Share

Bab 6 Marahnya Aiden

Setelah berdiri beberapa menit, akhirnya seorang pria dengan penampilan casual mengeluarkan senyuman manisnya. Senyuman yang berhasil membuat semuanya terpana, termasuk benda mati sekalipun. Kepalanya menggeleng beberapa kali dengan pandangan mengarah kepada perempuan yang wajahnya sudah ditekuk.

“Tersenyumlah sedikit, Stephanie,” kata pria itu. Tak hanya Stephanie, tapi beberapa pelayan wanita juga mengarahkan pandangan ke arah dirinya.

“Kakaaaakk ....” Stephanie merengek. Dia sontak berdiri lalu berjalan ke arah Sean. Meninggalkan beberapa pelayan yang masih memegang beberapa helai pakaian. “Bantu aku agar mereka pergi,” bisik Stephanie setelah merangkul lengan besar sang Kakak.

“Kalian pergilah. Ada yang ingin aku bicarakan bersama Stephanie,” perintah Sean kepada mereka. Melihat satu per satu pelayan pergi dengan pakaian-pakaian itu membuat Stephanie akhirnya bisa bernapas dengan lega.

Bayangkan saja, dari bangun pagi sampai siang hari dirinya sudah berhadapan dengan mereka. Membicarakan masalah pakaian yang akan Stephanie pakai dan bawa ke rumah barunya ketika resmi menyandang gelar Mrs. Chayton. Stephanie masih kaget. Dia merasa ini sangat cepat sekali. Bahkan dirinya sama sekali tak mendengar kapan dan dimana pernikahannya akan digelar. Orang tuanya seakan menutupi semuanya dari Stephanie.

Stephanie seharusnya beristirahat selama beberapa hari sehabis menghabiskan malam yang memuakkan bersama Aiden— ngomong-ngomong soal ini, Stephanie hanya mengatakan kalau semuanya berjalan baik disaat orang tuanya bertanya. Karena memang itu adanya. Sehabis insiden rem mendadak, Aiden hanya membawa dirinya ke restoran. Menghabiskan malam itu dengan makan malam sembari melihat ikan-ikan yang berenang dengan alunan musik klasik. Tidak ada yang Aiden bahas pada makan malam itu. Dia mendadak membisu. Bagaimana? Terdengar membosankan, bukan? Itulah yang dirasa oleh Stephanie.

“Sebenarnya aku dianggap atau tidak di mansion mewah ini?” tanya Stephanie sesudah mereka duduk di sofa. “Aku juga tidak masuk akal dengan apa yang Mommy katakan—”

“Apa yang Mommy katakan, hem?” tanya Sean. Jarinya sibuk bergerak, mengambil beberapa helai rambut panjang milik Stephanie lalu memilinnya. Itu adalah kegiatan favoritnya dan Stephanie tidak mempermasalahkan hal itu. Sebenarnya dulunya dia mempermasalahkannya, tapi Sean tidak mengindahkan larangan dari Stephanie hingga pada akhirnya Stephanie menyerah.

“Oh, astaga, Stephanie. Bagaimana bisa ukuran pinggangmu sangat besar? Padahal Mommy selama satu minggu ini selalu menjaga pola makanmu.” Stephanie menirukan suara Diana yang berhasil membuat tawa Sean pecah seketika. Sayang sekali, Stephanie malah merasa kesal dengan tawa sang Kakak.

“Kakak! Kalau kau tidak bisa memberiku saran lebih baik diam. Tawamu itu sama saja mendukung apa yang Mommy katakan!”

“Maaf, Sweetie,” tutur Sean sesudah dia berhasil menenangkan dirinya. “Harusnya kau tahu bagaimana Mommy. Dia akan membuat dirimu tampil sesempurna mungkin ... jadi kau harus menikmatinya!”

Stephanie mendesah kecewa. Dia menengadah ke arah langit-langit yang menampilkan lampu menggantung dengan mewah. “Kakak, aku seperti tidak dianggap .... Daddy dan Mommy hanya mengatakan sebentar lagi aku akan menikah. Tapi masalahnya aku tidak tahu kapan, dimana, bahkan apa yang harus dipersiapkan.”

Sean tersenyum maklum. Dia mengambil tangan Stephanie, mengelusnya dengan lembut. “Sebelum membahas itu, aku ingin bertanya kepada adikku yang cantik ini .... Apa kamu menerima perjodohan ini?”

Stephanie mengatupkan bibirnya rapat, masih menimbang apa yang harus di jawab. Setelah beberapa saat, akhirnya suaranya keluar. “Iya, Kak,” jawab Stephanie berbohong. Dia terpaksa melakukan ini. Karena Stephanie tahu kalau Sean mengetahui dia belum siap, maka pria itu akan berusaha keras menggagalkan semuanya.

Stephanie tidak masalah, dia malah senang. Akan tetapi, ada yang harus Stephanie pikiran, yaitu orang tuanya. Melihat bagaimana antusias mereka membuat Stephanie tidak tega. Menolak itu berarti menghancurkan segala angan-angan tinggi dari dua manusia tua itu. Tidak hanya itu saja, nama keluarga mereka juga akan jelek. Chayton tidak bisa dianggap main-main. Apa yang Chayton katakan maka akan berpengaruh ke kehidupan selanjutnya.

Biarlah kali ini Stephanie mengalah. Jangan tanya apa yang akan dilakukannya setelah ini semua, karena Stephanie tidak tahu. Saat ini dia hanya ingin mengikuti alur dari keluarganya buat untuk dirinya.

Sean mengernyit. Alis itu menyatu dikarenakan masih belum percaya dengan apa yang Stephanie katakan. Biasanya hanya melihat dari mata Stephanie, dia akan tahu apakah adiknya itu sedang berbohong atau tidak. Tapi untuk kali ini rasanya sulit. Stephanie seperti membuat dinding pertahanan yang sulit ditembus.

“Kenapa kau menyetujuinya? Tidak mungkin jika kau tidak punya alasan, bukan?”

Sean memberikan pertanyaan yang menjebak. Jika Stephanie salah maka jangan berharap semuanya akan baik-baik saja.

“Aku—”

“Sean!” Suara itu memotong perkataan Stephanie. Diana sudah berapa di ujung pintu. Dirinya terlihat kesal akan apa yang Sean lakukan. “Kenapa kau menyuruh mereka pergi? Stephanie harus menyelesaikan ini secepatnya. Jika tidak maka pakaiannya akan tidak selesai.”

“Kakak, lebih baik kau pergi,”jelas Stephanie. Dia mengangguk berusaha membuat Sean setuju. Walau tak tampak dari raut wajah, sebenarnya perempuan itu merasa bersyukur. Biarlah dia menjalankan hal membosankan ini sembari berpikir jawaban apa yang akan diberi kepada Sean. “Kita bisa bicara lagi nanti,” lanjutnya.

“Baiklah. Kakak akan menemuimu nanti.”

***

Di sisi lain ...

Suara campakan berkas bergema di ruangan yang didominasi oleh warna abu-abu. Seorang pria dengan jas biru dongker adalah pelakunya. Tak sampai di situ, dia memukul meja kerja dengan tangannya yang sudah terkepal.

“Bagaimana bisa proyek itu jatuh ke tangan mereka?!” bentak pria itu kepada pria lainnya yang sedang berdiri tak jauh di hadapannya.

“Saya kurang tahu, Tuan Aiden. Yang jelas saya mendapat kabar dari Agensi Kerly yang mengatakan mereka telah menandatangani kontrak dengan perusahaan—”

“Cukup!” potong Aiden. “Jangan sebut nama perusahaan itu di perusahaanku!” lanjutnya membuat pria di hadapannya mengangguk paham.

“Saya juga mendapat kabar kalau ternyata Tuan Ransom mengadakan pertemuan dengan Agensi Kerly semalam di mansion.” Mendengar itu berhasil membuat rahang Aiden membatu, sangat keras sekali. Tapi ia tidak ingin memotong ucapan dari sang tangan kanan. “Apa yang mereka bahasa juga saya tidak tahu, Tuan. Saya sudah berusaha mendapatkan informasi dari beberapa pelayan, tapi mereka urung memberikan jawaban .... Menurut saya, Tuan Ransom ada kaitannya dengan hal ini.”

Napas Aiden terdengar tidak beraturan. Dia juga berspekulasi hal yang sama dengan Alex. Tidak mungkin Daddynya mengajak agensi tersebut ke mansion kalau tidak membicarakan masalah ini.

Sungguh, Aiden tidak tahu apa yang Ransom pikirkan. Bisa-bisanya Ransom selalu membela keluarga itu yang tak lain adalah musuh dari putranya. Sekali dua kali Aiden akan maklum. Tapi ini sudah terlalu. Aiden tidak bisa tinggal diam kali ini.

“Apa agendaku untuk besok hari?”

Dengan cekatan Alex menyalakan tablet besar tersebut. Membuka dokumen lalu membacanya dengan cepat.

“Besok Tuan Aiden lenggang ... tapi terdapat pesta di malam hari nantinya .... Saya akan membatalkan—”

“Di pesta itu dia juga akan datang, bukan?” potong Aiden yang diangguki oleh Alex. “Baiklah. Aku akan hadir. Siapkan pakaianku. Jangan sampai ada yang tertinggal!”

“Baik, tuan,” jawab Alex yang masih dalam keterkejutan.

Biasanya Aiden akan selalu berusaha menghindari yang namanya pesta. Menurut Aiden itu adalah salah satu kegiatan yang sangat membosankan. Maka dari itu Alex selalu meletakkan bagian pesta ke daftar tidak penting dan dia akan bertanya ketika menjelang dekat.

Dan kali ini, jawaban yang Aiden berikan berhasil membuat Alex terkejut. Dia masih berpikir apa yang akan Tuannya lakukan di pesta itu.

“Tunggu.” Suara dominan yang berat itu berhasil membuat langkah Alex terhenti. “Hubungi juga keluarga Casey. Aku akan membawa putrinya bersamaku ke pesta itu,” pinta Aiden yang lalu tersenyum misterius.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status