Alea dan Leon berjalan berdampingan. Kali ini tidak ada keributan yang terjadi. Leon tampak tenang dan tidak ada tanda-tanda Leon akan mengamuk atau marah-marah seperti biasanya jika ia berdekatan dengan Alea.
Orang-orang yang melihatnya pun merasa heran. Bahkan ada beberapa siswa laki-laki yang iseng nyeletuk ke Leon.
“Yon, kok kagak marah-marah kayak biasanya? Sekarang akur ya, sama si Neneng geulis,” celetuk salah satu murid laki-laki yang mempunyai mulut lemes kayak perempuan.
Leon dan Alea tampak tidak mempedulikan ocehan murid laki-laki itu. Mereka fokus dengan pikiran mereka masing-masing.
Alea heran, kenapa Leon tidak marah-marah atau sebagainya saat berdekatan dengannya?
Sementara itu, Leon masih merasa bersalah kepada Alea. Dimaafkan semudah itu oleh Alea, membuatnya semakin merasa bersalah dan menjadi laki-laki pengecut yang tega main fisik sama perempuan.
Jika mamanya tahu, pasti ia akan kena hukuman dan ceceran lain-lain dari mamanya karena tega menampar anak gadis orang demi membela pacarnya.
“Ngomong-ngomong, Lo udah sarapan belum?” tanya Leon sesaat setelah mereka sampai di depan pintu kelas Alea.
Tidak tahu sedang kesambet apa, tiba-tiba Leon mengikuti Alea sampai ke depan kelasnya.
“Lea udah sarapan tadi, tapi masih laper jadi mau ke kantin lagi,” jawab Alea. Kali ini Alea berbicara normal tidak seperti Alea yang seperti biasanya, Alea yang genit.
Alea memasuki kelasnya yang masih sepi, hanya ada beberapa tas di meja, mungkin si pemilik tas tersebut sedang di luar atau di mana, entah Alea tidak tahu dan tidak mau tahu. Lagi pula di kelas Alea berbeda dengan kelas-kelas yang lainnya. Kebanyakan murid kelas Alea bersikap masa bodoh, bahkan di antaranya ada yang sampai kudet gara-gara enggak peduli sama lingkungan sekitar.
Masih dengan Leon yang mengikutinya dari belakang, Alea menaruh tasnya di bawah kolong meja, tapi sebelum itu Alea mengambil handphone dan dompet kecilnya terlebih dahulu.
“Leon cinta banget ya sama Lea? Sampai Lea-nya dianterin ke kelas gini.” Alea kembali menggoda Leon.
Sementara itu, Leon merotasikan bola matanya malas. Perempuan di depannya ini punya tingkat kepercayaan diri tinggi sekali, tapi tunggu dulu, kenapa juga dirinya mengikuti Alea sampai ke kelasnya?
Ah, entahlah Leon juga tidak tahu. Sepertinya Leon masih berlarut-larut dalam rasa bersalahnya hingga tidak sadar ia memberikan peluang emas kepada Alea yang semakin gencar menggodanya.
“Bodoh!” rutuk Leon dalam hatinya.
“Enggak usah ke PD-an Lo!” ketus Leon. Wajahnya ia buat kembali garang seperti biasanya.
Kini kewarasan Leon sudah kembali. Ia menyesal telah mengikuti Alea ke dalam kelasnya.
Alea terkekeh geli, lalu perempuan itu meraih tangan Leon dan menggenggamnya. Leon cukup terkejut saat Alea menggandengnya.
Leon tatap Alea dengan tatapan tajamnya, tapi perempuan itu mengedikan bahunya acuh, tidak peduli.
“Ih, jangan gitu banget liatin Leon-nya, nanti Leon makin cinta sama Lea gimana? Udah yuk, mending temenin Lea sarapan di kantin,” ajak Alea sambil menggandeng tangan Leon, menarik tangan laki-laki itu keluar dari kelasnya.
Jika biasanya Leon akan menghindar, mendorong jauh-jauh Alea supaya tidak sembarangan melakukan skinship dengannya, khusus kali ini Leon menurut, ia membiarkan Alea berbuat sesukanya. Itung-itung sebagai permintaan maafnya kepada Alea atas kejadian tempo hari.
Entah hanya perasaan Leon saja atau bukan, Alea liar padanya hanya jika sedang ada Qila. Jika tidak ada, maka Alea akan bersikap biasa saja. Biasa saja dalam artian tidak terlalu berlebihan menggodanya, walaupun tetap saja bagi Leon Alea sama menyebalkannya dengan ada atau tidak adanya Qila di tengah-tengah mereka.
Sesampainya di kantin, mereka jadi pusat perhatian. Mereka menatap heran kepada Leon dan Alea atau lebih tepatnya mereka heran dengan Leon yang diam saja atau bahkan terkesan pasrah saat Alea menggandengnya.
Biasanya Leon tidak seperti itu pada Alea, mereka semua tahu jika Leon sangat anti sekali dengan Alea.
Leon ini sosok laki-laki yang ramah kepada semua orang, terkecuali pada Alea.
Ingat! Leon ini benci kepada Alea, karena Alea selalu memanggil Qila pacarnya dengan sebutan anak haram. Leon tidak tahu apa masalah sebenarnya antara Alea dan Qila, namun yang Leon tangkap di sini adalah Qila dan mamanya tidak bersalah. Hanya saja Alea yang belum bisa menerima kepergian sang mama dan pernikahan kedua papanya.
Hem, Leon sudah termakan oleh omongan Qila yang semuanya hanya omong kosong saja!
Mencari tempat duduk yang kosong dan pilihan mereka berdua jatuh kepada dua kursi kosong yang terletak sudut kantin sana.
Alea duduk di sana, sementara itu Leon yang memesan makanan. Alea tidak tahu apa yang terjadi dengan Leon pagi ini, mungkinkah Leon tadi pagi salah makan atau meminum sesuatu? Atau jangan-jangan Leon tengah kerasukan jin yang ngefans sama Alea makanya laki-laki itu mendadak baik seperti ini.
Tapi Alea tidak peduli, yang penting hari ini Leon baik padanya. Dan Alea harap Leon seterusnya akan seperti ini supaya rencananya untuk membuat Qila hancur berhasil.
Sembari menunggu Leon membawakan pesanannya, Alea memilih memainkan ponselnya. Ia sibuk berbalas chat dengan Sean.
Kak Sean : Udah di sekolah?
Alea : Udah, ini lagi di kantin? Kak Sean sendiri?
Kak Sean : Lagi di kampus, ada kelas pagi :(
Alea terkekeh melihat emot sedih yang dikirimkan oleh pacarnya itu. Semakin hari Sean semakin berubah. Sekarang Sean lebih ekspresif, Sean tidak sekaku dulu.
Alea : Semangat, pacarku
Alea mengirimkan sebuah stiker yang bertuliskan ‘fighting!’
“Kenapa Lo senyum-senyum sendiri kayak gitu?”
Alea terkesiap, ia menoleh ke arah Sean yang sudah duduk di hadapannya. Alea pun meletakkan kembali ponselnya di atas meja.
“Lea senyum-senyum kayak gini juga gara-gara Leon tahu.” Alea kembali menggoda Leon, tak lupa Alea memberikan senyum menyebalkannya.
Leon mendengus sebal, ia menyesal sudah bertanya kepada Alea. Seharusnya Leon sudah mengerti Alea itu aneh dan menyebalkan.
“Tuh makan keburu dingin, nanti enggak enak kalau udah dingin,” titah Leon.
Alea tersenyum. “Iya, Sayang.”
Alea pun mulai mengambil sendoknya, ia mulai menyantap nasi kuning pesanan Leon dengan lahap.
Sementara itu, Leon berdesir saat Alea memanggilnya sayang. Rasanya berbeda dengan saat Qila memanggilnya seperti itu.
“Leon kok enggak makan?” tanya Alea.
Leon terkesiap, ia menoleh ke arah Alea. “Iya, ini juga mau.” Leon pun mulai menyantap nasi kuningnya dengan perasaan aneh.
Ya, aneh. Ia merasa aneh dengan dirinya sendiri. Kenapa hari ini ia berbaik hati kepada Alea? Kenapa juga ia merasakan perasaan berbeda saat Alea melakukan skinship dan memanggilnya sayang?
Tanpa mereka sadari, di depan pintu kantin, ada seseorang yang menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.
Ya, itu Qila. Qila menatap Alea dan pacarnya dengan perasaan cemburu.
Kenapa Leon tidak menolak Alea seperti biasanya? Kenapa juga Leon diam saja saat Alea melakukan skinship dengannya? Kenapa?
Sekarang ini Sean ada di rumah Alea atau istilah gaulnya mah, Sean lagi ngapelin pacarnya.Kebetulan juga Alea sendirian di rumah, karena papanya belum pulang. Entah papanya akan pulang atau tidak, Alea belum tahu. Papanya belum memberi kabar.Tapi, jika jam delapan nanti papa tidak pulang, maka Alea akan menginap di kontrakan Sean.Bukan sekali, dua kali Alea menginap di kontrakan Sean. Alea sering menginap di sana. Tapi tenang saja, Alea dan Sean tidak pernah berbuat macam-macam. Tidur saja mereka terpisah. Alea tidur di kamar Sean, sementara itu Sean tidur di kamar adiknya.“Semoga aja Papa enggak pulang malam ini, ya, Kak.”Saat ini Alea tengah duduk di pangkuan Sean. Alea sibuk mengelus rambut hitam legam Sean.“Emangnya kenapa kalau Papa pulang? Bukannya kamu seneng, ya, kalau Papa pulang?” tanya Sean heran. Tidak biasanya Alea berharap seperti itu.Alea tersenyum, ia mencubit gemas hidung mancung Sean yang mirip perosotan itu. “Kan ka
Malam ini Alea kembali tidur bersama papanya. Papanya bilang, papa rindu tidur sama Alea. Alea dengan senang hati menuruti permintaan papanya. Alea tidak menyangka malam ini papanya pulang ke rumahnya bukan ke rumah si pelakor.Alea berbaring di tempat tidur dengan Fian yang memeluk tubuh Alea seraya mengusap lembut punggung Alea. Fian merasa deja vu, ia sering melakukan itu saat Alea masih kecil. Fian akan menemani Alea sampai tidur, memeluknya, mengusap punggungnya lembut.“Anak Papa sekarang udah besar, ya,” ucap Fian seraya mengecup kening Alea.Fian tidak menyangka, Alea-nya sudah tumbuh besar menjadi gadis cantik nan ayu yang menjadi incaran para laki-laki. Padahal seperti baru kemarin ia mengajari Alea berjalan, sekarang Alea sudah mampu berjalan sendiri. Padahal seperti baru kemarin ia mengajari Alea naik sepeda, sekarang putri sulungnya itu sudah pandai membawa sepeda motor. Padahal seperti baru kemarin ia mengajari Alea membaca dan menulis, sek
Sedari tadi Alea asyik senyam-senyum sendiri, mengabaikan tatapan aneh dari orang-orang di dekatnya termasuk Leon. Ah, Leon. Bahkan keberadaan laki-laki itu tidak menarik lagi di mata Alea. Alea lebih tertarik berbalas pesan dengan Sean dibandingkan harus mengganggu Leon. Lagi pula Qila tidak ada di sana, Alea tidak tertarik mendekati Leon.Ngomong-ngomong, saat ini Alea tengah berada di atap sekolah bersama teman-teman Juna, yaitu Kenzo, Leon, Dika, dan Ardan. Sementara itu, Chandra pergi ke kantin sekalian membawa gitar miliknya yang tertinggal di ruang musik sehabis membuat konten untuk Channel YouTube Juna.Kebetulan hari ini sedang jamkos, semua guru-guru sedang rapat. Jadi, Alea dan lainnya tidak khawatir akan terlambat masuk kelas.Sean : Mau dibawain apa oleh-oleh dari Jogja?Ya, saat ini Sean tengah berada di Yogyakarta. Sean dan teman-teman kampusnya liburan ke Yogyakarta.Alea : Candi BorobudurAlea terkikik geli setelah mengirimk
Qila yang baru saja datang, keningnya mengerut keheranan melihat Leon dan teman-temannya termasuk Alea diam tak bersuara. Wajah mereka terlihat serius, terutama Kenzo dan Juna. Apakah Qila melewatkan sesuatu?“Ada apa? Kok pada diem-dieman?” tanya Qila penasaran sambil menatap satu persatu dari mereka.Tidak ada yang mau menjawab pertanyaan Qila. Ardan dan Dika tampak beranjak dari duduknya disusul oleh Alea dan Chandra.“Lho, kalian mau pada ke mana?”“Sayang,” panggil Qila. Ia menghampiri pacarnya untuk menanyakan apa yang terjadi sebelum ia datang. Namun, Leon memilih abai dengan pacarnya itu, Leon beranjak dan pergi seperti yang lainnya.Pikiran Leon masih belum jernih. Mood Leon hancur, jadi ia malas berdekatan dengan orang lain termasuk dengan pacarnya yang bawel itu.“Loh, loh, Sayang! Kamu mau ke mana?!” teriak Qila.Leon mengabaikan teriakan pacarnya, ia turun dari atap sekolah.
Sejak tadi Kenzo tidak berhenti mengikuti Alea. Kenzo terus meneror sahabat perempuannya itu dengan pertanyaan yang sama, yaitu mengenai hubungan Alea dengan Sean yang notabenenya adalah kakaknya.“Al, Lo serius pacaran sama bang Sean?” tanya Kenzo untuk ke sekian kalinya, ia masih belum percaya kalau Alea pacaran dengan kakak laki-lakinya.Alea masuk ke dalam kelasnya, lalu duduk di bangkunya. Sementara itu, Kenzo menarik kursi di sebelah Alea, kebetulan teman sebangku Alea, Shella belum datang.“Al jawab dong! Gue ini enggak bisa diginiin!” desak Kenzo karena Alea tidak kunjung memberi jawaban atas pertanyaannya.“Lebay!”Alea dan Kenzo menoleh, mereka berdua melihat sosok Nana. Nana adalah salah satu sahabat perempuan Alea sekaligus mantan Kenzo.“Apa sih mantan, belum move on, ya!” goda Kenzo.Nana mendelik. “Ngimpi! Yang ada Lo yang belum move on dari gue!”
Aea terkejut mendapati kakek dan neneknya tengah duduk di depan rumahnya, sepertinya mereka menunggu Alea pulang.“Loh, Kakek, Nenek!”Adam dan Tias pun mendongakkan wajah mereka saat mendengar suara yang sangat mereka kenali itu.Wajah Adam dan Tias berseri-seri melihat sosok Alea, cucu kesayangan mereka.“Lea!” seru Tias dengan mata berkaca-kaca.Alea tersenyum. Ia pun langsung berlari kecil—menghampiri kakek dan neneknya.“Alea kangen Kakek sama Nenek!”“Kakek sama Nenek juga kangen sama Lea,” balas Tias.Sementara itu, Adam tersenyum melihat istri dan cucunya saling melepas rindu.“Cuma Nenek yang dipeluk? Kakek enggak, nih?” sahut Adam yang merasa diabaikan oleh istri dan cucunya.Alea pun melepas pelukannya, lalu beralih mendekati sang kakek yang merajuk karena merasa diabaikan olehnya dan juga neneknya.Sekarang giliran Adam yang
Seperti biasa, saat jam istirahat Alea akan berkumpul dengan para sahabatnya plus dengan si duo julid yang tak lain dan tak bukan adalah Ardan dan Dika.Sejak tadi Alea tidak berhenti mengomeli Juna yang sudah berani membocorkan rahasianya kepada kakek dan neneknya.“Gara-gara Lo kakek sama nenek marahin gue!”“Lo itu ember banget jadi laki, heran deh gue!”Sementara itu, si empu yang tengah diomeli malah menyumpal telinganya dengan earphone. Malas sekali harus mendengar omelan Alea yang kalau diibaratkan seperti rel kereta api—panjangnya.“Kurang ajar, dari tadi gue ngomong enggak Lo dengerin!” geram Alea saat melihat Juna malah asyik-asyikkan dengerin lagu lewat earphone.Karena kesal, Alea pun mencabut earphone yang terpasang di telinga Juna.“Arjuna!” teriak Alea tepat di telinga kanan Juna.“Berisik!” sentak Ardan. Ia kesal karena Alea sudah mengganggu
Qila tersenyum mendapati mobil papanya terparkir di depan gerbang Cendikia Bakti. Tidak biasanya papanya itu menjemputnya karena alasan tidak ingin pilih kasih antara dirinya dengan Alea.Seringaian muncul di bibir mungil Qila. Sepertinya ia mempunyai cara untuk membalas perbuatan Alea di atap sekolah tadi. Qila akan pamer kepada Alea bahwa papanya lebih memilih menjemputnya dibandingkan menjemput Alea.Namun semua rencana balas dendam yang telah Qila susun hancur begitu saja saat Qila membuka pintu depan mobil.Di sana Alea tengah tersenyum dengan manisnya seolah tengah mengejek Qila untuk kedua kalinya.Qila mengepalkan tangannya.“Qil, kamu duduk di belakang.” Suara Alvian menginterupsi Qila yang tengah menahan emosinya.Qila menghembuskan napasnya kasar. “Hufft, baik Pa.”Qila pun pergi membuka pintu belakang dan duduk di sana sesuai perintah papanya. Ia harus tetap jaga image agar selalu terlihat baik di m