut membelah kota Chicago. Banyak pemandangan yang ia lihat di sepanjang jalan. Jason kembali melihat sekumpulan anak remaja tengah beradu pukul di sebuah gang sepi. Ia ingin bermain sebentar, namun waktu sudah menunjukan pukul 12 siang. Han pasti sudah menunggu nya disana.

"Tunggu aku anak anak manis." Gumam Jason.

Jason sedikit menaikan kecepatan mobilnya agar segera tiba di rumah sakit. Tak perlu waktu lama, ia sudah berada di parkiran yang cukup luas. Bangunan berwarna coklat yang menjulang tinggi sudah ada di depan matanya. Jason segera keluar dari mobilnya dan berjalan memasuki rumah sakit tersebut. Tanpa berlama lama, Jason memasuki lift agar Han tak perlu menunggu. Sebenarnya Jason lebih menyukai tangga darurat, karena menurutnya menaiki tangga lebih lama. Lalu jika menaiki tangga, otak nya akan mulai memikirkan hal hal menyenangkan seperti menjahit tubuh manusia di dalam bantal atau boneka besar.

Begitu keluar dari lift, Jason dapat melihat Han berada di kursi rumah sakit depan kamarnya. Bocah itu nampaknya sudah jenuh berada di dalam rumah sakit. Jason pun menghampiri nya dengan langkah yang sedikit di percepat.

"Ini dia, Han."

Jason menghentikan langkahnya saat suara tak asing keluar dari arah ruang Han. Kemudian muncul dokter wanita dari arah pintu tersebut. Dokter tersebut nampak memberikan sekantung obat kepada Han.

"Terima kasih, dokter Lusiana" Ujar Han.

Dokter tersebut hanya membalas dengan senyuman. Jason pun melanjutkan kembali langkahnya, namun dalam kecepatan normal.

"Paman!" Seru Han.

Jason melambaikan tangannya ke arah bocah tersebut. Lusiana menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh selidik. Jason membalas tatapan itu tanpa ekspresi.

"Ayo kita pulang, Han." Ujar Jason.

Jason mengamit tangan Han tanpa memperdulikan Lusiana yang berada di sampingnya. Jason menarik lengan bocah itu agar cepat pergi dari hadapan Lusiana. Melihat Han yang nampak tak bisa menyamakan langkahnya dengan Jason, Lusiana pun menyusul mereka.

"Pak, tolong bersikap baik kepada anak kecil." Ujar Lusiana sambil melepaskan tangan Han dari Jason.

Jason memicingkan matanya ke arah Lusiana. "Bukankah sudah ku peringatkan sebelumnya?"

Lusiana menarik sebelah sudut bibirnya "Ya? Lalu? Apa kau kira aku takut?"

Jason mengedikan bahunya tak peduli. Jason mengangkat tubuh Han dan menggendongnya seperti karung beras. Kemudian Jason menurunkan Han saat tiba di dalam lift. Dari kejauhan, Jason dapat melihat Lusiana masih menatap mereka.

"Manusia lemah memang sangat senang menangtang kematian." Ujar Jason.

~~~

Tepat pukul 1 siang Franco dan Tim SWAT tiba di Chicago Lakeshore Hospital. Mereka menatap gendung yang menjulang tinggi tersebut. Rumah sakit ini memang cukup besar di banding rumah sakit sekitarnya. Franco memberi komando kepada tim nya untuk mulai memasuki rumah sakit tersebut. Saat tiba di dalam, Franco menuju ke ruang receptionist sedangkan anggota tim nya menunggu di kursi rumah sakit. Franco di sambut ramah oleh wanita cantik dengan rambut sebahu

"Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya wanita tersebut.

Wanita itu bernama April, Franco dapat mengetahuinya lewat Nametag yang terpasang rapih.

"Aku ingin bertemu dengan dokter Lusiana." Jawab Franco.

"Baik. Saya akan menghubunginya. Anda bisa menunggu disana." Ujar wanita tersebut sambil mengarahkan tangannya ke kursi tunggu.

Franco menganggukkan kepalanya lalu pergi ke kursi tunggu. Franco menyapukan pandangannya ke seluruh sudut rumah sakit tersebut. Ia dapat melihat banyaknya pasien yang tengah menunggu giliran untuk di periksa. Sebuah peta rumah sakit mampu menarik perhatiannya. Franco pun mendekati peta tersebut untuk melihatnya lebih dekat. Ia dapat melihat banyaknya ruangan dirumah sakit tersebut melalui peta di hadapannya.

"Siang, tuan Franco."

Franco reflek menolehkan kepalanya menuju sumber suara. Ternyata di sebelahnya sudah berdiri dokter cantik yang ia akan temui.

"Si..siang, dokter Lusiana." Ujar Franco.

Lusiana tersenyum, ia mengarahkan Franco untuk menuju ke kursi. Lalu mereka mulai berbincang mengenai tugas mereka. Setelah cukup banyak yang mereka bicarakan, Franco pun berinisiatif untuk mengajak Lusiana ke Departemen Kepolisian untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang tugas mereka.

Mereka pun segera bergegas dengan menggunakan mini bus yang mereka bawa dari San Fransisco. Selama di perjalanan, anggota tim SWAT mulai memperkenalkan diri masing masing. Mulai dari Hanes yang bertubuh besae, Roger yang gemar tidur, Marley sang koki, dan seorang wanita berwajah garang yang bernama Shella. Mereka semua ramah, Lusiana senang berada di antara mereka.

Tak lama kemudian, mereka tiba di depan kantor Departemen Kepolisian. Mereka di sambut oleh beberapa polisi yang langsung mengarahkan mereka ke ruangan kepala kepolisian. Di dalam ruangan tersebut sudah ada seorang pria lanjut usia yang tengah duduk di kursi kebesarannya.

"Selamat siang, tuan Holland." Ujar Franco saat sudah memasuki ruangan tersebut.

Pria bernama Holland itu hanya menganggukan kepalanya dan mempersilahkan mereka duduk di kursi yang sudah disiapkan.

"Apa kabarmu, nak?" Tanya Holland kepada putrinya yang mengenakan seragam berbeda.

Lusiana tersenyum. "Aku baik, ayah. Bagaimana kabar ayah?"

Holland membalas senyuman putrinya tersebut. "Aku selalu baik jika putri kesayanganku dalam kondisi yang baik."

Setelah selesai berbincang dengan putrinya, Holland melayangkan pandangannya kepada Franco. Ia harus segera memberitahukan tugas mereka selama satu bulan ke depan.

"Detectif, saya ingin selama menjalankan tugas, kamu tidak terlalu tenggelam di dalamnya." Ujar Holland.

Franco mengerutkan dahinya, ia tidak cukup mengerti dengan ucapan pria tersebut. "Ya, tuan?"

Holland bangun dari kursi kebesarannya. Ia melepaskan sebuah kain penutup yang berada di papan tulis. Disana terdapat beberapa tugas yang harus di kerjakan Franco, tim SWAT, maupun Lusiana.

"Detectif, tugasmu hanya menyelidiki dan mengintai target. Selebihnya tugasmu adalah melindungi Lusiana." Ujar Holland sambil menunjuk ke arah papan tulis.

Franco menggaruk tengkuknya. "Ya, mungkin aku sudah terbiasa dengan menyelidiki atau mengintai sesuatu. Namun jika harus menjadi pengawal, aku tidak yakin."

Holland nampak tidak memperdulikan ucapan Franco. Ia segera membahas tugas yang akan di jalankan oleh tim SWAT. Mereka diberikan tugas seperti biasa. Menyergap, menangkap, dan sebuah tugas tambahan untuk melindungi dokter Lusiana dan Detectif Franco. Sedangkan tugas yang akan di jalankan oleh Lusiana hanyalah memberikan perawatan kepada anggota yang terluka. Ia juga ikut serta dalam pengawasan terhadap publik bersama Franco.

"Jika kalian sudah mengerti, aku akan memperlihatkan sejumlah foto dan identitas target." Ujar Holland.

Kemudian Holland mengeluarkan sebuah map yang cukup tebal dari dalam lemari berkasnya. Disana terdapat beberapa foto wanita paruh baya bersama seorang anak perempuan. Ada juga foto seorang perempuan cantik yang di ambil secara diam diam. Lalu di susul oleh secarik kertas yang berisikan informasi mengenai orang yang ada di dalam foto tersebut. Tertulis bahwa target utama mereka adalah

"Xenovia Cornels."

~~~

Jason menuruni mobilnya dengan tergesa-gesa. Ia sangat terlambat untuk bermain dengan anak-anak yang ia lihat siang ini. Hal tersebut karena Han bersikeras meminta daging yang ada di dalam kulkasnya. Padahal daging itu milik ibu nya. Hari ini adalah ulang tahun kakak tirinya, daging itu sengaja disiapkan untuk kedatangan kakaknya ke Chicago. Namun daging itu sudah berada di dalam perut Han. Ibu nya pasti akan segera memotong lehernya saat tau hal tersebut.

Jason mengitari sekeliling gang itu, namun tak menemukan sosok yang ia cari. Dari kejauhan Jason melihat sosok yang sangat ia hindari. Jason segera bersembunyi di sebelah tempat sampah yang cukup besar. Sosok itu perlahan mendekat dan memuntahkan seluruh isi perutnya di tempat sampah. Jason yang sudah terbiasa dengan bau muntah pun sama sekali tak terganggu.

"Sial. Bagimana bisa ada kasus pembunuhan anak kecil di tempat ini!" Gumam sosok tersebut.

Jason sontak bangkit saat mendengar hal tersebut. Ia lupa bahwa saat ini ia sedang bersembunyi.

"Pembuhan?!" Tanya Jason untuk memastikan pendengarannya.

Sosok di hadapannya itu nampak sangat terkejut hingga ia tersungkur ke belakang.

"Wali Han?"

"Senang bertemu denganmu, dokter Lusiana."

Lusiana bangkit dan bergerak mundur. Kini ia hanya berdua dengan Jason yang menatapnya dengan senyuman. Namun senyuman itu memancarkan aura hitam seperti karakter pembunuh dalam komik yang ia baca. Lusiana diam diam mengambil sebuah botol spray yang sudah diisi air sabun. Biasanya ia menggunakan air itu untuk mencuci tangan, tapi ternyata bisa berguna saat kondisi yang merugikan dirinya.

Lusiana mengarahkan botol spray itu ke arah Jason dan menyemprotkannya.

"Mataku!" Pekik Jason.

Ia sontak terjatuh. Ia terus mengusap matanya yang terasa sangat perih. Sekiranya sudah terasa membaik, Jason membuka matanya. Tidak ada lagi sosok Lusiana yang sudah membuat matanya iritasi.

"Kau yang memulainya, kau juga yang harus mengakhirinya. Lu.si.a.na!"

To be continue..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status