Share

Awal Kehancuran

 "Siapa namamu?" tanya Darren kepada wanita itu.

 "Namaku, Vallery," jawabnya.

 "Hmm!" Darren hanya menanggapi dengan gumaman membuat Vallery kesal.

 "Astaga, aku sangat menyesal sudah memberi tau namaku," ucap Vallery gemas.

 "Kenapa?" tanya Darren.

 "Kau pikir saja sendiri," jawab Vellery, lalu melangkahkan kakinya untuk pergi dari apartment Darren.

 "Kau mau ke mana?" tanya Darren.

 "Bukan urusanmu, but thanks," jawab Vallery.

 "Jadi urusanku kerena kau semalam tidur di sini, aku akan mengantarmu pulang," ucap Darren dengan nada datar.

 "Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri," ucap Vallery.

 "Hei Nona, kau terlalu sombong," ucap Albert yang baru selesai mengganti pakaian.

 "Biarkan saja, aku yang sombong, bukan kau, jadi tidak perlu peduli dengan sikapku," ucap  Vallery, lalu Albert menghampiri Vallery dengan seringainya. 

 "Menarik, kau wanita pertama yang berkata kasar kepadaku, mau menemaniku tidur malam ini? Ayolah jangan menolak, aku yakin kau akan sangat puas dengan pemainan yang aku buat ...."

 PLAAK

 Vallery menampar pipi Albert dengan sangat kencang.

 "Bastard sialan, kau pikir aku wanita murahan yang sudi menghangatkan ranjangmu?" tanya Vallery sengit.

 "Kau sok suci, aku tidak yakin jika kau masih utuh," ucap Albert dengan nada mengejek.

 "Aku tidak akan termakan jebakanmu, pria bodoh, jebakanmu terlalu murahan," ucap Vallery.

 "Kau benar-benar ...."

 "Hentikan!" pekik Darren membuat Albert diam.

 "Kepalaku terasa ingin pecah mendengar ocehan kalian, ini masih pagi jangan membuat moodku hancur gara-gara perdebatan tidak bermutu ini," ucap Darren lagi.

  Darren sangat muak mendengar perdebatan Vallery dan Albert, itu membuat moodnya menjadi tidak baik pagi ini.

  BRAAK

 Vallery keluar dari apartment Darren seraya menutup pintu dengan sangat kencang, membuat Albert dan Darren terkejut.

 "Cih ... dasar munafik," maki Albert.

 "Diam!" ucap Darren tajam.

  "Lalu apa namanya jika bukan munafik, sok suci, ini pertama kalinya ada wanita yang menolak tidur denganku," ucap Albert kesal.

 Darren tidak mendengarkan ocehan temannya lagi, dia segera duduk dan menikmati sarapan yang sudah dibuat oleh Vallery, Darren membiarkan Albert mengeluarkan sumpah serapahnya untuk Vallery.

 "Hati-hati, jika makanan itu beracun bagaimana?" tanya Albert.

 "Astaga Albert, tolong aku ... aku ... Tidak bisa bernafas," ucap Darren dengan terbata.

 "Aku sudah katakan, bisa saja wanita itu memberi racun di makanan ini," ucap Albert panik karena melihat Darren yang kesulitan bernafas.

 "Bodoh, kau mudah sekali tertipu," ucap Darren dengan santai, lalu pergi meninggalkan Albert yang bingung.

 "Darren, aku tidak akan mengampunimu!" pekik Albert setelah paham dengan apa yang Darren lakukan.

  Tapi percuma, Darren tidak akan mendengar karena dia sudah pergi.

 Sampai di basement, Darren segera pergi menuju kantornya, lebih tepatnya perusahaan yang dia dirikan dari hasil kerja kerasnya, perusahaan yang bisa bersaing dengan perusahaan milik orang tuanya.

 Saat sampai halte, Darren melihat Vallery yang sedang duduk, sepertinya sedang menunggu bus atau taksi, Darren menghentikan mobilnya di hadapan Vallery lalu membuka kaca mobilnya.

 "Masuklah, aku akan mengantarmu," ucap Darren.

 "Tidak perlu, terima kasih," ucap Vallery.

 "Kau tinggal di mana?" tanya Darren.

 Lalu Vallery menyebutkan alamat rumahnya.

 "Masuklah, kita satu arah," ucap Darren lagi, Vallery pun akhirnya masuk ke mobil Darren.

 "Terima kasih, maaf selalu merepotkanmu," ucap Vallery.

 "Hmm!" 

 "Astaga, lagi-lagi," ucap Vallery lirih.

 Keadaan menjadi hening setelah perbincangan singkat mereka, sampai Vallery melihat foto wanita cantik yang tergantung di mobil Darren, Vallery tidak bisa menahan rasa penasarannya untuk bertanya kepada Darren.

 "Dia siapa?" tanya Vallery.

 "Istriku," jawab Darren.

 "Sorry, berarti semalam kau ...."

 "Tak apa, lagi pula dia berada di tempat terbaik," ucap Darren datar.

 "Sampaikan maafku kepada istrimu, karena membuat kau tidak pulang semalam, aku tidak bermaksud untuk ...."

 "Diamlah, Vallery," ucap Darren menyela.

 Vallery bungkam seketika mendengar ucapan Darren.

 "Apa istrinya tahan dengan sikap acuhnya ini, aku tidak bisa membayangkan jika aku yang menjadi istrinya, setiap hari tekanan darahku pasti naik," ucap Vallery dalam hatinya.

 "Apa kau masih ingin diam di sini?" tanya Darren, setelah menghentikan mobilnya.

 Vallery melihat ke arah luar ternyata dia sudah sampai di kawasan perumahan elite miliknya.

 "Aku hanya bisa mengantarmu sampai sini," ucap Darren.

 "It's oke, thank's," ucap Vallery, lalu segera turun karena yakin Darren tidak akan menjawab ucapannya.

 Benar saja, bahkan sampai mobil sport pria itu menghilang, Vallery tidak mendengar Darren bicara lagi.

 "Untung kau tampan dan baik, jika kau sangat menyebalkan seperti pria itu, aku pasti akan memakimu habis-habisan," ucap Vallery.

 "Nona, anda ke mana saja?" tanya seorang bertubuh tegap dengan pakaian serba hitam. Tidak seorang, tapi beberapa orang datang menghampiri Vallery, saat melihat wanita itu turun dari mobil sport mewah. 

 "Kenapa? Si bujang tua itu pasti mencariku?" tanya Vallery kepada pria itu.

  Vallery tau jika orang-orang yang ada di hadapannya ini pasti orang suruhan yang mencari dirinya karena tidak pulang semalaman.

 "Ya Nona, tuan Troy sangat mencemaskan anda, ayo pulang sekarang," jawabnya lalu berjalan mendampingi Vallery di belakang.

  Vallery sangat muak dengan semua ini, ke mana-mana selalu ada bodyguard yang menjaga, tidak boleh begini tidak boleh begitu, Vallery ingin bebas.

 "Haiish ... Kapan pria itu akan memberi kebebasan untukku," Vallery berjalan dengan tak hentinya menggerutu.

 Saat sampai di rumah nan mewah miliknya, seorang pria yang terlihat cemas langsung menghampiri Vallery.

 "Aily dari mana saja,.semalaman tidak pulang, ponselmu pun tidak dapat dihubungi?" tanya pria itu khawatir.

 "Kalian menemukan dia di mana?" tanyanya kepada para bodyguard.

 "Diamlah Kak, aku lelah," ucap Vallery, pria itu adalah Troy Harrison, kakak dari Vallery Harrison.

  "Kau sudah tau tentang si brengsek itu?" tanya Troy menebak.

  "Ya, dan dia lebih memilih jalang itu dari pada aku," jawab Vallery.

 "Sudah istirahatlah, aku akan pergi ke kantor sekarang, biar pelayan mengantarkan makanan untukmu," ucap Troy lalu pandangannya beralih kepada para bodyguard yang masih setia menunggu perintah darinya, "dan kalian jaga adikku baik-baik, jika terjadi sesuatu kepadanya aku akan penggal kepala kalian semua."

 "Baik, Tuan," setelah itu Troy pergi menuju kantornya.

 "Darren, kita akan bertemu lagi," ucap Troy menyeringai.

 "Apa kau sudah menemukan siapa dalang di balik kekacauan kemarin?" tanya Troy kepada Brian, dia adalah orang kepercayaan Troy.

 "Belum," jawab Brian.

 "Temukan segera, jangan sampai polisi membuka kasus wanita itu lagi," ucap Troy.

 "Aku tau," ucap Brian.

 "Jam berapa meeting dengan dia?" tanya Troy.

 "Siang nanti," jawab Brian.

 "Aku sangat ingin menghancurkan dia," ucap Troy.

 "Lakukan saja, perlahan tapi pasti," ucap Bian menyeringai.

  "Tentunya, aku tidak menyangka jika keadaan dia akan berubah seperti ini, apa mungkin dia tau apa yang sudah kita lakukan dulu?" tanya Troy.

 "Aku rasa tidak, wanita itu tidak memiliki bukti apapun untuk bicara kepada polisi," jawab Bian.

 "Mereka benar-benar bodoh," ucap Troy.

 "Kenapa kau ingin sekali melihat dia hancur?" tanya Bian.

 "Karena dia alasan wanita itu menolakku," jawab Troy penuh penekanan.

 "Sekarang aku mengerti, kenapa kau melakukan itu kepada si gadis malang," ucap Brian sambil memegang kemudian dengan kuat hingga kukunya memutih.

 "Ya, tapi sayangnya dia lebih memilih hidup menderita dari pada menjadi ratuku," ucap Troy.

***

 Setelah sampai di perusahaan, Darren langsung disibukkan dengan setumpuk pekerjaan, perusahaan Darren adalah perusahaan penggerak property dan arsitektur, Darren membangun semuanya dari nol bersama dengan sahabatnya Albert.

 Usaha mereka tak sia-sia, perusahaan Darren berkembang dengan pesat dan mampu bersaing dengan perusahaan besar lainnya di California termasuk perusahaan milik keluarganya, yaitu Royal Group.

  Siapa yang tidak tau perusahaan itu, bahkan Royal dijuluki sebagai kerajaan Khalfani. Ya, keluarga Khalfani memang sangat terkenal, di seluruh penjuru California, perusahaan manapun pasti ingin bekerja sama dengan Royal.

 Tapi, dengan apa yang dimiliki oleh keluarganya tidak membuat Darren tertarik sedikitpun, padahal Darren adalah pewaris tunggal Royal, dia lebih memilih membangun usahanya sendiri. Bahkan, Darren menutupi identitas dia yang sebenarnya dari orang lain, kecuali Albert sahabatnya.  

  "Morning Honey, semua yang aku punya tidak ada artinya karena kau tidak bersamaku lagi," ucap Darren sambil memandang foto istrinya yang selalu ia simpan di atas meja kerjanya.

 Tok tok tok

 "Masuk!" perintah Darren kepada seseorang yang mengetuk pintu ruangannya dari luar.

 "Ini berkas kerja sama milik dia," ucap Albert.

 "Tolak saja, aku tidak ingin bekerjasama dengannya," ucap Darren tetap fokus dengan berkasnya.

  "Baiklah, sesuai apa yang kau inginkan," ucap Albert lalu keluar dari ruangan Darren.

 "Tunggu kehancuranmu, kau akan membayar semua penderitaan yang dirasakan oleh istriku." ucap Darren.

Bersambung...

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status