Share

Bertemu Dengannya

 Vallery langsung bungkam mendengar ucapan Darren, kedua matanya kembali memandang wajah Darren yang fokus menatap ponselnya.

  "Sangat tampan," ucap Vallery dalam hatinya.

  "Katakan pada supir kau akan turun di mana," ucap Darren tanpa menoleh kepada Valley sedikitpun.

  "Aku turun di sini saja," ucap Vallery.

  Padahal ini masih jauh menuju ke rumahnya, Vallery tidak ingin terus bersama Darren karena dia merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya saat berdekatan dengan Darren.

  "Jangan menatapku seperti itu, jika kau ingin turun ya turun saja," ucap Darren.

  "Kenapa dia bisa tau kalau aku sedang menatapnya," ucap Vallery dalam hatinya.

  "Jangan memakiku di dalam hatimu," ucap Darren.

  "Cih ... kau terlalu percaya diri Mr. Darren,"  ucap Vallery.

  "Benarkah?" tanya Darren dengan alis yang terangkat.

  "Kau punya indra ke enam?" tanya Vallery

  Pletak

  "Aww," lagi-lagi Darren menyentil kening Vallery membuat gadis itu meringis.

  "Ternyata otakmu tertinggal di club sana," ucap Darren.

  "Menyebalkan!" umpat Vallery, lalu turun dari mobil Darren yang baru saja berhenti.

  "Terima kasih, Pak," ucap Vallery kepada supir Darren, membuat Darren mendelik sinis kepadanya.

  "Apa? Jangan harap aku akan mengucapkan terima kasih kepadamu," ucap Vallery sengit lalu pergi.

  "Gadis tidak tau diri, sudah ditolong malah bersikap kurang ajar," ucap Darren, lalu sang supir melajukan kembali mobilnya.

  "Tuan, apa kita langsung menuju kantor?" tanya supir.

  "Ke rumah dulu, aku harus mengganti pakaian dan mengambil berkas," jawab Darren, mereka pun menuju rumah terlebih dahulu.

  Setelah sampai rumah, Darren segera menuju kamarnya untuk bersiap.

  "Darren!"

  Siapa lagi jika buka teman kurang ajarnya yang memanggil Darren dengan sangat kencang.

  "Dia mengantarkan nyawa sendiri," ucap Darren, setelah memakai jasnya Darren keluar untuk memaki pria itu.

  "Rupanya, semalam kau bersenang-senang," ucap Albert yang sudah duduk manis di meja makan.

  "Kau ingin aku bunuh dengan cara apa? Ditembak atau aku lempar ke lautan?" pertanyaan Darren membuat Albert tertawa dengan sangat kencang.

  "Kau jangan tertawa, bodoh!" ucap Darren dengan menatap tajam kepada Albert.

  "Kau yang bodoh, semalaman tidur dengan wanita cantik tapi kau tidak melakukan apapun, membuang-buang waktu, seharusnya kau bermain beberapa ronde dengan dia bukan tidur sampai pagi," ucap Albert.

  "Aku bukan pria bastard sepertimu," ucap Darren lalu mulai memakan sarapan yang sudah disiapkan oleh pelayan.

  "Kenapa kau bisa tidur dengan gadis menyebalkan itu?" tanya Albert.

  "Dia mabuk," jawab Darren.

  "Satu atau dua kali bertemu, namanya memang kebetulan, jika ketiga kali bertemu lagi, berarti itu sudah takdir," ucap Albert.

  "Aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan," ucap Darren.

  Darren membersihkan sudut bibirnya setelah menghabiskan makanannya, saat akan beranjak, ponselnya berbunyi.

 Via telpon.

  "Halo, ada apa Oma?" tanya Darren.

 "Oma ingin bertemu denganmu, apakah sore ini kau bisa datang ke mansion?" tanya Elma.

  "Baiklah, pulang dari kantor aku akan menemui Oma," jawab Darren.

  "Oma tunggu, bye," 

Via telpon end.

  "Kau cari tau siapa lagi gadis yang akan oma jodohkan denganku," ucap Darren.

  "Memangnya oma mengatakan jika dia ingin menjodohkanmu?" tanya Albert.

  "Tidak, tapi aku gakin jika oma akan melakukan itu" jawab Darren.

  "Kau terlalu yakin, bisa saja oma benar-benar ingin bertemu denganmu," ucap Albert.

  "Sudahlah lebih baik kita pergi ke kantor sekarang," ucap Darren lalu beranjak dari kursinya. 

  Mereka pun pergi menuju kantor Darren, dan mulai bergelut dengan setumpuk pekerjaan.

 ***

  Sore harinya, sebelum Darren menuju mansion kakeknya, Darren menuju ke ruangan Albert terlebih dahulu.

  "Mana, siapa dia?" tanya Darren.

  "Aku tidak tau, semua orang sangat sibuk hari ini," jawab Albert yang tetap fokus dengan kertasnya, hari ini Albert harus menyelesaikan beberapa pekerjaan.

  "Ck ... kau ini," ucap Darren berdecak kesal.

 "Perjodohan tidak akan membuatmu mati, jadi kau tenang saja," ucap Albert meledek.

  Lalu Darren beranjak dari tempatnya, untuk menuju ke mansion.

  "Apa lagi yang akan mereka lakukan?" tanya Darren lalu mulai melajukan mobilnya.

  Beberapa menit perjalanan, Darren tiba di mansion bertepatan dengan seorang wanita cantik.

  "Sudah ku duga," ucap Darren lalu mendelik sinis kepada wanita yang tersenyum manis kepadanya.

  "Apa ada yang salah denganku?" tanya wanita itu, karena Darren berjalan di hadapannya tanpa menyapa dirinya.

  "Oma, Opa!" panggil Darren melihat kakek dan neneknya sedang duduk menanti kedatangan Darren.

  "Owh ... ternyata kalian datang di waktu yang bersamaan," ucap Elma.

  "Kalian merencanakan apa?" tanya Darren penuh selidik.

  "Kau selalu saja berpikiran buruk kepada orang tua ini," jawab Aiden.

  "Oma hanya ingin mengenalkan seseorang yang akan merawat Oma di sini," ucap Elma seraya melirik kepada wanita cantik yang ada di samping Darren.

  "Ayo, kalian berkenalan dulu," ucap Elam.

  "Aku harus pergi lagi, Oma," ucap Darren.

  "Kau mau ke mana? Oma sudah meminta pelayan untuk membuat makanan kesukaanmu," ucap Elma.

  "Ada pekerjaan yang harus aku urus," ucap Darren.

  "Ya sudah, kau lupakan saja permintaan orang tua ini yang ingin makan malam bersama dengan cucunya, pergi sana Oma tidak ingin melihat wajahmu lagi," ucap Elma dengan menelas.

  Elma yakin jika dia sudah bersikap seperti ini, pasti Darren tidak akan menolak apa yang dia inginkan.

   "Niela!" panggil Elma karena sejak tadi dia hanya melamun.

  "Ya, apa Nyonya memerlukan sesuatu?" tanya Niela dengan lembut.

  "Tidak, aku hanya ingin kau duduk di sampingku," ucap Elma.

   Lalu Niela pun duduk di samping Elma. Aiden dan Elma saling pandang, lalu menghela nafasnya panjang karena Darren sejak tadi diam dengan memasang wajah datarnya yang serius menatap ponsel.

  "Bongkahan es itu kapan akan mencair lagi?" tanya Aiden.

 

 "Entahlah, aku juga tidak tau apa yang membuat bongkahan es itu semakin keras," ucap Elma.

   "Tidak perlu menyindir, aku sudah mengerti apa yang dimaksud Oma dan Opa," ucap Darren.

  "Baguslah jika kau tau, itu artinya kau pintar," ucap Aiden.

  "Selamat sore, Mom, Dad, Darren kapan kau datang?" tanya Merlin.

 Merlin baru saja sampai dengan membawa banyak belanjaan di tangannya, Darren yakin jika dia sudah berkumpul dengan teman sosialitanya.

  "Tidak perlu basa-basi, aku sangat muak mendengarnya," ucap Darren sinis.

  "Sampai kapan kau akan terus bersikap seperti ini kepadaku, aku ini ibumu," ucap Merlin.

  "Cih ... ibuku, sampai kapanpun aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai ibuku, wanita murahan," ucap Darren.

   "Baiklah, aku minta maaf," ucap Melin lagi.

 

  "Apa pantas aku memberi maaf kepadamu, setelah semua kejahatan yang kau lakukan?" tanya Darren dengan sedikit membentak wanita yang masih terlihat sangat santai saat dirinya dimaki oleh Darren.

  "Oma, Opa aku harus pergi, aku muak melihat wajahnya," ucap Darren lalu berpamitan kepada kakek dan neneknya.

  "Apa kau belum juga puas melihat semua kekacauan ini di sini?" tanya Elma dengan tatapan seolah-olah ingin membunuh Merlin.

Bersambung....

*** Bersambung. ***


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status