Share

Menjadi Istri Muda Si Tuan Muda
Menjadi Istri Muda Si Tuan Muda
Penulis: icher

Aku ingin dia menjadi isteriku.

Di sebuah rumah yang terbilang cukup mewah. Sedang duduk beberapa orang yang tampak sangat serius membicarakan sesuatu.

"Baik, aku akan membantumu. Tapi, tentu saja aku memiliki syarat. Apa kau sanggup memenuhi syarat dariku?" Tanya pria itu dengan tatapan yang tidak bersahabat.

Olivia yang mendadak pulang dari kampus, karena mendapat kabar tentang kebangkrutan Ayahnya, melihat ada tulisan, " RUMAH INI DISITA BANK" di depan pagar rumahnya.

'Ternyata berita itu benar.' Olivia berkata dalam hatinya. Lalu ia bergegas masuk ke dalam rumah, tepat saat Ayahnya selesai bertanya pada pria yang duduk di hadapannya itu.

"Apa syarat dari anda, Tuan Muda?" Tanya Willson, Ayah Olivia.

Olivia berjalan ke arah kursi dimana Ibunya sedang duduk. Pria itu menatap sangat dalam pada wajah Olivia. Ya, meskipun agak tomboy, tapi Olivia memiliki wajah yang sangat cantik dan body yang bisa dibilang sangat bagus untuk kalangan wanita-wanita yang diidamkan pria.

"Sebagai syaratnya...aku ingin dia menikah denganku!" Ucap pria bernama Albert itu sambil menunjuk ke arah Olivia.

"Jangan gila! Aku tidak ingin menikah di usia muda. Terlebih lagi, dengan pria tua sepertimu." Tolak Olive mentah-mentah. Olivia bisa tau dari wajahnya, jika pria itu pasti jauh lebih tua dari dirinya.

Willson berlutut di depan pria itu. Membuat Olivia membulatkan mata tanda tak suka.

"Ayah! Apa yang Ayah lakukan?" 

"Diam lah. Jangan banyak bicara!" Hardik Willson dengan perasaan tega tak tega karena telah menghardik putri semata wayang yang sangat ia sayangi.

"Tuan Muda, aku mohon. Jangan minta Putriku. Aku akan memenuhi semua persyaratan yang kau ajukan, selain itu." Ucap Willson menghiba pada Albert.

Pria itu menyunggingkan senyuman sinis, lalu berkata "Tapi sayangnya, aku tidak punya persyaratan lain, selain itu."

"Tuan, kami mohon. Biarkan Putri kami dengan kehidupannya sendiri. Dia tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini. Dan lagi, dia masih berstatus mahasiswi. Umurnya masih sangat muda." Clara ikut memohon pada Albert.

Hati Olivia sangat sakit, bercampur sedih. Melihat orang tuanya berlutut di hadapan pria angkuh ini. 

Olivia tak pernah bisa membayangkan, apa yang akan terjadi jika ia masih terus diam. Orang tuanya tak akan pernah meminta ia untuk menyetujui persyaratan gila itu. Olivia tau jelas, sebesar apa mereka mencintai dan menyayanginya selama ini.

"Aku menerima persyaratan darimu! " Entah dari mana datangnya keberanian Olivia mengucapkan kalimat itu. "Tapi, aku juga punya syarat." Lanjutnya lagi.

"Ckckck... Berani sekali kau mengajukan syarat padaku." Tatapan menghina dari pria itu terpancar sangat jelas.

"Terserah padamu. Karena kau meminta aku menikah denganmu, tentu saja aku juga harus memiliki syarat." Olivia berbicara dengan sangat percaya diri.

"Olive, biarkan ini menjadi urusan Ayah. Kau tak perlu ikut bertanggung jawab. Ayah berjanji akan menyelesaikan masalah ini secepatnya." Willson menatap nanar pada Olivia.

Olivia berjalan ke arah Willson dan Clara. Dia membantu orang tuanya untuk berdiri.

"Jangan berlutut pada manusia keji ini. Sampai kapan pun, dia tak akan membiarkan keluarga kita hidup dengan mudah. Jadi, lebih baik turuti saja kemauannya." Tatapan benci Olive tujukan pada Albert.

"Gadis yang sangat berani. Tidak salah jika aku memilihmu!" Ucap Albert lalu mejatukan bokongnya di atas kursi empuk ditengah ruangan itu. 

"Aku akan membayar semua hutang-hutangmu pada Bank, membayar seluruh gaji karyawanmu, dan menanam saham yang cukup besar pada perusahaanmu. Aku akan membantu perusahaanmu untuk bangkit kembali. Anggap saja itu mahar pernikahan dariku." Albert membeberkan hal-hal yang akan diberikannya saat dia telah resmi menikahi putri mereka, Olivia.

Willson menduduk lesu. Clara memeluk Olivia dan menangis. Mereka tak tau harus bersyukur atau bersedih saat ini. Apakah mereka akan menjual Putri mereka sendiri, demi uang?

"Baik. Semua disetujui." Ucap Olivia dengan lantang.

Dia tau dengan jelas, orang tuanya pasti akan berusaha menolak tawaran ini. Mereka tak akan tega menukar putrinya dengan uang. Tapi, Olivia merasa tidak ada pilihan lain lagi saat ini. Olivia harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan orang tuanya dari tuntutan Bank dan demo para karyawan. Dia tak ingin ayahnya berakhir di penjara. Bagaimana nanti nasib dirinya dan juga ibunya. Dia harus melakukan pengorbanan untuk pertama kali dalam hidupnya.

"Aku suka gadis berani dan penurut sepertimu!" Albert dengan mata tajamnya memuji keberanian Olivia.

"Sayang, tolong jangan lakukan ini. Ayah berjanji akan  menyelesaikan masalah ini secepatnya. Kau tidak perlu mengambil alih tanggung jawab yang seharusnya ayah pikul." Ucap Willson meyakinkan Olivia untuk terakhir kalinya. Sebagai seorang ayah, tentu dia tak tega jika kebahagiaan Putrinya ditukar dengan harta.

Olivia menatap wajah Willson yang terlihat sedih dan pilu. Dia tak pernah melihat wajah ayahnya sesedih itu selama hidupnya. 

"Aku baik-baik saja. Ayah dan Ibu tak perlu khawatir. Aku pandai menjaga diriku." Hiburnya pada Willson dan Clara. Kedua tangan Clara memeluk tubuhnya dengan lembut. Menangis, melihat betapa berbaktinya Putri mereka saat ini.

"Aku rasa, semua sudah sangat jelas. Orang kepercayaanku akan segera mengurusnya. Aku harus pergi sekarang. Masih banyak yang harus kukerjakan." Ucap Albert dengan nada dingin.

"Dan, kau! Bersiaplah! Aku hanya memberimu satu hari untuk berkemas. Besok, saat buku pernikahan telah berada di tanganku, Mike akan menjemputmu." Albert berdiri dari duduknya, dan memandang Olive yang terlihat bimbang. Ada kata yang ingin dia ucapkan, tapi tak berani ia lontarkan.

"Tolong jaga Putrimu dengan baik, jangan sampai dia kabur malam ini." Sambung Albert mengingatkan Willson.

"Ba-baik, Tuan Muda." Willson  berdiri dan membungkuk hormat pada Albert.

Pria angkuh itu bahkan tidak menjawab perkataannya. Dia keluar dari kediaman Willson dengan di ikuti asistennya, Mike yang berjalan di belakang.

Kini hanya tinggal Willson, Clara dan Olivia yang masih menghuni kursi diruang tamu ini.

Willson mendekati Olive yang duduk di sebelah Clara. Dia memeluk putrinya dengan penuh kasih sayang. "Maafkan Ayah, Nak. Ayah tidak bisa memberikanmu kebahagiaan yang seharusnya kau dapatkan."

"Jangan berkata seperti itu! Selama ini Ayah sudah memberikan semua hal terbaik di dunia ini untuk kumiliki. Mungkin kini saatnya aku berbakti pada kalian." Olive menangis  dalam pelukan Willson dan Clara.

"Semoga saja dia bersikap baik padamu. Aku tidak akan pernah rela jika dia menyakiti atau melukaimu." Clara membelai wajah Olivia dengan lembut.

"Percaya lah padaku, Bu. Putrimu ini sangat tangguh. Aku bukan perempuan yang cengeng dan lemah." Semua yang di katakan oleh Olivia adalah kebenaran. Di Kampus, ia terkenal dengan julukan si gadis pemberani. Gayanya sedikit tomboy, namun kecantikannya tak perlu diragukan lagi.

"Ayah, Ibu, aku akan ke kamar. Aku perlu menyiapkan barang-barang yang akan kubawa besok." Olive mengendurkan pelukannya dari Clara.

Dengan cepat Clara menghapus sisa-sisa air mata di pipinya. "Pergi lah, Ibu akan menyiapkan makan malam. Nanti setelah makan malam, Ibu akan membantumu berkemas." 

Komen (15)
goodnovel comment avatar
Cicih Sophiana
anak yg baik...
goodnovel comment avatar
Elma Sukmala
kayak nya bagus ni ceritanya.
goodnovel comment avatar
nurdianis
nama nya dengan putri ku, olivia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status