Share

3 :: Why Sean ::

Ini adalah malam terakhir dia di London, Meera sudah mengemas semua barang-barang dan juga sudah membelikan beberapa oleh-oleh buat para sahabatnya di Jakarta.

Salju masih terlihat lebat saat Meera mengintip dibalik kaca jendela flat.

Memikirkan sejenak Meera kembali mencoba menyusuri jalan dengan balutan mantel tebal menuju cafe tempat dimana dia bertemu dengan malapetaka.

Meera mengusap perutnya lembut saat dia turun dari black cab.

Dia membuka pintu cafe tersebut dan mengitari sekitar, seketika dia merasa sangat bodoh.

Meera tidak jadi masuk, akun kencan online pria itu saja sudah dinonaktifkan tentu saja pria itu berniat tidak ingin datang lagi ke tempat ini.

Dia memutuskan berjalan-jalan sebentar menikmati udara London yang dingin.

Suasana Bank of London memang sangat indah. London Eye terlihat begitu gagah dihadapannya dan Meera tersenyum.

Entah kapan dia akan kembali kesini, mungkin nanti setelah anaknya lahir. Samar-samar Meera menangkap sosok pria seperti yang dia cari, Meera menajamkan penglihatannya. Dan benar pria yang menghamilinya sedang bercengkrama dengan dua orang pria dan satu wanita yang dia genggam jemarinya.

Meera berhenti mendekat, dia berbalik karena merasa hal yang akan dia lakukan adalah konyol dan akan mempermalukan dirinya sendiri.

Meera berbalik namun tiba-tiba jantungnya seolah berdetak lebih lambat dan dia merasa sesak.

Hal yang selalu Meera rasakan ketika  dia memilih hal yang tidak sejalan dengan logikanya.

Meera berbalik dan tidak menemukan keberadaan pria tadi. Dia berlari kecil sambil terus melihat sekeliling.

"Shit !" umpatnya kesal.

Berlari kesana kemari namun Meera tidak menemukan Pria tadi.

"Meera," panggil suara yang terdengar familiar ditelinganya.

Meera menoleh dan mendapati Sean bos ditempat Meera bekerja.

"Hai Sir," sapa Meera mencoba sopan.

"Oh come'on call me Sean." Meera tahu hal itu, Sean sering kali memintanya memanggil nama pria itu jika sudah tidak berada dikantor. Umur mereka tidak jauh berbeda dan Meera tahu Sean memiliki ketertarikan dengannya.

"Kau akan pindah ke Indonesia namun tidak membuat pesta perpisahan dengan teman-teman kantormu hem ?" Meera hanya tersenyum mengangguk. Untuk apa Meera membuat pesta perpisahan, tadi dikantor saja mereka sudah membuatkan acara untuk Meera.

"Maaf Sean," ujar Merra singkat.

"Kau sendirian ?"

"Ya," jawab Meera lagi.

"Boleh berbicara sebentar ?" Meera mengernyitkan keningnya dan mengangguk.

Mereka berjalan kearah tempat dimana banyak pengunjung lainnya yang juga duduk di cafe-cafe kecil pinggir jalan.

"Ingin pesan sesuatu ?"

"Tidak usah Sean, aku harus segera kembali. Penerbanganku besok pagi jadi kau tahu aku harus segera tidur malam ini." Meera memaksakan senyuman dan Sean tahu itu.

"Aku tahu kau selalu menghindariku," ujar Sean membuat Meera tertegun.

"Sebelum kau pergi aku ingin mengatakannya." Tiba-tiba Sean menarik tangan Meera. "Aku mencintaimu Meera, dan aku tidak ingin menyesal tidak mengatakannya sama sekali padamu." Meera merasa mulai tidak nyaman.

"Sean sorry aku...aku harus pergi."  Meera bangkit dari duduknya membuat Sean menghela napas. Dia mengejar Meera dan memegang kedua bahu wanita itu.

"Meera katakan kenapa ? Apa salahnya ? Bahkan aku tidak masalah jika kita harus berhubungan jarak jauh, aku bisa menyusulmu ke Indonesia jika kau ingin menetap disana." Meera melihat kesungguhan dimata Sean dan hatinya menghangat. Bukan pertama kali dia mendengar pria mengatakan menyukai atau bahkan mencintainya, namun baru Sean yang terlihat begitu bersungguh-sungguh.

Meera tidak menolak saat Sean memeluk tubuhnya. Dia merasakan kenyaman yang tidak pernah dia rasakan, Sean adalah pria kedua setelah Arka yang bisa memeluknya.

Dan tiba-tiba Meera merindukan pelukan hangat Arka sahabatnya itu.

"I love you Meera," ucap Sean lagi terdengar begitu merdu ditelinga Meera. Tapi hati Meera seolah tidak ingin terbuka untuk saat ini. Dia tidak pantas untuk Sean yang sudah dia tahu latar keluarganya. Ditambah dia saat ini tengah mengandung anak dari pria lain.

Meera mengurai pelukan itu dan dia mencoba tersenyum.

"Sorry Sean,"

"But Why Meera ?"

"Aku hamil Sean, dan kau tidak pantas mendapatkan wanita seperti ku." Meera pergi setelah mengatakan hal itu meninggalkan Sean yang sangat terkejut mendengar apa yang Meera katakan.

Itu tidak mungkin. Dia mengikuti berita Meera selama ini dikantornya dan terkadang dia juga membuntuti Meera saat pulang dari kantor. Tidak sekalipun dia melihat Meera bersama pria, jika pun Meera pergi nonton atau hang out itu hanya bersama beberapa teman pria dikantornya dan bersama teman wanita yang lain.

Meera tidak terdengar menjalin hubungan dengan pria. Atau apakah dia yang salah ?

Sean menelpon seorang teman yang lumayan dekat dengan Meera untuk mencari tahu.

TBC...🥰🥰

see you next chapter.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status