Share

Bab 1172

Author: Rexa Pariaman
Melihat kejadian itu, Samudra sendiri sampai bengong. Dia tidak menyangka bahwa satu teriakan paniknya barusan justru menghasilkan efek yang di luar dugaan.

Samudra mengusap kepala botaknya dan berkata, "Paman, kenapa mereka sepertinya takut padaku? Apa aku sebegitu jeleknya? Atau mereka terpukau oleh ketampananku?"

Nazar memelototinya. "Jangan omong kosong! Cepat jalan!"

"Oh ...."

Samudra buru-buru berjalan dua langkah ke depan. Begitu menoleh, dia melihat Nazar masih berdiri di tempat, tidak bergerak. Dia bingung. "Paman, kenapa kamu nggak jalan?"

"Kakek tua, cepat ke sini!" teriak Ewan keras.

Namun, Nazar tetap berdiri di tempat dan berkata, "Leluhur sudah menulis dengan jelas, kalau murid Akademi Nagendra datang ke tempat ini, harus mengandalkan kekuatan sendiri untuk melewati tiga rintangan. Nggak boleh menggunakan kekuatan luar. Kalau nggak, semua usaha akan sia-sia."

"Apa artinya itu?"

"Artinya, kalau aku ingin menemukan Pedang Mahaguru, aku harus mengandalkan kemampuanku sendir
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 1174

    Wajah Ewan tampak sangat serius. Dia tidak menyangka bahwa energi murni bawaan malah tidak memberikan efek apa pun. Kondisi Nazar kini berada dalam bahaya besar, benar-benar berada di ambang kematian.Apa yang harus dilakukan?Ewan mengernyit dalam-dalam, pikirannya bekerja keras mencari cara untuk menyelamatkan kakek itu. Samudra bertanya dengan suara penuh ketakutan, "Dokter Ewan ... pamanku, dia ....""Dia bisa mati kapan saja," jawab Ewan tanpa menyembunyikan apa pun."Dokter Ewan, kamu pasti bisa menyelamatkan Paman, 'kan?" Semua harapan Samudra digantungkan pada Ewan.Ewan menggeleng sedikit dan berkata dengan berat, "Aku nggak bisa menyelamatkannya."Hati Samudra serasa ditusuk. Dia menatap Nazar yang tak sadarkan diri, air matanya terus mengalir. "Sebelum aku bertemu Paman, dua puluh tahun lalu aku pasti sudah mati.""Paman bukan hanya penyelamat hidupku. Dia juga membesarkanku. Dia satu-satunya keluargaku di dunia ini. Selama dua puluh tahun, dia mencintaiku, melindungiku, mer

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 1173

    Ewan menengok ke atas. Setelah memastikan Semut Pemakan Jiwa tidak mengejar, barulah dia bertanya, "Kakek tua, barusan kamu pakai kemampuan apa?"Nazar tersenyum. "Teknik Melarikan Diri.""Teknik Melarikan Diri?" Ewan terkejut. "Ilmu rahasia strategi?""Bocah nakal, lumayan juga kamu tahu," ujar Nazar dengan bangga. "Di Akademi Nagendra ada banyak ilmu rahasia dan Teknik Melarikan Diri adalah salah satunya.""Kalau kamu bisa Teknik Melarikan Diri, kenapa waktu di Kota Terlarang menghadapi orang-orang di sana kamu nggak menggunakannya?" tanya Ewan.Nazar menjawab, "Waktu di Kota Terlarang itu aku belum memahami Teknik Melarikan Diri. Baru ketika kembali ke Akademi Nagendra kali ini aku berhasil mempelajarinya.""Lagi pula, saat menghadapi musuh, Teknik Melarikan Diri kurang berguna. Fungsinya terutama untuk kabur dan menyelamatkan diri."Ewan tiba-tiba teringat bahwa dalam warisan leluhur keluarganya juga ada ilmu rahasia strategi."Sepertinya aku harus mencari kesempatan untuk belajar

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 1172

    Melihat kejadian itu, Samudra sendiri sampai bengong. Dia tidak menyangka bahwa satu teriakan paniknya barusan justru menghasilkan efek yang di luar dugaan.Samudra mengusap kepala botaknya dan berkata, "Paman, kenapa mereka sepertinya takut padaku? Apa aku sebegitu jeleknya? Atau mereka terpukau oleh ketampananku?"Nazar memelototinya. "Jangan omong kosong! Cepat jalan!""Oh ...."Samudra buru-buru berjalan dua langkah ke depan. Begitu menoleh, dia melihat Nazar masih berdiri di tempat, tidak bergerak. Dia bingung. "Paman, kenapa kamu nggak jalan?""Kakek tua, cepat ke sini!" teriak Ewan keras.Namun, Nazar tetap berdiri di tempat dan berkata, "Leluhur sudah menulis dengan jelas, kalau murid Akademi Nagendra datang ke tempat ini, harus mengandalkan kekuatan sendiri untuk melewati tiga rintangan. Nggak boleh menggunakan kekuatan luar. Kalau nggak, semua usaha akan sia-sia.""Apa artinya itu?""Artinya, kalau aku ingin menemukan Pedang Mahaguru, aku harus mengandalkan kemampuanku sendir

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 1171

    "Kakek tua, apa kamu melihat sesuatu?" tanya Ewan.Nazar menjawab, "Semut itu agak mirip dengan Semut Pemakan Jiwa yang disebut dalam legenda.""Semut Pemakan Jiwa?" Ewan tertegun.Nazar menjelaskan, "Aku pernah membacanya dalam kitab kuno. Tubuh Semut Pemakan Jiwa berwarna merah seperti darah, sebesar kepalan tangan, bergigi tajam, menyukai daging, hidup berkoloni, dan mampu melahap apa pun."Ewan agak tidak percaya. "Cuma seekor semut saja, bagaimana mungkin bisa melahap apa pun? Terlalu dilebih-lebihkan.""Entah dilebih-lebihkan atau nggak, aku nggak tahu. Tapi kitab kuno menulisnya seperti itu."Ketika Nazar berbicara, semakin banyak Semut Pemakan Jiwa merayap keluar dari lubang itu. Dalam waktu singkat, ratusan semut sudah memenuhi permukaan tanah. Suara decitan tadi ternyata berasal dari mulut mereka.Begitu keluar, mereka langsung bergerak cepat dan mengepung tiga macan kumbang itu."Roarr ...."Tiga macan kumbang itu mengeluarkan suara gelisah. Namun, para Semut Pemakan Jiwa se

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 1170

    Ketiganya berjalan sampai di depan batu nisan itu. Mereka mendongak, melihat beberapa baris tulisan terukir di atasnya.Nazar memperhatikan sebentar, lalu membacanya."Tempat ini sangat berbahaya. Demi mencegah orang luar tersesat masuk ke sini, aku sengajamemasang tiga rintangan. Rintangan pertama adalah kabut racun. Adapun rintangan kedua dan ketiga, sementara dirahasiakan.""Jika ada murid Akademi Nagendra yang datang ke tempat ini, harus mengandalkan kekuatan sendiri untuk melewati ketiga rintangan, tidak boleh menggunakan bantuan luar. Jika tidak, segala usaha akan sia-sia. Ingatlah baik-baik.""Semoga para penerus berhati-hati ... berhati-hati!"Di bagian belakang batu nisan, tertulis nama yang sama, Tarsa."Kepala Akademi Nagendra, Tarsa!"Setelah membacanya, Nazar tertawa. "Bocah nakal, aku sudah bilang, 'kan? Kabut racun itu memang ditinggalkan oleh leluhur kita.""Hmph, kebetulan saja kamu benar," ujar Ewan sambil mendengus."Paman, leluhur meninggalkan tiga rintangan. Berart

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 1169

    "Dasar bocah sialan, cepat kembali ke sini! Kalau kamu berani nggak mendengar kata-kataku, aku hajar kamu sampai mati ...."Nazar memaki sambil berteriak, tetapi air matanya akhirnya berlinang.Pada saat itu, kabut racun sudah mulai menyelimuti Nazar. Ketika kabut itu hampir menelan dirinya, jimat penyelamat di tangannya tiba-tiba hancur berkeping-keping, memancarkan cahaya putih yang lembut.Dalam sekejap, cahaya putih itu membesar menjadi sebuah lingkaran cahaya, seperti perisai pelindung, melingkupi Nazar di dalamnya. Semua kabut racun terhalang di luar lingkaran itu.Nazar berdiri, lalu berjalan dengan langkah besar.....Ewan berjalan sekitar seratus meter ke depan dan akhirnya keluar sepenuhnya dari area yang tertutup oleh kabut racun. Perjalanannya sangat lancar, tanpa menemukan bahaya apa pun."Seratus meter itu jarak yang lumayan jauh. Harus pakai cara apa untuk menyelamatkan orang tua itu dan Samudra?" Ewan mengernyit sambil memikirkan cara.Beberapa saat kemudian.Tiba-tiba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status