Share

4. Yang Tertinggal

Ocean yang lebih muda sedang mengantarkan sepupunya periksa di rumah sakit. Pemeriksaan yang lama membuat Ocean menunggu di kantin karena tidak ada hal lain yang bisa dia lakukan. Suasana yang ramai di kantin membuatnya sedikit kikuk saat seorang pria tinggi berkulit kecoklatan duduk di depannya.

"Sendirian? Boleh, kan, saya duduk di sini?" tanya pria itu.

Ocean menyapu suasana kantin yang menang sedang penuh di jam makan siang seperti itu. Tidak ada tempat duduk kosong yang tersisa selain di depannya. Ocean mengangguk mengiyakan izin pria asing itu.

Si pria duduk dan mulai menyuap makanannya. Ocean mengamati pria yang duduk di hadapannya dengan berbagai pikiran yang singgah di benaknya. Dia tahu kalau pria itu tinggi, hidungnya mancung, sekilas Ocean lihat matanya tadi menyorot tajam. Jantung Ocean berdegup lebih cepat, tetapi memandang pria itu sangat menyenangkan hatinya. Sepertinya dia merasa sayang jika melewatkan momen saat dia merasa darahnya mulai berdesir menyenangkan.

Ocean menyukainya, bibir pria itu cukup penuh di matanya. Kumis dan cambang tipis yang mulai tumbuh itu ... rasanya Ocean ingin menggerakkan jarinya di sana. Ocean penasaran bagaimana rasanya mengelus rahang itu.

"Namaku Satria." Pria itu berbicara. "Tapi teman-teman memanggilku Satrio karena aku suka begitu."

Jadi namanya Satria. Namanya bagus, Ocean menyukainya. "Namaku Ocean," kata Ocean langsung tanpa pura-pura tidak mengerti untuk mendramatisir keadaan atau jual mahal.

Satrio mengangkat sebelah alisnya. "Wah ... sepertinya kita jodoh." Dia menyingkirkan piring ke samping dan membersihkan bibirnya dengan tisu. "Namaku Satria Samudera. Semakna, kan, dengan namamu?"

Ocean tersenyum lebar, mengangguk mengiyakan ucapan Satrio. "Benar sekali ... jangan-jangan kita memang jodoh," sambut Ocean.

Senyum Ocean menular, Satrio pun ikut tersenyum dan sebentar saja mereka sudah akrab. Membicarakan segala sesuatu yang akhirnya habislah siang itu dengan saling bercerita dan berujung pertukaran nomor ponsel. Ocean menceritakan segalanya, tetapi Satrio hanya mengatakan kalau dia bekerja sebagai staf di rumah sakit tersebut.

Perkenalan yang akhirnya berlanjut pada pertemuan demi pertemuan, kencan demi kencan pun mereka lalui dan berujung pada lamaran Satrio pada orang tua Ocean. Sebagai orang tua, bapak dan ibu Ocean hanya bisa merestui hubungan keduanya. Mereka hanya meminta kedatangan orang tua Satrio untuk melamar secara resmi dan membicarakan hubungan kedua keluarga di masa depan.

Satrio menyanggupi dan dengan penuh keyakinan dia mengatakan pada Ocean bahwa mereka akan menikah secepatnya. Ocean yang sedang jatuh cinta menyambut janji Satrio dengan kebahagiaan sempurna karena akan segera bersanding dengan kekasih hatinya. Mimpi-mimpi akan kebahagiaan berdua telah dijalin Ocean, tidak ada sehari pun Ocean lewatkan tanpa senyum seolah hari esok akan selalu menjanjikan kebahagiaan selamanya.

Seperti perkataan nenek moyang pada zaman dahulu, jangan berlebihan menghadapi segala sesuatu karena tidak ada yang sempurna di dunia ini. Begitu juga dengan Ocean, tidak ada kebahagiaan sesempurna angan dan harapannya ketika pada akhirnya dia melihat Satrio di bandara. Ocean sedang menjemput kakak iparnya sedangkan kedatangan pesawatnya terlambat. Mengusir kejenuhannya, Ocean jalan-jalan dan di sanalah dia melihat Satrio. Pacarnya itu sedang melakukan adegan perpisahan dengan seorang gadis cantik, berambut hitam dengan tinggi badan di atas rata-rata wanita pada umumnya.

Tidak Ada yang aneh dengan hal itu. Mereka hanya saling melambaikan tangan dengan rentetan pesan yang mungkin disampaikan oleh Satrio karena Ocean melihat anggukan beruntun dari gadis cantik di depan Satrio. Baiklah ... Ocean berpikir bahwa gadis itu kemungkinan adalah teman karena pada akhirnya perempuan itu berlalu tanpa adegan mesra sedikitpun.

Masalahnya adalah wanita yang ditemui Satrio setelahnya. Ocean mengikuti Satrio ke sebuah kedai kopi yang memang sedang menjamur di mana-mana. Perempuan lain menyambutnya bahkan sebelum dia masuk ke kedai itu. Mereka akhirnya berjalan menuju parkiran dengan si gadis yang memeluk erat lengan Satrio.

"Mas Dokter lama banget, sih, nganter mbak yang tadi," keluh perempuan itu.

Ocean melihat Satrio menoleh dan memencet lembut hidung perempuan di sampingnya. "Nggak usah cemburu gitu," ujarnya.

Cemburu? Batin Ocean. Pikiran Ocean berhenti di sana. Buat apa ada kata cemburu jika bukan seseorang yang istimewa. Bukan seseorang yang menghuni hati dan ditambah dengan pelukan di lengan yang baginya cukup menjelaskan apa yang dia pikirkan. Lebih baik mengakhiri segalanya sebelum semuanya telanjur dan dia akan merana dalam pernikahannya.

Ocean tidak mungkin salah. Kontak fisik seperti itu hanya dilakukan jika dua orang dekat satu sama lain. Bagi Ocean tidak akan mungkin berdekatan begitu jika tidak ada sesuatu yang istimewa. Dia tidak bisa bersama pria yang seperti itu, membagi hati dengan orang lain sementara padanya bertingkah seolah sedang jatuh cinta.

Tunggu ... Ocean mengingat sesuatu. Gadis tadi bilang Mas Dokter? Jadi Satrio itu dokter dan bukan staf seperti yang dia katakan pada Ocean. Ocean merasa ditipu mentah-mentah, bukan seperti itu hubungan yang dia inginkan. Belum apa-apa saja Satrio sudah membohonginya bagaimana jika nanti mereka bersama? Ocean tidak siap jika harus berpisah dengan Satrio, tetapi dia lebih tidak siap jika harus tertipu di sepanjang pernikahannya.

***

Ocean mengabarkan akan menemui Satrio di kantin rumah sakit siang itu, tetapi Satrio mengatakan agak sore saja karena ada pekerjaan yang tidak bisa dia tinggal. Ocean menyetujui dan datang tepat waktu saat Satrio juga masuk kantin. Ocean mengikuti Satrio duduk di pojok dan dengan sabar menunggu pelayan mengantarkan minum yang telah dia pesan. Ocean menolak ketika Satrio menawarkan makan dan jadilah Satrio makan sementara Ocean menunggunya. Ocean mengedarkan pandangannya ke kantin yang tidak begitu ramai. Di beberapa meja tampak beberapa dokter muda lengkap dengan snelli yang mereka kenakan.

Satrio menyingkirkan piringnya setelah selesai makan. "Jadi ada apa hingga kamu nggak sabar nunggu aku ke rumahmu, Sweetie?" Satrio menggenggam tangan Ocean di meja.

Ocean menarik tangannya dan memilih untuk bersandar di kursi. Ditatapnya wajah Satrio dengan seksama, dia melihat kelelahan di sana. Mungkin kurang tidur dan terlalu banyak bekerja atau ... kencan.

"Maaf, Sam, sebaiknya kamu nggak usah ke rumahku lagi." Ocean menguatkan hati saat mengatakan itu.

Hening, Satrio hanya menatapnya beberapa saat. "Bisa jelaskan ada apa?" Satrio ingin tahu.

Ocean menggeleng. "Nggak ada apa-apa, hanya aku yang nggak siap," cetus Ocean.

"Sweetie," panggil Satrio lembut. "Kalau aku ada salah, bilang ke aku dan akan aku perbaiki."

"Kamu nggak salah, semuanya salahku yang terlalu gegabah menerima kamu. Ternyata aku nggak sesiap itu, Sam."

"Jangan begini, Sweetie. Kalau ada masalah kita bisa bicarakan dan cari jalan keluarnya. Kita udah serius, loh. Bahkan minggu depan udah lamaran."

Ocean duduk tegak, menggenggam jemari Satrio di atas meja. "Aku hanya mau ngomong ini sekali, jadi dengarkan ... aku nggak suka berbagi priaku dengan orang lain. Tapi sepertinya kamu nggak begitu hingga bagimu nggak cukup hanya aku. Jadi hubungan kita berakhir sampai di sini saja. Aku tidak suka calon suami yang terlalu ramah pada wanita." Ocean beranjak, tetapi Satrio menarik tangannya.

"Sweetie, tunggu. Apa salahku, dengar aku sebentar ...."

Ocean menarik kedua tangannya dan itu cukup untuk membungkam Satrio. Ocean membungkuk supaya tidak perlu berkata dengan suara keras. "Nggak usah buang-buang energi buat kasih penjelasan ke aku karena bagiku semuanya sudah jelas. Apa yang kulihat sudah pasti bukan tipuan mata. Jaga dirimu, Sam, semoga bahagia dengan pilihanmu." Ocean berlalu dan tidak menoleh lagi.

Ocean meninggalkan kantin dan berjalan menunduk untuk menyembunyikan air mata yang sudah menetes di pipinya. Lebih baik sakit di awal lalu bangkit dari pada memaksakan keadaan, hanya itu yang dipikirkan oleh Ocean.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Taurus Diana
tanya dulu mestinya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status