Share

Hanya Dia!

Penulis: Fitri Laxmita
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-08 12:00:54

  "Cih!" Albert memalingkan wajah dan mendecih, ia lalu kembali menatap Darren lagi, "pria beristri, sampai kapan kau terus terbelenggu dengan masa lalu?"

  "Aku tidak terbelenggu masa lalu, memang kenyatannya seperti itu," jawab Darren.

 Albert hanya menghela nafasnya panjang, sudah dua tahun berlalu, tapi Darren masih bersikap seperti ini, menganggap dirinya masih beristri, sebesar itukah rasa cinta yang Darren miliki untuk mendiang istrinya, sampai-sampai Darren terus bersikap seperti ini, enggan membuka hati untuk menerima wanita lain.

 Sudah berapa kali keluarganya berusaha untuk menjodohkan Darren, begitu juga dengan Albert yang selalu mengenalkan Darren kepada teman wanitanya tapi selalu berakhir dengan penolakan dari Darren. 

 "Bagaimana, apa kau suka melihat pertunjukan tadi?" tanya Albert dengan seringainya.

 "Tentu," jawab Darren, "aku sangat menyukainya, tinggal berapa gelintir lagi lalat yang belum musnah?"

 "Hanya beberapa lagi menuju ke inti," jawab Albert.

"Bagus, aku tidak sabar melihat dia terkapar tak berdaya di hadapanku," ucap Darren.

 "Jangan lupa, aku juga ingin melihat bajingan itu mengemis meminta ampun, lalat tidak berguna seperti mereka adalah sampah masyarakat yang harus dimusnahkan," ucap Albert.

  "Selanjutnya, siapa sasaran kita?" tanya Albert.

  "Biarkan mereka tenang untuk beberapa saat, setelah itu baru kita mulai kembali," jawab Darren.

  "Ngomong-ngomong, tumben kau masih berada di sini?" 

  "Aku tidak tinggal di neraka itu lagi," jawab Darren.

  "Why?" tanya Albert dengan alis yang terangkat.

  "Kau juga tau apa yang terjadi, siluman itu selalu saja membawa pengaruh buruk untuk Jordhan," jawab Darren.

 "Sinting! Setidaknya panggil dia ayah, dia itu ayahmu," ucap Albert.

 "Dia tidak pantas untuk sebutan itu, kau juga tau bagaimana dia memperlakukan aku dan ibuku, sampai kami harus terpisah seperti ini," ucap Darren.

  "Besok kau ada meeting dengan dia," ucap Albert.

  "Haiish ... sangat menyebalkan bertemu lagi dengan dia, kau saja yang pergi aku akan mengurus yang lainnya," ucap Darren.

  "Hmm ... kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Albert.

 "Yang mana?" tanya Darren.

 "Kau temukan di mana wanita itu?"

  "Dia dengan sengaja menabrakkan diri ke mobilku, untung saja aku sedang dalam mode waras mengendarai, jika tidak dia sudah pasti mati," jawab Darren.

 "Oh ... boleh aku mencicipi dia?" tanya Albert dengan seringainya.

  "Sinting kau!" maki Darren.

  "Just for fun, Darren," ucap Albert.

 "Kau tidak pernah ada habisnya memikirkan hal kotor seperti itu," ucap Darren.

 "Karena melakukan itu sangat nikmat," ucap Albert.

 "Terserah kau saja, aku tidur di kamarmu malam ini," ucap Darren.

 "Cih ... Aku tidak sudi tidur sekamar denganmu, aku lebih suka tidur seranjang dengan wanita seksi yang bisa memuaskan aku," ucap Albert.

 "Kau amnesia? Ini apartemen milikku, jadi kau harus menuruti apa perintahku," ucap Darren gemas.

 "Aku sudah menyewa tempat ini jika kau lupa, jadi aku yang berhak untuk menentukan siapa yang akan tidur di kamarku, lagi pula mana ada pemilik apartment menumpang di apartment miliknya yang sudah disewa orang lain," ucap Albert.

 "Ada, aku yang pertama melakukan itu," ucap Darren.

 "Kenapa kau tidak pergi ke rumah saja?" tanya Albert.

 "Terlalu jauh bodoh, aku malas membawa wanita ke rumahku, rumah itu hanya boleh diisi oleh ...."

 "Ya, ya, ya aku sudah tau tidak perlu dilanjutkan lagi," ucap Albert menyela.

 "Sudahlah, aku ingin tidur sekarang," ucap Darren.

  Lalu Darren melangkahkan kakinya menuju kamar Albert, tapi dengan cepat Albert masuk lebih dulu dan mengunci kamarnya agar Darren tidak masuk.

 "Haiish ... Pria itu benar-benar tidak mengijinkan aku tidur di kamarnya!" ucap Darren kesal, sedangkan Albert menyeringai dari balik pintu kamarnya.

 "Bodoh saja jika dia tidak tergiur dengan tubuh molek gadis itu, sorry Darren aku hanya ingin melihatmu melupakan semua masa lalumu dan memulai kehidupan baru," ucap Albert lalu melemparkan tubuhnya di atas ranjang.

 Sementara Darren dengan langkah gontai masuk ke kamarnya, dia mengambil bantal dan selimut yang ada di lemari, Darren tidak mungkin tidur satu ranjang dengan gadis itu, bagaimanapun Darren adalah pria normal yang masih memiliki hasrat untuk dituntaskan.

  Dengan menatap langit-langit kamarnya, Darren merebahkan tubuhnya di sofa, kenangan masa lalu terus berputar di dalam otaknya hingga membuat Darren terlena ke alam mimpinya.

***

 "Sedang apa kau di sini, Miss Lio?" tanya Darren kepada seorang wanita cantik dengan rambut indah yang dibiarkan tergerai.

 "Aku sedang menunggumu, Mr. Khalfani," jawabnya dengan senyuman yang mengembang.

  "Untuk apa menungguku, hhm?" tanya Darren seraya memainkan rambut panjang wanita itu.

 "Menunggumu untuk bahagia," jawabnya.

 "Aku sudah bahagia seperti ini," ucap Darren.

 "Tidak Darren, kau kesepian, kau tidak bahagia dengan semua ini akhiri semuanya, apa kau tidak lihat jika aku sudah bahagia?" tanya wanita itu.

 "No Honey, aku tidak bisa melupakan setiap air mata yang kau teteskan kerena ulah para bajingan itu," jawab Darren.

 "Mereka sudah mendapatkan balasannya, jadi akhiri semuanya sebelum terlalu jauh, mulailah kehidupan baru dengan penuh kebahagiaan, walaupun kau bahagia tidak bersama denganku," ucapnya lagi.

 "Aku bahagia seperti ini, jangan meminta aku untuk mencari penggantimu, karena sampai kapanpun hanya kau wanita yang aku cintai," ucap Darren.

"Sekarang kau belum menyadarinya, jika saatnya sudah tiba kau pasti bisa melupakan aku dan hidup bahagia, love uou so much Honey, bye," ucapnya lagi seraya melangkah pergi dari Darren.

 "Tidak Lio, kau tidak boleh pergi, kembali kepadaku!" pekik Darren tapi wanita yang dia panggil hanya menoleh dan tersenyum manis kepada Darren lalu melambaikan tangannya.

 "Lio kembali, please Lio jangan tinggalkan aku,"

 "Lio!" pekik Darren terbangun dari tidurnya, ternyata dia bermimpi lagi.

 Darren duduk dengan nafas yang memburu, dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul lima pagi.

 "Aku berharap kau kembali padaku, Lio," ucap Darren.

 Ceklek

 Darren menoleh saat pintu kamar mandi terbuka, dari sana keluar wanita yang semalam sudah menabrakkan diri ke mobilnya.

 "Kau sudah bangun?" tanya Dia seraya mengeringkan rambutnya yang basah.

 "Sorry, aku memakai handukmu," ucapnya lagi.

 "It's oke," ucap Darren datar.

 "Terima kasih karena kau telah membawaku ke sini," ucapnya.

 "Hmm," Darren hanya bergumam membuat wanita itu kesal.

 "Apa kau tidak bisa bicara lebih banyak lagi?" tanyanya.

 "Bisa," jawab Darren singkat.

 "Haiish ... Sangat menyebalkan," ucapnya lalu berjalan keluar menuju dapur.

 "Kau yang menyebalkan, dasar gadis bodoh," maki Darren segera beranjak dari sofa menuju kamar mandi.

  Di dapur, gadis itu terlihat mencari-cari sesuatu yang bisa dimasak, tapi dia hanya menemukan roti tawar, susu dan telur, akhirnya dia memutuskan membuat french toast untuk sarapan.

 "Hai Nona, kau sudah sadar rupanya," sapaan Albert membuat wanita itu terkejut.

 "Kau siapa?" Albert malah tergelak mendengar pertanyaan wanita itu.

 "Kenapa kau tertawa?" tanyanya lagi.

 "Kau aneh Nona, seharusnya aku yang bertanya kau siapa, kau sedang ada di apartemenku," jawab Albert.

 "Sorry, aku pikir hanya dia yang tinggal di apartment ini," ucapnya.

 "Apa pria dingin itu tidak menerkammu semalam?" tanya Albert menyeringai.

 "Menerkam apa maksudmu?"

 "Kau jangan pura-pura bodoh Nona, jaman sekarang sulit mencari wanita yang masih mempertahankan kesuciannya," jawab Albert.

 "Kau jangan gila, aku bukan wanita murahan yang rela melemparkan diri kepada siapa saja," ucapnya kesal tapi Albert malah tertawa dengan kencang, dan ...

 Byuur

 Wanita itu menyiram Albert.

 "Kau gila?" tanya Albert dengan kesal.

 "Kau yang gila bukan aku, ternyata semua penghuni di sini sama saja yang satu seperti orang bisu, yang satu lagi kewarasannya sudah hilang," jawabnya kesal.

 "Jika kau ingin mandi di kamar mandi saja, jangan di sini," ucap Darren yang baru saja keluar dari kamar.

 "Mandi apa? Wanita gila ini sudah menyiramku," ucap Albert kesal.

 "Kau yang gila bukan aku," ucapnya tak terima.  

"Enak saja, kau yang gila," ucap Albert.

 "Hentikan, kalian jangan seperti anak kecil, kau cepat ganti pakaian sebentar lagi kita harus pergi," ucap Darren kepada Albert, dengan kesal Albert kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaian.

 "Aku sudah membuatkan sarapan untuk kalian, anggap saja sebagai ucapan terima kasihku kepadamu," ucapnya lalu melangkahkan kakinya untuk pergi.

 "Tunggu dulu!" cegah Darren.

 "Ada apa?" tanya wanita itu, sambil melmutar tubuhnya menghadap Darren.

 "Siapa namamu?" tanya Darren.

 Bersambung...

    

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Love in Revenge   Berada di Dua Hati

    Darren kembali menatap Vallery yang tersenyum melihat bunga-bunga yang tumbuh dengan sangat cantik di sekitar danau. Tempat ini adalah tempat impian Liora, yang belum sempat Darren wujudkan, dan ini pertama kalinya Darren mengajak seorang wanita ke tempat ini. "Kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Darren. "Yang mana?" tanya Vallery. "Kenapa kau tidak memikirkan dia lagi, bukankah kau sangat mencintai pria itu?" tanya Darren. "Itu karena aku mencintaimu," tapi nyatanya ungkapan itu hanya Vallery pendam dalam hatinya. Rasanya, Vallery ingin sekali meloloskan kalimat itu dari bibirnya, tapi Vallery tidak ingin merusak hubungan pernikahan Darren dengan Niela. "Haiish ... Kau sangat lambat, sudahlah aku tidak ingin mendengar lagi jawabanmu," ucap Darren lalu beranjak dari tempatnya. "Kau mau ke mana?" tanya Vallery. "Pulang," jawab Darren singkat. "Lalu aku bagaima

  • Love in Revenge   Sisi Lain Part 2

    Troy nampak duduk dengan santai sambil menikmati kepulan asap rokok yang ia nyalakan, suara seorang pria yang mengemis memohon ampun kepadanya terdengar sangat merdu di telinga Troy. Dia sedang berada di suatu tempat, tempat yang selalu Troy gunakan untuk menyiksa musuh dan orang yang berkhianat kepadanya. "Kau menyiksa siapa lagi?" tanya Edward, dia teman Troy yang baru saja tiba dari Jerman. "Pria yang sudah membuat adikku menderita," jawab Troy. "Hmm ... sudah aku katakan, berikan adikmu padaku, aku akan membuat dia seperti ratu apapun yang dia minta aku pasti akan mengabulkannya," ucap Edward, memang sudah lama dia menyukai Vallery. "Cih ... aku pun mampu memberikan yang lebih dari pada apa yang kau berikan, adikku tidak membutuhkan uangmu," ucap Troy dengan pongahnya. "Ya terserah kau, satu hal yang harus kau tau, kalau aku benar-benar mencintai adikmu," ucap Edward. "Tuan, apa and

  • Love in Revenge   Sisi Lain

    "Aku memang memiliki perasaan yang berbeda kepada wanita ini, perasaan yang sama saat aku bersama Liora, tapi aku tidak yakin dengan semua ini karena Liora selalu hadir di dalam pikiranku," ucap Darren dalam hatinya. Kyra kembali tersenyum melihat Vallery dan Darren yang sama-sama terdiam. "Kalian akan saling mencintai, sama seperti aku," ucap Kyra. "Astaga, perkembangan yang sangat bagus," pekik Grace yang baru saja datang ingin memeriksa keadaan Kyra. Tapi Grace mendapatkan kejutan melihat Kyra yang tersenyum dan mengatakan hal lain. "Grace!" ucap Darren, Kyra memiringkan kepalanya seraya terus memandangi wajah Darren, dia merasa tidak asing dengan wajah Darren. "Kau, Jo?" tanya Kyra lirih seraya menunjuk kepada Darren."Bukan Mom, aku Darren anakmu," jawab Darren. "Tidak, jangan bunuh anakku, mereka melenyapkan anakku, Jo!" pekik Kyra histeris. "Siapa yang mer

  • Love in Revenge   Bertentangan Dengan Hati

    "Kau sudah jatuh cinta, Mr. Khalfani!" "Astaga!" Darren memekik karena terkejut merasa mendengar suara serupa bisikan."Lio," ucap Darren lirih."Liora sudah tidak ada, Darren," ucap Albert yang mendengar gumaman Darren. "Dia masih ada di dalam hidupku," ucap Darren, Albert hanya menghela nafas panjang mendengar ucapan Darren yang belum bisa lepas dari Liora. "Ada apa kau menghubungiku tadi?" tanya Albert. "Grace itu adik kandung ibuku," jawab Darren. "Sudah ku duga," ucap Albert. "Cari tau tentang dia," ucap Darren. "Sudah aku lakukan," ucap Albert. "Sejak kapan?" tanya Darren. "Sejak aku menduga hal itu," jawab Albert. "Ternyata kau cepat tanggap, aku kira kau hanya memikirkan ...." "Wanita!" sela Albert. Darren mengangkat bahunya. "Wanita membuatku selalu cerdas," ucap Albert dengan menyeringai.

  • Love in Revenge   Tak Asing

    Mata Darren memicing saat melihat wanita yang ada di foto itu, wajah wanita yang ada di sana sangat familiar untuk Darren. "Kau kenal dia?" tanya Aiden. "Sebentar," jawab Darren dengan tetap mengamati foto itu dengan seksama. "Haiish ... menebak siapa dia saja, kau sangat lambat, Darren," ucap Aiden gemas."Bukan seperti itu Opa, aku tidak yakin jika dia wanita yang aku maksud," ucap Darren. "Lalu menurutmu dia siapa?" tanya Aiden. "Dia Grace, dokter yang menangani mom di rumah sakit," jawab Darren, lalu Darren kembali menatap foto itu, mungkin saja dia salah melihat. "Astaga, ternyata kau sangat lambat berpikir Darren," ucap Aiden. "Ada apa, Opa?" tanya Darren. "Dia itu adik ibumu," jawab Aiden dengan gemas. "What? Mommy memiliki adik?" tanya Darren. "Ya, Opa baru mengetahui dua minggu yang lalu," jawab Aiden. "Pantas saja

  • Love in Revenge   Albert vs Vallery

    Darren melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota di pagi hari yang masih belum terlalu padat, pandangannya memicing saat melihat wanita di halte menggunakan pakaian formal, dan membawa sesuatu di tangannya. "Tahan Darren, jangan berhenti di hadapan dia," ucap Darren. Darren berhasil melewati wanita itu, tapi baru beberapa meter Darren memundurkan kembali mobilnya dan berhenti tepat di hadapan wanita itu. "Ah sial ... kenapa kau tidak bisa diajak bekerja sama," umpat Darren. Lalu dia menurunkan kaca mobilnya. "Haish ... sepagi ini kenapa aku harus bertemu denganmu," umpat Vallery. "Diam bodoh, kau mau ke mana?" tanya Darren. "Mencari pekerjaan," jawab Vallery. "Masuklah!" perintah Darren. "Tidak mau, kau pasti akan meledekku," ucap Vallery. "Ya sudah jika kau tidak mau, sebenarnya aku bisa memberimu pekerjaan," ucap Darr

  • Love in Revenge   Menyeramkan Lebih dari Hantu

    BRAAK Darren menutup pintu kamar Niela dengan sangat kencang, membuat Niela terkejut. "Dasar pria menyebalkan, kau tidak tau jika banyak wanita yang ingin memiliki tubuh langsing seperti aku," pekik Niela tapi Darren tidak mungkin akan mendengarnya. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan aku," ucap Niela lalu mengunci pintu kamarnya karena takut Darren akan kembali dan benar-benar membuat Niela melayaninya.Setelah itu, Niela menutup jendela dan tirai, Niela baru merasakan sakit di sekujur tubuh karena perbuatan ayahnya. "Syukurlah, setidaknya aku tidak akan disiksa lagi oleh daddy," ucap Niela, lalu mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mulai terlelap.*** "Vallery," gumam Darren seraya menatap langit-langit kamarnya dengan kedua tangan yang menopang kepalanya. "Cantik," gumam Darren lagi, "astaga ... kenapa aku terus membayangkan wajah dia," uca

  • Love in Revenge   Perlakuan Darren

    "Benar-benar wanita ular, ilmu apa yang dia gunakan hingga pria itu sangat mempercayainya, ingin sekali aku melmelenyapkannya sekarang juga. Tapi semuanya belum terbongkar," ucap Darren seraya melepas dasi dan jas yang ia gunakan. Setelah itu Darren masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, banyak kejadian yang ia alami hari ini. Bertemu dengan Niela gadis lugu yang diam saja ketika dirinya dianiaya dan sekarang gadis itu tinggal seatap dengannya. Dirasa cukup segar, Darren segera menghentikan aktifitasnya di kamar mandi menuju walk in closet, setelah itu Darren duduk di tepi ranjang, tangannya terulur mengambil foto Liora yang terpajang di atas nakas. "Lio, gadis lugu itu mirip denganmu, tapi sayangnya dia sangat lemah tidak sepertimu yang berani," ucap Darren seraya membelai foto Liora. "Banyak janji yang belum sempat aku penuhi kepadamu, maafkan aku, Honey. Aku tidak akan menjadi pengecut lagi seperti dulu, aku aka

  • Love in Revenge   Keyakinan yang Goyah

    "Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Elma dengan pandangan yang memicing. "Ti ... Tidak, Oma," jawab Niela gugup. "Lalu kenapa kedua sudut bibirmu lebam?" tanya Elma. "A ... Aku terbentur Oma, ya terbentur." "Astaga ... Dasar bodoh, mana mungkin orang terbentur tepat di sudut bibir," ucap Darren lirih dengan gemas karena kebodohan Niela. "Kau yakin jika itu karena terbentur?" tanya Elma. "Oma, ini sudah waktunya minum obat, lebih baik kita pergi ke kamar, setelah itu Oma istirahat," ucap Niela mengalihkan pembicaraan. "Ya, kali ini kau selamat, Oma tau kalau kau mengalihkan pembicaraan," ucap Elma, lalu Niela mendorong kursi roda Elma menuju kamar. Darren juga memutar langkahnya menuju lift, untuk ke lantai tiga di mana kamarnya berada, tapi langkahnya dicegah oleh Aiden. "Ada apa lagi Opa? Aku sangat lelah hari ini," ucap Da

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status