Qila yang baru saja datang, keningnya mengerut keheranan melihat Leon dan teman-temannya termasuk Alea diam tak bersuara. Wajah mereka terlihat serius, terutama Kenzo dan Juna. Apakah Qila melewatkan sesuatu?
“Ada apa? Kok pada diem-dieman?” tanya Qila penasaran sambil menatap satu persatu dari mereka.
Tidak ada yang mau menjawab pertanyaan Qila. Ardan dan Dika tampak beranjak dari duduknya disusul oleh Alea dan Chandra.
“Lho, kalian mau pada ke mana?”
“Sayang,” panggil Qila. Ia menghampiri pacarnya untuk menanyakan apa yang terjadi sebelum ia datang. Namun, Leon memilih abai dengan pacarnya itu, Leon beranjak dan pergi seperti yang lainnya.
Pikiran Leon masih belum jernih. Mood Leon hancur, jadi ia malas berdekatan dengan orang lain termasuk dengan pacarnya yang bawel itu.
“Loh, loh, Sayang! Kamu mau ke mana?!” teriak Qila.
Leon mengabaikan teriakan pacarnya, ia turun dari atap sekolah.
Sejak tadi Kenzo tidak berhenti mengikuti Alea. Kenzo terus meneror sahabat perempuannya itu dengan pertanyaan yang sama, yaitu mengenai hubungan Alea dengan Sean yang notabenenya adalah kakaknya.“Al, Lo serius pacaran sama bang Sean?” tanya Kenzo untuk ke sekian kalinya, ia masih belum percaya kalau Alea pacaran dengan kakak laki-lakinya.Alea masuk ke dalam kelasnya, lalu duduk di bangkunya. Sementara itu, Kenzo menarik kursi di sebelah Alea, kebetulan teman sebangku Alea, Shella belum datang.“Al jawab dong! Gue ini enggak bisa diginiin!” desak Kenzo karena Alea tidak kunjung memberi jawaban atas pertanyaannya.“Lebay!”Alea dan Kenzo menoleh, mereka berdua melihat sosok Nana. Nana adalah salah satu sahabat perempuan Alea sekaligus mantan Kenzo.“Apa sih mantan, belum move on, ya!” goda Kenzo.Nana mendelik. “Ngimpi! Yang ada Lo yang belum move on dari gue!”
Aea terkejut mendapati kakek dan neneknya tengah duduk di depan rumahnya, sepertinya mereka menunggu Alea pulang.“Loh, Kakek, Nenek!”Adam dan Tias pun mendongakkan wajah mereka saat mendengar suara yang sangat mereka kenali itu.Wajah Adam dan Tias berseri-seri melihat sosok Alea, cucu kesayangan mereka.“Lea!” seru Tias dengan mata berkaca-kaca.Alea tersenyum. Ia pun langsung berlari kecil—menghampiri kakek dan neneknya.“Alea kangen Kakek sama Nenek!”“Kakek sama Nenek juga kangen sama Lea,” balas Tias.Sementara itu, Adam tersenyum melihat istri dan cucunya saling melepas rindu.“Cuma Nenek yang dipeluk? Kakek enggak, nih?” sahut Adam yang merasa diabaikan oleh istri dan cucunya.Alea pun melepas pelukannya, lalu beralih mendekati sang kakek yang merajuk karena merasa diabaikan olehnya dan juga neneknya.Sekarang giliran Adam yang
Seperti biasa, saat jam istirahat Alea akan berkumpul dengan para sahabatnya plus dengan si duo julid yang tak lain dan tak bukan adalah Ardan dan Dika.Sejak tadi Alea tidak berhenti mengomeli Juna yang sudah berani membocorkan rahasianya kepada kakek dan neneknya.“Gara-gara Lo kakek sama nenek marahin gue!”“Lo itu ember banget jadi laki, heran deh gue!”Sementara itu, si empu yang tengah diomeli malah menyumpal telinganya dengan earphone. Malas sekali harus mendengar omelan Alea yang kalau diibaratkan seperti rel kereta api—panjangnya.“Kurang ajar, dari tadi gue ngomong enggak Lo dengerin!” geram Alea saat melihat Juna malah asyik-asyikkan dengerin lagu lewat earphone.Karena kesal, Alea pun mencabut earphone yang terpasang di telinga Juna.“Arjuna!” teriak Alea tepat di telinga kanan Juna.“Berisik!” sentak Ardan. Ia kesal karena Alea sudah mengganggu
Qila tersenyum mendapati mobil papanya terparkir di depan gerbang Cendikia Bakti. Tidak biasanya papanya itu menjemputnya karena alasan tidak ingin pilih kasih antara dirinya dengan Alea.Seringaian muncul di bibir mungil Qila. Sepertinya ia mempunyai cara untuk membalas perbuatan Alea di atap sekolah tadi. Qila akan pamer kepada Alea bahwa papanya lebih memilih menjemputnya dibandingkan menjemput Alea.Namun semua rencana balas dendam yang telah Qila susun hancur begitu saja saat Qila membuka pintu depan mobil.Di sana Alea tengah tersenyum dengan manisnya seolah tengah mengejek Qila untuk kedua kalinya.Qila mengepalkan tangannya.“Qil, kamu duduk di belakang.” Suara Alvian menginterupsi Qila yang tengah menahan emosinya.Qila menghembuskan napasnya kasar. “Hufft, baik Pa.”Qila pun pergi membuka pintu belakang dan duduk di sana sesuai perintah papanya. Ia harus tetap jaga image agar selalu terlihat baik di m
Mobil Alvian memasuki pekarangan rumahnya dengan Alea.Setelah mematikan mesin mobilnya, Alvian menoleh ke arah putri pertamanya dengan Jihan. Alvian tersenyum, ia mengangkat tangannya untuk mengusap rambut panjang Alea.“Maafkan Papa, Lea, Papa belum bisa menjadi Papa yang baik untuk kamu.”Sepertinya tidur Alea terusik. Alea mengerjap-ngerjapkan matanya.“Eughh,” lenguh Alea.Alvian tersenyum, Alea mirip sekali dengan Jihan, sosok perempuan yang masih Alvian cintai sampai saat ini, bahkan Mila yang sekarang menjadi istrinya belum bisa menggantikan posisi Jihan di hatinya.“Eh, udah sampai ya, Pa?”Alvian mengangguk, tangannya masih sibuk mengusap rambut Alea.“Yuk turun Pa, Alea gerah pengen mandi,” ujar Alea yang merasakan tubuhnya sangat lengket oleh keringat sehabis olahraga.Yaps, mata pelajaran terakhir di kelas Alea hari ini adalah mata pelajaran olahraga.&l
Sesuai permintaan neneknya, Alea pun pergi ke rumah kakek dan neneknya dijemput oleh mang Ujang—sopir pribadi keluarga Pramana.Sepanjang perjalanan menuju rumah kakek dan neneknya, Alea menginterogasi mang Ujang dengan berbagai macam pertanyaan.Alea menanyakan apa yang dilakukan oleh kakek dan neneknya sehari-hari, dan tak lupa Alea mengorek informasi tentang Juna yang sering berkunjung ke rumah kakek dan neneknya.“Jadi kemarin Nenek ketemu sama Oma aku, Mang?”Mang Ujang yang berada di jok kemudi menganggukkan kepalanya—merespon pertanyaan yang diajukan oleh cucu majikannya. “Iya, betul Neng.”Dalam hati Alea bertanya-tanya, untuk apa nenek dan Omanya bertemu? Apakah permintaan nenek kali ini ada hubungannya dengan pertemuan mereka?“Nenek sama Oma ketemuannya lama atau sebentar, Mang?” Alea kembali mengajukan pertanyaan untuk kesekian kalinya.Terpaksa mang Ujang kembali menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Alea—cucu kesayangan
Suasana di ruang tamu rumah keluarga Bagaskara berubah mencekam setelah Arman selesai menandaskan perkataannya.“Opa,” cicit Alea yang masih syok.Qila menggeleng-gelengkan kepalanya, sementara itu kedua matanya sudah berkaca-kaca.Tidak, Qila tidak bisa membiarkan perjodohan itu terjadi. Sudah cukup Alea merebut kebahagiaannya selama ini, tidak untuk Leon. Qila sangat mencintai Leon.Qila tampak berdiri dari duduknya yang membuat semua orang terkejut.“Enggak! Perjodohan ini tidak akan terjadi!” jerit Qila yang tidak terima Alea dijodohkan dengan Leon—pacarnya.Semua tampak menatap sinis ke arah Qila, kecuali Alea, Leon, Alvian, dan Mila.“Memangnya siapa kamu berani mengatakan seperti itu?!” Merry berujar sinis pada cucu yang tak pernah dianggapnya itu.“Aku pacarnya Leon! Jadi, kalau pun kalian ingin menjodohkan Leon itu sama aku bukan sama Alea!”“Syaqila!” bentak Alvian karena merasa putrinya itu sudah berlaku tidak
Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah mereka, Alvian mengacuhkan anak dan istrinya yang sudah mempermalukannya untuk kesekian kalinya di hadapan orang tua dan mantan mertuanya.Alvian sangat menyayangkan sikap mereka yang sering kali ingin menang sendiri, tanpa memikirkan konsekuensi ke depannya.Berbeda dengan Alvian, Mila justru sangat sedih karena perkataan ibu angkatnya tadi. Karena bagaimana pun Tias dan Adam adalah orang tua angkatnya. Mereka sangat berjasa sekali bagi kehidupan Mila.Mobil Alvian pun memasuki pekarangan rumahnya.Alvian langsung turun dari mobil tanpa mempedulikan anak dan istrinya.“Papa,” cicit Qila menatap sendu punggung papanya yang telah masuk ke dalam rumah.Qila jelas melihat papanya sangat marah kepadanya dan juga mamanya.Apakah Qila salah mempertahankan yang menjadi miliknya? Leon miliknya dan Alea berusaha akan merebutnya, dan Qila tidak bisa diam saja, Qila berhak mempertahankan Leon.