Share

Part 10

Author: Rara Kim
last update Huling Na-update: 2021-04-02 12:20:07

Alea dan Leon berjalan berdampingan. Kali ini tidak ada keributan yang terjadi. Leon tampak tenang dan tidak ada tanda-tanda Leon akan mengamuk atau marah-marah seperti biasanya jika ia berdekatan dengan Alea.

Orang-orang yang melihatnya pun merasa heran. Bahkan ada beberapa siswa laki-laki yang iseng nyeletuk ke Leon.

“Yon, kok kagak marah-marah kayak biasanya? Sekarang akur ya, sama si Neneng geulis,” celetuk salah satu murid laki-laki yang mempunyai mulut lemes kayak perempuan.

Leon dan Alea tampak tidak mempedulikan ocehan murid laki-laki itu. Mereka fokus dengan pikiran mereka masing-masing.

Alea heran, kenapa Leon tidak marah-marah atau sebagainya saat berdekatan dengannya?

Sementara itu, Leon masih merasa bersalah kepada Alea. Dimaafkan semudah itu oleh Alea, membuatnya semakin merasa bersalah dan menjadi laki-laki pengecut yang tega main fisik sama perempuan.

Jika mamanya tahu, pasti ia akan kena hukuman dan ceceran lain-lain dari mamanya karena tega menampar anak gadis orang demi membela pacarnya.

“Ngomong-ngomong, Lo udah sarapan belum?” tanya Leon sesaat setelah mereka sampai di depan pintu kelas Alea.

Tidak tahu sedang kesambet apa, tiba-tiba Leon mengikuti Alea sampai ke depan kelasnya.

“Lea udah sarapan tadi, tapi masih laper jadi mau ke kantin lagi,” jawab Alea. Kali ini Alea berbicara normal tidak seperti Alea yang seperti biasanya, Alea yang genit.

Alea memasuki kelasnya yang masih sepi, hanya ada beberapa tas di meja, mungkin si pemilik tas tersebut sedang di luar atau di mana, entah Alea tidak tahu dan tidak mau tahu. Lagi pula di kelas Alea berbeda dengan kelas-kelas yang lainnya. Kebanyakan murid kelas Alea bersikap masa bodoh, bahkan di antaranya ada yang sampai kudet gara-gara enggak peduli sama lingkungan sekitar.

Masih dengan Leon yang mengikutinya dari belakang, Alea menaruh tasnya di bawah kolong meja, tapi sebelum itu Alea mengambil handphone dan dompet kecilnya terlebih dahulu.

“Leon cinta banget ya sama Lea? Sampai Lea-nya dianterin ke kelas gini.” Alea kembali menggoda Leon.

Sementara itu, Leon merotasikan bola matanya malas. Perempuan di depannya ini punya tingkat kepercayaan diri tinggi sekali, tapi tunggu dulu, kenapa juga dirinya mengikuti Alea sampai ke kelasnya?

Ah, entahlah Leon juga tidak tahu. Sepertinya Leon masih berlarut-larut dalam rasa bersalahnya hingga tidak sadar ia memberikan peluang emas kepada Alea yang semakin gencar menggodanya.

“Bodoh!” rutuk Leon dalam hatinya.

“Enggak usah ke PD-an Lo!” ketus Leon. Wajahnya ia buat kembali garang seperti biasanya.

Kini kewarasan Leon sudah kembali. Ia menyesal telah mengikuti Alea ke dalam kelasnya.

Alea terkekeh geli, lalu perempuan itu meraih tangan Leon dan menggenggamnya. Leon cukup terkejut saat Alea menggandengnya.

Leon tatap Alea dengan tatapan tajamnya, tapi perempuan itu mengedikan bahunya acuh, tidak peduli.

“Ih, jangan gitu banget liatin Leon-nya, nanti Leon makin cinta sama Lea gimana? Udah yuk, mending temenin Lea sarapan di kantin,” ajak Alea sambil menggandeng tangan Leon, menarik tangan laki-laki itu keluar dari kelasnya.

Jika biasanya Leon akan menghindar, mendorong jauh-jauh Alea supaya tidak sembarangan melakukan skinship dengannya, khusus kali ini Leon menurut, ia membiarkan Alea berbuat sesukanya. Itung-itung sebagai permintaan maafnya kepada Alea atas kejadian tempo hari.

Entah hanya perasaan Leon saja atau bukan, Alea liar padanya hanya jika sedang ada Qila. Jika tidak ada, maka Alea akan bersikap biasa saja. Biasa saja dalam artian tidak terlalu berlebihan menggodanya, walaupun tetap saja bagi Leon Alea sama menyebalkannya dengan ada atau tidak adanya Qila di tengah-tengah mereka.

Sesampainya di kantin, mereka jadi pusat perhatian. Mereka menatap heran kepada Leon dan Alea atau lebih tepatnya mereka heran dengan Leon yang diam saja atau bahkan terkesan pasrah saat Alea menggandengnya.

Biasanya Leon tidak seperti itu pada Alea, mereka semua tahu jika Leon sangat anti sekali dengan Alea.

Leon ini sosok laki-laki yang ramah kepada semua orang, terkecuali pada Alea.

Ingat! Leon ini benci kepada Alea, karena Alea selalu memanggil Qila pacarnya dengan sebutan anak haram. Leon tidak tahu apa masalah sebenarnya antara Alea dan Qila, namun yang Leon tangkap di sini adalah Qila dan mamanya tidak bersalah. Hanya saja Alea yang belum bisa menerima kepergian sang mama dan pernikahan kedua papanya.

Hem, Leon sudah termakan oleh omongan Qila yang semuanya hanya omong kosong saja!

Mencari tempat duduk yang kosong dan pilihan mereka berdua jatuh kepada dua kursi kosong yang terletak sudut kantin sana.

Alea duduk di sana, sementara itu Leon yang memesan makanan. Alea tidak tahu apa yang terjadi dengan Leon pagi ini, mungkinkah Leon tadi pagi salah makan atau meminum sesuatu? Atau jangan-jangan Leon tengah kerasukan jin yang ngefans sama Alea makanya laki-laki itu mendadak baik seperti ini.

Tapi Alea tidak peduli, yang penting hari ini Leon baik padanya. Dan Alea harap Leon seterusnya akan seperti ini supaya rencananya untuk membuat Qila hancur berhasil.

Sembari menunggu Leon membawakan pesanannya, Alea memilih memainkan ponselnya. Ia sibuk berbalas chat dengan Sean. 

Kak Sean : Udah di sekolah?

Alea : Udah, ini lagi di kantin? Kak Sean sendiri?

Kak Sean : Lagi di kampus, ada kelas pagi :(

Alea terkekeh melihat emot sedih yang dikirimkan oleh pacarnya itu. Semakin hari Sean semakin berubah. Sekarang Sean lebih ekspresif, Sean tidak sekaku dulu.

Alea : Semangat, pacarku

Alea mengirimkan sebuah stiker yang bertuliskan ‘fighting!’

“Kenapa Lo senyum-senyum sendiri kayak gitu?”

Alea terkesiap, ia menoleh ke arah Sean yang sudah duduk di hadapannya. Alea pun meletakkan kembali ponselnya di atas meja.

“Lea senyum-senyum kayak gini juga gara-gara Leon tahu.” Alea kembali menggoda Leon, tak lupa Alea memberikan senyum menyebalkannya.

Leon mendengus sebal, ia menyesal sudah bertanya kepada Alea. Seharusnya Leon sudah mengerti Alea itu aneh dan menyebalkan.

“Tuh makan keburu dingin, nanti enggak enak kalau udah dingin,” titah Leon.

Alea tersenyum. “Iya, Sayang.”

Alea pun mulai mengambil sendoknya, ia mulai menyantap nasi kuning pesanan Leon dengan lahap.

Sementara itu, Leon berdesir saat Alea memanggilnya sayang. Rasanya berbeda dengan saat Qila memanggilnya seperti itu.

“Leon kok enggak makan?” tanya Alea.

Leon terkesiap, ia menoleh ke arah Alea. “Iya, ini juga mau.” Leon pun mulai menyantap nasi kuningnya dengan perasaan aneh.

Ya, aneh. Ia merasa aneh dengan dirinya sendiri. Kenapa hari ini ia berbaik hati kepada Alea? Kenapa juga ia merasakan perasaan berbeda saat Alea melakukan skinship dan memanggilnya sayang?

Tanpa mereka sadari, di depan pintu kantin, ada seseorang yang menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.

Ya, itu Qila. Qila menatap Alea dan pacarnya dengan perasaan cemburu.

Kenapa Leon tidak menolak Alea seperti biasanya? Kenapa juga Leon diam saja saat Alea melakukan skinship dengannya? Kenapa?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Resentment, Dendam Sang Pewaris   Part 37

    Berita pertengkaran Alea dan Qilla pun menjadi trending topik di SMA Cendikia Bakti. Banyaksekali siswa dan siswi yang menyayangkan sikap dan tindakan yang dilakukan Alea dan Qilla, terlebih Alea. Padahal Alea adalah siswi kebanggaan sekolah, banyak menorehkan prestasi untuk sekolah, bisa-bisanya dia terlibat skandal seperti itu.Selain gara-gara pertengkaran itu, seluruh murid Cendikia Bakti juga terkejut mendengar pengakuan Juna yang mengatakan jika Alea dan Leon akan bertunangan dalam waktu dekat ini. Semua orang tampak bertanya-tanya, jadi siapa yang menjadi orang ketiga dalam hubungan itu? Alea atau Qilla?Bahkan sebagian murid yang tadinya membela Qilla, kini lebih memilih mendukung Alea. Mereka berbalik arah mendukung Alea, karena mereka menjadi tidak respect dengan Qilla. Dan banyak juga yang menuduh jika Qilla 'lah orang ketiga dalam hubungan itu.“Lea, Lo beneran enggak apa-apa?” tanya Windy untuk kesekian kalinya.

  • Resentment, Dendam Sang Pewaris   Part 36

    Bu Lia menatap satu persatu tersangka biang kerusuhan di kelas IPA-1. Sementara itu Alea, Juna, dan Qilla menundukkan wajahnya ke bawah. Mereka tidak berani melihat wajah sang guru killer yang tengah menatap mereka dengan tatapan mautnya. “Saya ada di depan, bukan di bawah! Kenapa kalian malah melihat ke bawah?!” Alea, Juna, dan Qilla pun kompak mengangkat wajah mereka, dan menatap wajah Bu Lia dengan raut wajah memelas. Sebenarnya di ruangan itu bukan hanya mereka berempat saja yang ada di dalam ruang BK itu. Di sana ada juga Didit yang dihadirkan sebagai saksi. Selain dari Alea, Juna, dan Qilla, Bu Lia juga ingin mendengar kesaksian dari Didit yang tidak terlibat apa pun dalam pertengkaran itu. “Syaqilla, kenapa kamu ada di kelas IPA-1, bukannya kamu berasal dari kelas IPS-3?” Bu Lia mengawali interogasi dari Qilla. “Emm ... a-anu sa-saya ....” Qilla meneguk air liurnya dengan sulit. Lidahnya kelu, ia tidak tahu harus berkata apa pad

  • Resentment, Dendam Sang Pewaris   Part 35

    Alea tak habis pikir dengan Qilla, bagaimana bisa ia melabrak dirinya di depan umum apalagi ini adalah kelasnya, bukan kelas Qilla. Apa perempuan itu tidak punya urat malu sebelum bertindak, tapi mengingat siapa ibu Qilla, Alea tidak heran. Syaqilla adalah titisan perempuan medusa dan tidak tahu malu.Alea berdecih. “Lo masih waras 'kan, Qil?” tanyanya dengan nada ejekkan dan membuat api yang ada dalam diri Qilla semakin membuncah.“Bukan gue yang enggak waras, tapi Lo?!”Alea menaikkan sebelah alisnya. “Tunggu, siapa yang bilang Lo enggak waras? Gue 'kan cuman tanya masih waras 'kan?”Tangan Qilla mengepal, ia tidak terima Alea bermain-main dengannya. Karena kesabarannya sudah diambang batas, Qilla pun menarik rambut panjang Alea yang hari ini digerai. Qilla menarik rambut Alea sangat keras hingga Alea memekik kesakitan.Para sahabat, dan teman sekelas Alea yang sejak tadi diam memperhatikan adu mulut mere

  • Resentment, Dendam Sang Pewaris   Part 34

    Setelah Leon menyelesaikan sarapannya, Leon dan Alea pun pergi ke kelasnya masing-masing. Dan gosip mengenai Alea dan Leon sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Banyak di antara mereka menduga-duga jika Leon putus dari Qilla dan menjalin sebuah hubungan baru dengan Alea.“Lo jadian sama si singa, Al?”Jennie mengerutkan keningnya. Ia tidak paham siapa yang dimaksud oleh Shella yang barusan bertanya kepada Alea. “Singa?”“Itu loh, si Leon. Bahasa Indonesianya Leon 'kan singa,” jawab Shella.Jennie mendengus mendengar jawaban sahabatnya, pandangannya pun ia alihkan ke Alea yang tengah fokus membaca rangkuman biologinya, karena ada desas-desus jika hari ini guru biologi mereka akan mengadakan ulangan dadakan, soalnya minggu kemarin kelas mereka sudah menyelesaikan materi bab 5.“Enggak,” jawab Alea singkat dan padat. Jujur s

  • Resentment, Dendam Sang Pewaris   Part 33

    Alea berjalan ke arah kelasnya seraya bersenandung ria. Lorong yang dilewatinya tampak sepi karena hari masih terlalu pagi.Yups, Alea datang ke sekolah pagi-pagi sekali, bahkan kedatangannya tidak berselang lama dengan kedatangan pak satpam sekolah.GreppAlea terkesiap, barusan ada yang menarik tangannya tanpa permisi terlebih dahulu.“Eh!”Hampir saja Alea terhuyung jika saja seseorang yang barusan menarik tangannya menahan keseimbangannya.“Apaan sih, main tarik-tarik aj— eh, Leon!” Tadinya Alea ingin marah kepada si pelaku yang sudah lancang menarik tangannya hingga hampir saja tubuhnya mencium lantai sekolah, tapi saat tahu si pelaku itu adalah Leon, dengan cepat Alea mengubah raut wajahnya. Raut wajah kekesalan yang sebelumnya mendominasinya kini berubah menjadi sebuah senyuman bodoh. Leon seratus persen yakin jika saat ini Alea mati-matian menahan kekesalannya dan menunjukkan sebuah fake smil

  • Resentment, Dendam Sang Pewaris   Part 32

    Entah ada angin apa, tiba-tiba Leon pergi ke rumah Alea. Ia melupakan niatnya membeli mie goreng dan martabak keju pesanan kakaknya. Namun saat Leon tiba di tikungan komplek perumahan Alea, netra Leon tak sengaja menangkap sosok Alea dan sang sahabat—Chandra.Leon mengerutkan keningnya, ia heran kenapa malam-malam Chandra ada di depan rumah Alea?“Atau jangan-jangan selama ini mereka punya hubungan, ya? Waktu itu 'kan si Chandra pernah curhat sama gue kalau dia lagi suka sama cewek,” batin Leon bertanya-tanya.Entah kenapa ada perasaan asing yang hinggap di dadanya saat melihat kedekatan Alea dan Chandra. Ia merasa panas dan tidak suka melihat Alea yang tertawa lepas karena ulah Chandra. Tawa yang jarang Alea perlihatkan padanya.Dengan cepat Alea pun menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba mengusir pemikirannya itu dari dalam benaknya.“Enggak-enggak, ngapain gue mikirin mereka. Mau Alea punya hubungan sama Chandra ju

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status