Share

Part 10

Alea dan Leon berjalan berdampingan. Kali ini tidak ada keributan yang terjadi. Leon tampak tenang dan tidak ada tanda-tanda Leon akan mengamuk atau marah-marah seperti biasanya jika ia berdekatan dengan Alea.

Orang-orang yang melihatnya pun merasa heran. Bahkan ada beberapa siswa laki-laki yang iseng nyeletuk ke Leon.

“Yon, kok kagak marah-marah kayak biasanya? Sekarang akur ya, sama si Neneng geulis,” celetuk salah satu murid laki-laki yang mempunyai mulut lemes kayak perempuan.

Leon dan Alea tampak tidak mempedulikan ocehan murid laki-laki itu. Mereka fokus dengan pikiran mereka masing-masing.

Alea heran, kenapa Leon tidak marah-marah atau sebagainya saat berdekatan dengannya?

Sementara itu, Leon masih merasa bersalah kepada Alea. Dimaafkan semudah itu oleh Alea, membuatnya semakin merasa bersalah dan menjadi laki-laki pengecut yang tega main fisik sama perempuan.

Jika mamanya tahu, pasti ia akan kena hukuman dan ceceran lain-lain dari mamanya karena tega menampar anak gadis orang demi membela pacarnya.

“Ngomong-ngomong, Lo udah sarapan belum?” tanya Leon sesaat setelah mereka sampai di depan pintu kelas Alea.

Tidak tahu sedang kesambet apa, tiba-tiba Leon mengikuti Alea sampai ke depan kelasnya.

“Lea udah sarapan tadi, tapi masih laper jadi mau ke kantin lagi,” jawab Alea. Kali ini Alea berbicara normal tidak seperti Alea yang seperti biasanya, Alea yang genit.

Alea memasuki kelasnya yang masih sepi, hanya ada beberapa tas di meja, mungkin si pemilik tas tersebut sedang di luar atau di mana, entah Alea tidak tahu dan tidak mau tahu. Lagi pula di kelas Alea berbeda dengan kelas-kelas yang lainnya. Kebanyakan murid kelas Alea bersikap masa bodoh, bahkan di antaranya ada yang sampai kudet gara-gara enggak peduli sama lingkungan sekitar.

Masih dengan Leon yang mengikutinya dari belakang, Alea menaruh tasnya di bawah kolong meja, tapi sebelum itu Alea mengambil handphone dan dompet kecilnya terlebih dahulu.

“Leon cinta banget ya sama Lea? Sampai Lea-nya dianterin ke kelas gini.” Alea kembali menggoda Leon.

Sementara itu, Leon merotasikan bola matanya malas. Perempuan di depannya ini punya tingkat kepercayaan diri tinggi sekali, tapi tunggu dulu, kenapa juga dirinya mengikuti Alea sampai ke kelasnya?

Ah, entahlah Leon juga tidak tahu. Sepertinya Leon masih berlarut-larut dalam rasa bersalahnya hingga tidak sadar ia memberikan peluang emas kepada Alea yang semakin gencar menggodanya.

“Bodoh!” rutuk Leon dalam hatinya.

“Enggak usah ke PD-an Lo!” ketus Leon. Wajahnya ia buat kembali garang seperti biasanya.

Kini kewarasan Leon sudah kembali. Ia menyesal telah mengikuti Alea ke dalam kelasnya.

Alea terkekeh geli, lalu perempuan itu meraih tangan Leon dan menggenggamnya. Leon cukup terkejut saat Alea menggandengnya.

Leon tatap Alea dengan tatapan tajamnya, tapi perempuan itu mengedikan bahunya acuh, tidak peduli.

“Ih, jangan gitu banget liatin Leon-nya, nanti Leon makin cinta sama Lea gimana? Udah yuk, mending temenin Lea sarapan di kantin,” ajak Alea sambil menggandeng tangan Leon, menarik tangan laki-laki itu keluar dari kelasnya.

Jika biasanya Leon akan menghindar, mendorong jauh-jauh Alea supaya tidak sembarangan melakukan skinship dengannya, khusus kali ini Leon menurut, ia membiarkan Alea berbuat sesukanya. Itung-itung sebagai permintaan maafnya kepada Alea atas kejadian tempo hari.

Entah hanya perasaan Leon saja atau bukan, Alea liar padanya hanya jika sedang ada Qila. Jika tidak ada, maka Alea akan bersikap biasa saja. Biasa saja dalam artian tidak terlalu berlebihan menggodanya, walaupun tetap saja bagi Leon Alea sama menyebalkannya dengan ada atau tidak adanya Qila di tengah-tengah mereka.

Sesampainya di kantin, mereka jadi pusat perhatian. Mereka menatap heran kepada Leon dan Alea atau lebih tepatnya mereka heran dengan Leon yang diam saja atau bahkan terkesan pasrah saat Alea menggandengnya.

Biasanya Leon tidak seperti itu pada Alea, mereka semua tahu jika Leon sangat anti sekali dengan Alea.

Leon ini sosok laki-laki yang ramah kepada semua orang, terkecuali pada Alea.

Ingat! Leon ini benci kepada Alea, karena Alea selalu memanggil Qila pacarnya dengan sebutan anak haram. Leon tidak tahu apa masalah sebenarnya antara Alea dan Qila, namun yang Leon tangkap di sini adalah Qila dan mamanya tidak bersalah. Hanya saja Alea yang belum bisa menerima kepergian sang mama dan pernikahan kedua papanya.

Hem, Leon sudah termakan oleh omongan Qila yang semuanya hanya omong kosong saja!

Mencari tempat duduk yang kosong dan pilihan mereka berdua jatuh kepada dua kursi kosong yang terletak sudut kantin sana.

Alea duduk di sana, sementara itu Leon yang memesan makanan. Alea tidak tahu apa yang terjadi dengan Leon pagi ini, mungkinkah Leon tadi pagi salah makan atau meminum sesuatu? Atau jangan-jangan Leon tengah kerasukan jin yang ngefans sama Alea makanya laki-laki itu mendadak baik seperti ini.

Tapi Alea tidak peduli, yang penting hari ini Leon baik padanya. Dan Alea harap Leon seterusnya akan seperti ini supaya rencananya untuk membuat Qila hancur berhasil.

Sembari menunggu Leon membawakan pesanannya, Alea memilih memainkan ponselnya. Ia sibuk berbalas chat dengan Sean. 

Kak Sean : Udah di sekolah?

Alea : Udah, ini lagi di kantin? Kak Sean sendiri?

Kak Sean : Lagi di kampus, ada kelas pagi :(

Alea terkekeh melihat emot sedih yang dikirimkan oleh pacarnya itu. Semakin hari Sean semakin berubah. Sekarang Sean lebih ekspresif, Sean tidak sekaku dulu.

Alea : Semangat, pacarku

Alea mengirimkan sebuah stiker yang bertuliskan ‘fighting!’

“Kenapa Lo senyum-senyum sendiri kayak gitu?”

Alea terkesiap, ia menoleh ke arah Sean yang sudah duduk di hadapannya. Alea pun meletakkan kembali ponselnya di atas meja.

“Lea senyum-senyum kayak gini juga gara-gara Leon tahu.” Alea kembali menggoda Leon, tak lupa Alea memberikan senyum menyebalkannya.

Leon mendengus sebal, ia menyesal sudah bertanya kepada Alea. Seharusnya Leon sudah mengerti Alea itu aneh dan menyebalkan.

“Tuh makan keburu dingin, nanti enggak enak kalau udah dingin,” titah Leon.

Alea tersenyum. “Iya, Sayang.”

Alea pun mulai mengambil sendoknya, ia mulai menyantap nasi kuning pesanan Leon dengan lahap.

Sementara itu, Leon berdesir saat Alea memanggilnya sayang. Rasanya berbeda dengan saat Qila memanggilnya seperti itu.

“Leon kok enggak makan?” tanya Alea.

Leon terkesiap, ia menoleh ke arah Alea. “Iya, ini juga mau.” Leon pun mulai menyantap nasi kuningnya dengan perasaan aneh.

Ya, aneh. Ia merasa aneh dengan dirinya sendiri. Kenapa hari ini ia berbaik hati kepada Alea? Kenapa juga ia merasakan perasaan berbeda saat Alea melakukan skinship dan memanggilnya sayang?

Tanpa mereka sadari, di depan pintu kantin, ada seseorang yang menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.

Ya, itu Qila. Qila menatap Alea dan pacarnya dengan perasaan cemburu.

Kenapa Leon tidak menolak Alea seperti biasanya? Kenapa juga Leon diam saja saat Alea melakukan skinship dengannya? Kenapa?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status