Hari minggu pagi, Fian dan keluarga kecilnya baru saja selesai sarapan, sekarang laki-laki itu tengah menonton TV di ruang keluarga dengan secangkir kopi buatan Mila.
Qila kebetulan juga ada di sana, duduk di sofa menunggu Leon yang katanya hari ini akan main ke rumahnya.
“Pa, hari ini kita jalan-jalan yuk. Aku kangen, udah lama kita enggak jalan-jalan,” ajak Qila pada papanya. Bertepatan dengan Mila yang datang dari arah dapur sambil membawa nampan yang berisi kue buatannya.
“Iya Pa, udah lama kita enggak pergi sama-sama.” Mila setuju dengan ajakan putrinya, kini perempuan itu duduk di samping suaminya.
“Leon juga mau kesini, sekalian aja kita jalan-jalan berempat,” ucap Qila lagi.
Fian mengambil cangkir yang berisi kopi kemudian meneguknya.
“Iya, Papa setuju. Kalau gitu Papa telepon Alea dulu, kita ajak dia, ya,” ujar Fian sesaat setelah kembali menaruh cangkirnya pada piring tatak.
Qila mendengkus, sementara itu Mila memutar bola matanya malas. Lagi-lagi Alea! Papa itu selalu saja begitu, tidak pernah melewatkan Alea dalam hal apa pun. Qila dan Mila jadi kesal ‘kan jadinya. Maksud Qila mengajak jalan-jalan pada papanya itu, jalan-jalan keluarga. Hanya ia, papa, Mama, dan Leon. Tidak ada Alea. Alea bukan bagian dari mereka.
“Enggak bisa ya, Pa, kita pergi berempat aja? Enggak usah ajak Lea, Qila enggak suka!” Qila menolak keras keinginan papanya yang ingin mengajak Alea pergi bersama mereka. Yang ada nanti Alea memonopoli papa, dan papa lupa dengan keberadaannya dan juga mama jika ada Alea di antara mereka.
Kening Fian berkerut heran, sedang Mila mengangguk setuju.
“Kenapa? Kamu sama Alea berantem lagi?” tanya Fian.
“Enggak sih, Pa. Aku enggak pernah ngajak Alea ribut, tapi dia yang selalu mulai cari gara-gara sama aku! Papa tahu enggak, sih, di sekolah dia suka gangguin aku kalau lagi sama Leon. Apa-apaan banget coba. Anak kesayangan Papa nyebelin banget tuh!” Qila mengadu.
Selalu begitu, Qila bilang jika Alea anak kesayangan papanya, sedangkan Alea bilang jika Qila adalah anak kesayangan papa. Jadi sebenarnya yang anak kesayangan itu siapa?
Sebenarnya Fian tidak pernah membedakan kasih sayang antara Qila maupun Alea. Fian menyayangi keduanya, hanya saja rasa sayang Fian pada Alea itu berbeda. Alea lahir dari perempuan yang dicintainya, sementara Mila lahir dari perempuan cinta sesaatnya.
Ya, Mila adalah cinta sesaatnya. Sampai sekarang Fian menyesali perbuatannya yang menyeleweng dari Jihan. Fian butuh seseorang untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya, waktu itu Jihan tengah mengandung, usia kandungannya masih sangat muda dan tidak disarankan berhubungan intim. Lalu datang Mila, menawarkan sebuah hubungan yang sampai saat ini Fian sesali. Tapi walaupun begitu, kelahiran Qila tidak pernah disesalinya. Karena bagaimana pun Qila adalah darah dagingnya.
Alea dan Qila selalu bersaing untuk mendapatkan perhatian papa. Mereka seakan berkompetisi saling merebut perhatian sang papa untuk membuktikan siapa orang yang menempati posisi pertama di hati papa mereka.
“Papa harap, kamu sama Alea bisa akur! Mau gimana pun Alea itu kakak kamu,” ujar Fian pada putrinya.
“Qila sih mau-mau aja nerima dia sebagai kakak, tapi Alea-nya mau enggak nerima aku sebagai adik? Selama ini aku udah berusaha bersikap baik ya, Pa, sama Alea,” balas Qila yang tentunya bohong.
Qila tidak sudi harus menganggap Alea sebagai kakaknya. Alea adalah musuhnya.
“Selama ini Mama juga berusaha buat ambil hati Alea, tapi selalu gagal. Yang ada Alea malah semakin benci sama Mama. Kayaknya sampai kapan pun Alea enggak akan nerima Mama sama Qila. Alea udah terlanjur benci sama Mama dan Qila,” timpal Mila menambahi kebohongan putrinya agar suaminya percaya jika selama ini ia dan Qila berusaha mengambil hati Alea.
“Alea masih labil, Papa mohon sama kalian untuk terus bersabar. Papa yakin suatu saat nanti Alea bisa nerima semuanya. Kita nanti bisa hidup bahagia sama-sama,” ujar Fian mencoba membuat istri dan putrinya mengerti dan bersabar dengan Alea.
Fian yakin semua akan indah pada waktunya.
“Sampai kapan Pa? Sabar terus, semua orang juga punya batas kesabarannya kali, apalagi ngehadapin orang kayak Alea. Papa tahu enggak, kemarin dia dipanggil ke ruang TU gara-gara nunggak uang SPP selama tiga bulan!” adu Qila.
Awalnya dia tidak ingin mengadukan hal ini kepada papanya, namun melihat papanya yang selalu membela Alea, ia jadi membongkarnya. Bukan bermaksud caper pada sang papa menunjukkan jika ia lebih baik dari pada Alea, namun Qila ingin papanya itu tahu bagaimana kelakuan Alea yang sebenarnya.
Qila ingin papanya tahu jika Alea tidaklah sebaik apa yang papanya katakan selama ini. Alea juga sama seperti anak broken home lainnya.
Fian terkejut mendengar perkataan Qila. Apa katanya tadi, Alea belum membayar uang SPP-nya selama tiga bulan? Uang yang selama ini ia transfer ‘kan kepada Alea dipakai untuk apa?
“Enggak mungkin Alea nunggak uang SPP-nya selama tiga bulan. Papa tiap bulan kasih dia uang buat bayar sekolah bahkan papa lebihin karena papa jarang pulang ke sana akhir-akhir ini!” ucap Fian.
Karena Fian sekarang lebih sering bersama mereka dari pada Alea. Fian realistis walaupun ia sayang pada Alea, namun Fian juga butuh Mila untuk memenuhi kebutuhan biologisnya sebagai seorang laki-laki. Fian manusia biasa, ia mempunyai hawa nafsu sebagaimana orang pada umumnya.
“Mungkin karena waktu kecil Alea, maaf, kurang dapat didikan dari almarhum mamanya jadi dia kaya gitu.” Mila menambahkan ucapan Qila.
Mila sengaja berkata demikian agar suaminya tidak lagi memuji-muji Alea dan mendiang Jihan yang sudah lama meninggal.
Iya, mungkin karena Alea hidup dalam keluarga yang broken home. Mamanya meninggal waktu Alea masih kecil, lalu papanya punya istri lagi. Alea jadi kurang dapat perhatian, makanya sekarang Alea jadi seperti itu. Fian berpikir demikian.
“Sama Mama juga dia enggak ada sopan-sopannya, tapi Mama sabar aja, karena mau bagaimana pun juga dia tetep anak Mama walaupun bukan anak kandung.”
Mila dan Qila bergantian menjelek-jelekkan Alea di depan Fian. Mereka berdua sengaja melakukan itu supaya papanya membenci Alea. Dan mereka berdua menjadi satu-satunya prioritas papa.
Fian diam, dia memikirkan ucapan-ucapan yang anak dan istrinya katakan tentang Alea. Apa benar Alea seperti itu? Apa ia salah mendidik Alea selama ini makanya sekarang Alea berubah menjadi pribadi seperti itu?
Selama ini yang Fian tahu Alea itu anak penurut, tidak pernah melakukan hal aneh-aneh, Alea anak yang patuh ia selalu menghormati orang tua, kecuali dengan Mila. Fian memakluminya karena bagaimana pun Mila telah merebut dirinya dari mamanya.
“Menurut Mama Alea seperti ini gara-gara almarhumah Jihan, dia—“
“Cukup!”
Seketika Mila menghentikan perkataannya.
“Jangan sekali-kali kalian menjelekkan almarhumah Jihan! Apa kalian enggak malu menjelekkan orang yang sudah meninggal! Jika benar Alea seperti ini, itu bukan gara-gara mamanya, tapi gara-gara Papa! Papa selalu fokus dengan kalian hingga lupa dengan Alea!”
Setelah mengatakan itu Fian pergi ke depan. Ia tidak terima anak dan istrinya menjelek-jelekkan Jihan yang notabenenya adalah ibu dari anaknya, perempuan yang sangat ia cintai hingga saat ini.
Sementara itu, Mila sakit hati saat Fian membentak dirinya demi membela Jihan yang orangnya sudah lama meninggal. Ada atau tidaknya Jihan, posisinya tidak akan pernah special di hati suaminya. Maka dari itu, Mila membenci Jihan! Mila juga membenci Alea yang merupakan anak Jihan!
“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, lima puluh, wah! Lea dapet tujuh ratus lima puluh!” Alea girang, ia baru saja menghitung upah hasil dari cuci baju dan setrika baju milik tetangganya.“Kalau tiap hari aku dapet segini terus, aku bisa cepet lunasin hutang aku sama Juna!” ucap Alea. Ia senang bukan main. Ini adalah penghasilan terbesarnya selama ia bekerja sebagai buruh cuci baju dan setrika baju tetangganya. Bahkan saat ia masih bekerja di tempat laundry milik Bu Sari, Alea hanya mendapatkan upah sebesar delapan puluh ribu tiap harinya.“Minggu depan aku gajian dari kafe! Uang aku jadi banyak nih, Kak!” Alea heboh sendiri. Ia memamerkan penghasilannya kepada Sean.Sean terkekeh melihat kehebohan Alea. Pacarnya itu heboh sendiri ketika menghitung penghasilannya hari ini. Mungkin Alea senang karena dapat uang dari hasil keringatnya sendiri. Selain itu upahnya kali ini lebih besar dari upah sebelumnya.Mereka saa
Pagi ini Alea ceria sekali. Alea berjalan sambil bersenandung, wajahnya tak henti-henti menampilkan senyum manisnya.Penasaran apa yang membuat gadis itu bahagia? Sederhana saja, tadi pagi ia sarapan bersama sang papa, lalu berangkat ke sekolah juga diantar oleh papa, tak lupa sebelum tadi Alea turun dari mobil papanya itu memberikan kecupan hangat di keningnya.Uh! Alea bahagia sekali pokoknya. Kebahagiaannya tidak bisa di deskripsikan.Belum lagi sewaktu ia bangun tadi, pertama kali ia mengecek ponsel, Alea mendapat pesan manis dari sang pujaan hati. Siapa lagi kalau bukan Sean, ditambah lima hari lagi ia akan gajian di kafe kak Alya! Lengkap sudah kebahagiaan Alea.Alea mudah sekali memaafkan papanya, walaupun papanya itu sering kali berbohong padanya, tapi Alea tetap tidak bisa membenci laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu.Sering kali Alea bilang jika nanti papanya pulang, ia tidak akan mau peduli lagi. Alea akan masa bodoh dengan sang
Alea dan Leon berjalan berdampingan. Kali ini tidak ada keributan yang terjadi. Leon tampak tenang dan tidak ada tanda-tanda Leon akan mengamuk atau marah-marah seperti biasanya jika ia berdekatan dengan Alea.Orang-orang yang melihatnya pun merasa heran. Bahkan ada beberapa siswa laki-laki yang iseng nyeletuk ke Leon.“Yon, kok kagak marah-marah kayak biasanya? Sekarang akur ya, sama si Neneng geulis,” celetuk salah satu murid laki-laki yang mempunyai mulut lemes kayak perempuan.Leon dan Alea tampak tidak mempedulikan ocehan murid laki-laki itu. Mereka fokus dengan pikiran mereka masing-masing.Alea heran, kenapa Leon tidak marah-marah atau sebagainya saat berdekatan dengannya?Sementara itu, Leon masih merasa bersalah kepada Alea. Dimaafkan semudah itu oleh Alea, membuatnya semakin merasa bersalah dan menjadi laki-laki pengecut yang tega main fisik sama perempuan. Jika mamanya tahu, pasti ia akan kena hukuman dan ceceran lain-lain dari m
Sekarang ini Sean ada di rumah Alea atau istilah gaulnya mah, Sean lagi ngapelin pacarnya.Kebetulan juga Alea sendirian di rumah, karena papanya belum pulang. Entah papanya akan pulang atau tidak, Alea belum tahu. Papanya belum memberi kabar.Tapi, jika jam delapan nanti papa tidak pulang, maka Alea akan menginap di kontrakan Sean.Bukan sekali, dua kali Alea menginap di kontrakan Sean. Alea sering menginap di sana. Tapi tenang saja, Alea dan Sean tidak pernah berbuat macam-macam. Tidur saja mereka terpisah. Alea tidur di kamar Sean, sementara itu Sean tidur di kamar adiknya.“Semoga aja Papa enggak pulang malam ini, ya, Kak.”Saat ini Alea tengah duduk di pangkuan Sean. Alea sibuk mengelus rambut hitam legam Sean.“Emangnya kenapa kalau Papa pulang? Bukannya kamu seneng, ya, kalau Papa pulang?” tanya Sean heran. Tidak biasanya Alea berharap seperti itu.Alea tersenyum, ia mencubit gemas hidung mancung Sean yang mirip perosotan itu. “Kan ka
Malam ini Alea kembali tidur bersama papanya. Papanya bilang, papa rindu tidur sama Alea. Alea dengan senang hati menuruti permintaan papanya. Alea tidak menyangka malam ini papanya pulang ke rumahnya bukan ke rumah si pelakor.Alea berbaring di tempat tidur dengan Fian yang memeluk tubuh Alea seraya mengusap lembut punggung Alea. Fian merasa deja vu, ia sering melakukan itu saat Alea masih kecil. Fian akan menemani Alea sampai tidur, memeluknya, mengusap punggungnya lembut.“Anak Papa sekarang udah besar, ya,” ucap Fian seraya mengecup kening Alea.Fian tidak menyangka, Alea-nya sudah tumbuh besar menjadi gadis cantik nan ayu yang menjadi incaran para laki-laki. Padahal seperti baru kemarin ia mengajari Alea berjalan, sekarang Alea sudah mampu berjalan sendiri. Padahal seperti baru kemarin ia mengajari Alea naik sepeda, sekarang putri sulungnya itu sudah pandai membawa sepeda motor. Padahal seperti baru kemarin ia mengajari Alea membaca dan menulis, sek
Sedari tadi Alea asyik senyam-senyum sendiri, mengabaikan tatapan aneh dari orang-orang di dekatnya termasuk Leon. Ah, Leon. Bahkan keberadaan laki-laki itu tidak menarik lagi di mata Alea. Alea lebih tertarik berbalas pesan dengan Sean dibandingkan harus mengganggu Leon. Lagi pula Qila tidak ada di sana, Alea tidak tertarik mendekati Leon.Ngomong-ngomong, saat ini Alea tengah berada di atap sekolah bersama teman-teman Juna, yaitu Kenzo, Leon, Dika, dan Ardan. Sementara itu, Chandra pergi ke kantin sekalian membawa gitar miliknya yang tertinggal di ruang musik sehabis membuat konten untuk Channel YouTube Juna.Kebetulan hari ini sedang jamkos, semua guru-guru sedang rapat. Jadi, Alea dan lainnya tidak khawatir akan terlambat masuk kelas.Sean : Mau dibawain apa oleh-oleh dari Jogja?Ya, saat ini Sean tengah berada di Yogyakarta. Sean dan teman-teman kampusnya liburan ke Yogyakarta.Alea : Candi BorobudurAlea terkikik geli setelah mengirimk
Qila yang baru saja datang, keningnya mengerut keheranan melihat Leon dan teman-temannya termasuk Alea diam tak bersuara. Wajah mereka terlihat serius, terutama Kenzo dan Juna. Apakah Qila melewatkan sesuatu?“Ada apa? Kok pada diem-dieman?” tanya Qila penasaran sambil menatap satu persatu dari mereka.Tidak ada yang mau menjawab pertanyaan Qila. Ardan dan Dika tampak beranjak dari duduknya disusul oleh Alea dan Chandra.“Lho, kalian mau pada ke mana?”“Sayang,” panggil Qila. Ia menghampiri pacarnya untuk menanyakan apa yang terjadi sebelum ia datang. Namun, Leon memilih abai dengan pacarnya itu, Leon beranjak dan pergi seperti yang lainnya.Pikiran Leon masih belum jernih. Mood Leon hancur, jadi ia malas berdekatan dengan orang lain termasuk dengan pacarnya yang bawel itu.“Loh, loh, Sayang! Kamu mau ke mana?!” teriak Qila.Leon mengabaikan teriakan pacarnya, ia turun dari atap sekolah.
Sejak tadi Kenzo tidak berhenti mengikuti Alea. Kenzo terus meneror sahabat perempuannya itu dengan pertanyaan yang sama, yaitu mengenai hubungan Alea dengan Sean yang notabenenya adalah kakaknya.“Al, Lo serius pacaran sama bang Sean?” tanya Kenzo untuk ke sekian kalinya, ia masih belum percaya kalau Alea pacaran dengan kakak laki-lakinya.Alea masuk ke dalam kelasnya, lalu duduk di bangkunya. Sementara itu, Kenzo menarik kursi di sebelah Alea, kebetulan teman sebangku Alea, Shella belum datang.“Al jawab dong! Gue ini enggak bisa diginiin!” desak Kenzo karena Alea tidak kunjung memberi jawaban atas pertanyaannya.“Lebay!”Alea dan Kenzo menoleh, mereka berdua melihat sosok Nana. Nana adalah salah satu sahabat perempuan Alea sekaligus mantan Kenzo.“Apa sih mantan, belum move on, ya!” goda Kenzo.Nana mendelik. “Ngimpi! Yang ada Lo yang belum move on dari gue!”