Share

Part 6

Oh mengapa kau tinggalkan aku..

Sean memetik gitar sedangkan Alea bernyanyi. Mereka sekarang berada di kontrakan Sean sesuai permintaan Alea tadi perempuan itu ingin main sebentar di sana.

Kebetulan kontrakan Sean tidak ada batasan tamu mau bertamu jam berapa dan apa pun jenis kelaminnya.

Sean mengontrak sebuah rumah di salah satu komplek. Kontrakan Sean juga memiliki pagar cukup tinggi hingga orang-orang tidak bisa melihat dengan jelas siapa saja tamu yang berkunjung.

Papa....Oh...Papa.....

Memperhatikan raut wajah gadisnya yang begitu menghayati lirik lagu yang dinyanyikannya. Hati Sean berdenyut nyeri melihat Alea yang selalu menyembunyikan rasa sakitnya.

Alea selalu tersenyum untuk menutupi luka yang dibuat oleh papanya. Sean tahu Alea menderita karena papanya yang selalu tega membohonginya demi bersama keluarga barunya.

Oh mengapa kau tinggalkan pergi...

Papa....Oh...Papa

Alea menatap kekasihnya, perempuan itu tersenyum padanya seolah memberitahu jika Alea tidak apa-apa.

Iya, Alea tidak apa-apa selama ada Sean di sampingnya. Alea merasa itu sudah lebih dari cukup.

Sean laki-laki yang mengisi hatinya selama dua tahun ini.

Oh teganya kau tinggalkan aku sendiri tiada tempatku berlindung....

Papa...Oh...Papa

“Hiks....hiks....” Alea tiba-tiba saja menangis, Sean langsung menyingkirkan gitarnya dan segera mendekati kekasihnya itu, lalu membawanya ke dalam pelukan yang menenangkan.

“Ssst... Kenapa, kok nangis?” tanyanya seraya mengusap punggung Alea dengan lembut.

“Hiks...Hiks...” Alea tidak menjawab ia masih terisak, malah semakin mengeratkan pelukannya pada Sean.

Selain pelukan papa dan kakeknya, pelukan Sean adalah tempat paling nyaman untuknya berkeluh-kesah.

“Lea kangen papa kak Sean hiks...hiks...” mengadu pada kekasihnya, Alea menyembunyikannya wajahnya di dada bidang laki-laki itu.

“Lea kangen sama papa hiks..hiks...” semandiri apa pun Alea, seterbiasa apa pun ia sendirian, namun Alea tak bisa ingkari dalam hati kecilnya bahwa ia selalu merindukan papanya. Laki-laki yang menjadi cinta pertamanya.

“Lea udah coba buat benci sama papa, tapi Lea enggak bisa. Lea sayang sama papa terlepas dari segala kebohongannya hiks...hiks...”

Papa adalah cinta pertama untuk anak perempuannya. Papa tidak akan pernah menyakiti hati putrinya itulah yang selalu orang-orang katakan.

Alea setuju jika papa adalah cinta pertama untuknya, namun Alea tidak setuju jika papa tidak akan pernah menyakiti hati anaknya, karena nyatanya orang yang membuat Alea menderita adalah papanya sendiri, cinta pertamanya sendiri.

Papanya tega berselingkuh dengan adik angkat sang mama sampai perempuan selingkuhannya itu hamil. Papanya berselingkuh saat mamanya tengah mengandung dirinya. Dua bulan setelah Alea lahir, anak selingkuhan papanya melahirkan dan anak itu adalah Qila.

Qila adalah anak dari hasil perselingkuhan papanya dengan adik angkat mamanya.

Sebelum semuanya terbongkar, Qila adalah anak om Edo. Semua orang mengenalnya seperti itu. Tapi setelah perbuatan bejat papa dan juga Tante Mila terbongkar setelah mama memergoki papa dan Tante Mila di sebuah hotel bintang lima, semua orang mengecam papa dan Tante Mila. Identitas asli Qila akhirnya terbongkar. Qila adalah anak kandung papa.

Setelah semuanya terbongkar om Edo menceraikan Tante Mila dan mengusir Tante Mila dari rumahnya. Selain diusir oleh Om Edo, Tante Mila juga diusir oleh kakek-neneknya.

Setelah semuanya terbongkar, mama jatuh sakit yang saat itu tengah mengandung anak ketiga papa. Mama menghembuskan napas terakhirnya saat papa menemani Tante Mila di sidang perceraiannya.

Tak lama setelah itu, papa juga diusir oleh kakek-nenek karena telah mempermalukan nama baik keluarga.

“Lea kangen mama, Kak hiks...hiks..” Alea kembali bersuara walaupun masih terisak.

Sean puk-puk punggung Alea, mencoba memberinya ketenangan.

“Lea mau nyusul mama, enggak ada gunanya lagi Lea hidup. Papa udah enggak sayang lagi sama Lea hiks..hiks...” Begitu lebih baik pikir Alea. Lebih baik ia menyusul mamanya yang sudah bahagia di nirwana sana bersama adik yang belum sempat Alea lihat kehadirannya.

“Kalau Lea mati enggak akan ada yang peduli ‘kan, Kak?”

“Lea jangan ngomong kayak gitu, Sayang. Itu enggak baik,” nasihat Sean.

Diam-diam Sean pun ikut meneteskan air matanya. Untuk pertama kalinya Sean melihat Alea sehancur ini. Ini pertama kalinya Alea menangis di depannya. Selama ini Alea selalu katakan ia bahagia, ia tidak peduli pada papanya, tapi sekarang?

Alea rapuh. Sekuat apa pun Alea mencoba menyembunyikannya kesedihannya, tetap saja ada saat di mana Alea ingin menumpahkan segala kesakitannya yang ia tanggung selama ini.

“Kakak percaya kamu pasti bisa lewatin ini semua. Alea kuat, kaKakakkak percaya itu.” Sean berbisik tepat di telinga Alea.

“Kakak janji sama Lea, jangan pernah ninggalin Lea. Lea enggak punya siapa-siapa lagi selain Kak Sean,” pintanya. Alea memohon seperti itu karena sudah percaya pada Sean sepenuhnya.

Alea percaya jika Sean berbeda dengan papanya.

Sean melepas pelukan, menjauhkan badannya, memberikan sedikit jarak.

Mereka saling berhadapan. Sean menatap netra Alea dalam, kedua tangannya ia gunakan untuk menghapus air mata yang keluar dari wajah cantik kekasihnya.

“Kakak janji. Kakak enggak akan ninggalin Lea apa pun yang terjadi.” Iya, Sean berjanji. Sean tidak akan pernah pergi meninggalkan Alea, kecuali jika Alea yang memintanya untuk pergi.

Alea adalah segalanya untuk Sean.

“Kak Sean nangis?” tanya Alea saat melihat sisa-sisa air mata di sudut mata Sean.

“Enggak, mata Kakak kelilipan,” elak Sean sambil terkekeh.

“Idih! Mana ada!” cetus Alea sambil memukul pelan bahu Sean

Kemudian mereka berdua tertawa bersama.

“Besok kamu libur, Kakak mau ajakin kamu jalan, mau enggak?” tawar Sean.

“Lea mau Kak, tapi ‘kan Lea harus kerja. Karena tempat laundry Bu Dina dijual, para tetangga banyak yang chat, mereka minta besok Lea datang ke rumah mereka. Banyak pakaian yang harus Lea setrika dan cuci hehe. Mereka janji bakal kasih bayaran lebih kalau Lea mau. Jadi lain kali aja ya, Kak,” tolak Alea.

Alea bersyukur, ia punya penghasilan tambahan sekarang. Selain bekerja di kafe kak Alya, Alea sekarang akan menjadi tukang cuci dan setrika baju para tetangganya. Lumayan gajinya, mereka sanggup membayar lebih pada Alea. Dengan begitu hutangnya kepada Juna akan cepat terlunasi.

“Kamu jangan terlalu banyak kerja, nanti sakit. Kerja di kafe aja cukup Sayang, enggak perlu lagi gosok di rumah tetangga,” timpal Sean.

Sean khawatir dengan kondisi kesehatan pacarnya itu, Senin sampai Jumat ia sekolah, pulangnya langsung bekerja di kafe. Lalu hari Sabtu dan Minggu dari pagi sampai sore Alea keliling ke rumah tetangga untuk mencuci dan setrika pakaian. Tidak ada waktu untuknya beristirahat.

“Kerja di kafe aja enggak cukup Kak. Gaji Lea juga enggak seberapa,” balas Alea.

Alea butuh banyak uang untuk melunasi hutangnya pada Juna, lalu membayar SPP setiap bulannya. Belum lagi ia harus menabung untuk biaya kuliahnya nanti. Eh, tidak. Untuk biaya kuliah Alea akan mempertimbangkan uang pemberian papa dan kakek-neneknya setiap bulan.

“Kakak enggak larang kamu kerja, asal kamu jangan sampai sakit, ya?” pesan Sean pada pacarnya itu.

Walaupun sebenarnya Sean sanggup membiayai hidup Alea, namun perempuan itu selalu menolak dengan alasan tidak mau merepotkan dirinya.

Alea tidak mau menerima bantuan dari orang lain secara begitu saja, Alea tidak mau dikasihani.

Alea mengangguk, iya Lea berjanji untuk tidak sakit Alea janji tidak akan membuat Sean khawatir.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status